Tuhan sudah Murka

Started by JackDaniel, 25 November 2010, 06:00:46 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Satria

Quote from: Indra on 27 November 2010, 11:08:20 PM
beberapa kali tercatat dalam Sutta bahwa Sang Buddha perlu mengerahkan kesaktiannya, misalnya dalam Ambattha Sutta. tapi saya tidak membaca adanya pengerahan kesaktian tercatat dalam kasus Saccaka.

Untuk menyegarkan ingatan anda tentang kisah ini, silahkan baca sutta lengkapnya dalam Majjhima Nikaya 35 dan 36, ada dalam board Dhammacitta Press thread Majjhima Nikaya

terima kasih.

saya telah membacanya barusan. tapi mohon maaf, sementara saya tidak akan memberikan komentar tambahan . silahkan anda melanjutkan diskusi dengan yang lain. saya akan menyimak dulu.

Udyata-sahanubhuti

Quote from: Satria on 27 November 2010, 10:10:43 PM
tidak. saya tidak menyebut semua itu sebagai sesuatu yang tidak bisa dilihat. itu semua adalah dhamma. dan dhamma itu adalah "Ajaran yang bisa dilihat". apakah melihat dhamma selalu harus dengan indra mata?


tentang tuhan itu, masalahnya begini :

sebagian orang merasa dirinya "dapat melihat tuhan". Dan ia bersikukuh bahwa "tuhan itu ada", karena ia melihatnya. ia berpikir, bahwa karena ia melihatnya sendiri, maka pasti semua orang juga bisa melihat tuhan. maka ia berpikir "seharusnya semua orang percaya akan adanya tuhan".

sedangkan sebagian orang merasa "tidak pernah melihat tuhan". Dan ia bersikukuh bahwa "tuhan itu tidak ada", karena ia tidak pernah melihatnya. ia berpikir, bahwa karena dia tidak pernah melihatnya, maka pasti semua orang juga tak bisa melihat tuhan. karena itu, ia berpikir bahwa tuhan itu tak pernah ada. dan ia berpikir "seharusnya semua orang percaya akan tidak adanya tuhan".

itulah mengapa, perdebatan mengenai tuhan tidak pernah berujung. seharusnya, mereka yang merasa bisa melihat tuhan, menunggu orang lain untuk terlebih dahulu sama sperti dirinya, yakni melihat tuhan. baru bicarakan bersama soal tuhan itu. kalau orang lain lom bisa melihat tuhan, lebih baik ia diam. dan seharusnya, mereka yang merasa tidak bisa melihat tuhan, menunjukan kebenaran yang bisa dilihat dirinya dan orang lain, bukan memperdebatkan sesuatu yang hanya karena ia tidak melihatnya.
_/\_
Dear Bro Satria,
Sebagian org dapat melihat tuhan? melihat tuhan dengan indera apa?

Beberapa misionaris agama tertentu mendatangi umat Buddha dan berkata bahwa Sang Buddha bukanlah Tuhan, beliau adalah manusia. Beliau telah mati dan menghilang. Bagaimana seseorang mendapatkan manfaat dari menyembah orang yang sudah mati? Tetapi kita perlu memahami bahwa Sang Buddha disebut sebagai Satthā deva-manussānaṃ, guru para dewa dan manusia. Kapan saja para dewa memiliki masalah, mereka mendatangi Sang Buddha untuk mendapatkan nasihatnya. Kemudian para misionaris tersebut mengklaim Tuhan mereka adalah Tuhan yang hidup dan itulah kenapa setiap orang harus menyembahnya. Menurut ilmu pengetahuan, memerlukan jutaan tahun bagi kita untuk mengembangkan pikiran dan pemahaman kita. Ketika pikiran manusia belum sepenuhnya berkembang, mereka menyadari akan adanya kekuatan-kekuatan yang membuat alam bekerja. Karena mereka tidak dapat memahami bagaimana persisnya alam itu bekerja, mereka mulai berpikir pastilah ada seseorang yang menciptakan dan memelihara peristiwa ini. Untuk membantu yang lain memahami konsep ini, mereka mengubah energi ini menjadi suatu bentuk dan mewakilinya secara fisik sebagai patung-patung dan lukisan-lukisan. "Roh-roh" atau kekuatan-kekuatan ini begitu penting untuk membuat manusia melakukan sesuatu yang baik dan tidak melakukan sesuatu yang buruk dan untuk memberi mereka pahala jika mereka melakukan hal yang baik. Kita selalu memiliki rasa takut, khawatir, curiga, ketidakamanan, sehingga kita membutuhkan seseorang untuk bergantung padanya, untuk melindungi kita. Seringkali kekuatan ini dirubah menjadi tuhan yang tunggal. Sekarang sebagian orang bergantung pada tuhan untuk segalanya. Demikianlah mengapa mereka mencoba memperkenalkan ide mengenai roh yang kekal yang pergi dari sini dan tinggal di surga yang abadi. Hal itu memuaskan kehausan akan kehidupan kekal. Sang Buddha mengatakan bahwa segala sesuatu yang muncul dalam suatu keberadaan adalah subjek dari perubahan, kehancuran dan kelapukan.

Beberapa orang mengklaim bahwa tuhan mereka telah memberikan pesan kepada umat manusia. Jika pesan itu adalah untuk semua umat manusia di dunia ini, mengapa tuhan tidak menyatakan pesannya kepada orang banyak, tetapi justru menyatakannya kepada satu orang. Sang Buddha tidak mendorong siapapun untuk percaya apapun atau mengklaim bahwa beliau di perintahkan oleh kekuatan tertinggi untuk melakukan sesuatu.

Suatu hari, seorang pendeta kr*****ni datang menemui saya bersama dengan pengikutnya untuk berdiskusi mengenai Buddhisme dan bertanya, "Sebenarnya dapatkah anda mengatakan kepada saya apa yang umat Buddha percayai?" Kemudian saya mengatakan kepadanya yang sebenarnya bahwa umat Buddha tidak "percaya" apapun. Kemudian ia menunjuk pada buku saya "What Buddhists Believe" (Apa yang Umat Buddha Percaya) dan ia bertanya "Mengapa anda menulis buku ini?" Saya mengatakan kepadanya, "Itulah mengapa saya menulis buku ini, untuk anda membacanya, untuk melihat apakah ada sesuatu yang anda percayai." Saya mengatakan kepadanya, Sang Buddha telah memberikan jawaban atas pertanyaan itu, Sang Buddha telah menasihati kita apa yang sebaiknya kita lakukan. Daripada mempercayai, seseorang seharusnya berlatih pariyatti, paṭipatti dan paṭivedha.1 Ada tiga cara untuk berlatih. Pertama kita harus mencoba untuk memahami karena kita tidak seharusnya mempercayai secara membuta apapun yang tidak dapat kita pahami. Sang Buddha mengatakan bahwa pertama anda harus mencoba untuk memahami.

Lebih lengkapnya silahkan baca http://dhammacitta.org/dcpedia/Di_Manakah_Sang_Buddha
o

Satria

 [at]  Udyata-sahanubhuti

seandainya saya telah melihat tuhan, tapi apakah anda telah melihat juga?

seandainya saya meihat tuhan, sedangkan anda belum, maka saya tak perlu membahas "dengan apa" saya melihat tuhan. lebih baik saya menunggu anda, sampai kelak anda melihat tuhan itu sendiri. barulah saya akan berbicara kepada anda, dengan apa saya melihatnya.

tetapi saat ini saya tidak menyatakan bahwa saya telah melihat tuhan. saya hanya berkata, "marilah kita mendiskusikan hal-hal yang bisa kita lihat bersama, hal-hal yang bisa amati dan kita analisa bersama, seperti misalnya dhamma. bukankah kita bisa melihat dhamma? misalnya "keserakahan". bukankah itu sewaktu-waktu ada di dalam diri anda, dan juga di dalam diri saya? bukankah kita bisa sama-sama mengamati dan menganalisa fakta "keserakahan" ini? dengan cara demikian, kita akan dihantarkan kepada kebenaran yang nyata dan pasti serta tidak berspekulasi. mendiskusikan dhamma adalah jauh lebih baik, dari pada kita membicarakan tuhan yang kita tidak bisa melihatnya.

mereka, umat yang percaya akan adanya tuhan, tidaklah seperti kita, yang berbicara atas fakta-fakta nyata sebagaimana yang diajarkan oleh sang Buddha, "kebenaran yang bisa dilihat secara langsung". tetapi mereka berbicara atas dasar "kepercayaan mereka kepada para nabinya". sesungguhnya mereka tidak melihat tuhan. tapi percaya bahwa tuhan itu ada, karena nabi-nabi mereka mengaku telah melihatnya. tak ubahnya seperti umat buddha, berapa banyak yang percaya bahwa nibbana itu merupakan sesuatu yang nyata, kedantipun mereka sangat jauh kondisinya dari nibbana, tak belum sampai ke sana. tapi mereka percaya bahwa nibbana merupakan tujuan tertinggi dari praktik budhisme, karena mereka percaya dengan kebenaran sabda sang Budha. proses yang sedang dilakukan oleh umat saat ini, adalah proses pembuktian dhamma sebagaimana yang diajarkan oleh sang Buddha. tetapi berapa banyak orang sukses untuk bisa melihat bukti kebenaran itu? tak ubahnya dengan umat agama lain, apa yang mereka lakukan adalah proses pembuktian kebenaran sebagaimana yang diajarkan nabi-nabi mereka. tapi kita tidak tahu, berapa banyak yang sukses dalam proses pembuktian itu.

dengan demikian, saya hanya ingin mengajak umat budhis untuk "marilah kita buktikan bahwa ajaran yang kita anut ini benar, tetapi hindarilah usaha untuk membuktikan bahwa kepercayaan orang lain itu salah". ini semua untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai harmonis, sikap saling menghormati antar pemeluk agama.

selalu berusaha untuk membuktikan bahwa tuhan itu tidak ada, kepada mereka yang senantiasa percaya bahwa tuhan itu ada, itu adalah bibit-bibit ketidak harmonisan. tetapi bila kita berusaha mendorong mereka untuk melihat dhamma yang ada di dalam diri mereka sendiri, dan setelah terbukti "apa yang ada sebagai ada" dan "apa yang tidak ada sebagai tidak ada" dan setelah mereka dapat berpikir dengan benar, berkonsentrasi dengan benar, berusaha dengan benar, maka dengan sendirinya mereka akan meninggalkan keyakinannya yang keliru.

ryu

Quote from: Satria on 29 November 2010, 07:05:07 AM
[at]  Udyata-sahanubhuti

seandainya saya telah melihat tuhan, tapi apakah anda telah melihat juga?

seandainya saya meihat tuhan, sedangkan anda belum, maka saya tak perlu membahas "dengan apa" saya melihat tuhan. lebih baik saya menunggu anda, sampai kelak anda melihat tuhan itu sendiri. barulah saya akan berbicara kepada anda, dengan apa saya melihatnya.

tetapi saat ini saya tidak menyatakan bahwa saya telah melihat tuhan. saya hanya berkata, "marilah kita mendiskusikan hal-hal yang bisa kita lihat bersama, hal-hal yang bisa amati dan kita analisa bersama, seperti misalnya dhamma. bukankah kita bisa melihat dhamma? misalnya "keserakahan". bukankah itu sewaktu-waktu ada di dalam diri anda, dan juga di dalam diri saya? bukankah kita bisa sama-sama mengamati dan menganalisa fakta "keserakahan" ini? dengan cara demikian, kita akan dihantarkan kepada kebenaran yang nyata dan pasti serta tidak berspekulasi. mendiskusikan dhamma adalah jauh lebih baik, dari pada kita membicarakan tuhan yang kita tidak bisa melihatnya.

mereka, umat yang percaya akan adanya tuhan, tidaklah seperti kita, yang berbicara atas fakta-fakta nyata sebagaimana yang diajarkan oleh sang Buddha, "kebenaran yang bisa dilihat secara langsung". tetapi mereka berbicara atas dasar "kepercayaan mereka kepada para nabinya". sesungguhnya mereka tidak melihat tuhan. tapi percaya bahwa tuhan itu ada, karena nabi-nabi mereka mengaku telah melihatnya. tak ubahnya seperti umat buddha, berapa banyak yang percaya bahwa nibbana itu merupakan sesuatu yang nyata, kedantipun mereka sangat jauh kondisinya dari nibbana, tak belum sampai ke sana. tapi mereka percaya bahwa nibbana merupakan tujuan tertinggi dari praktik budhisme, karena mereka percaya dengan kebenaran sabda sang Budha. proses yang sedang dilakukan oleh umat saat ini, adalah proses pembuktian dhamma sebagaimana yang diajarkan oleh sang Buddha. tetapi berapa banyak orang sukses untuk bisa melihat bukti kebenaran itu? tak ubahnya dengan umat agama lain, apa yang mereka lakukan adalah proses pembuktian kebenaran sebagaimana yang diajarkan nabi-nabi mereka. tapi kita tidak tahu, berapa banyak yang sukses dalam proses pembuktian itu.

dengan demikian, saya hanya ingin mengajak umat budhis untuk "marilah kita buktikan bahwa ajaran yang kita anut ini benar, tetapi hindarilah usaha untuk membuktikan bahwa kepercayaan orang lain itu salah". ini semua untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai harmonis, sikap saling menghormati antar pemeluk agama.

selalu berusaha untuk membuktikan bahwa tuhan itu tidak ada, kepada mereka yang senantiasa percaya bahwa tuhan itu ada, itu adalah bibit-bibit ketidak harmonisan. tetapi bila kita berusaha mendorong mereka untuk melihat dhamma yang ada di dalam diri mereka sendiri, dan setelah terbukti "apa yang ada sebagai ada" dan "apa yang tidak ada sebagai tidak ada" dan setelah mereka dapat berpikir dengan benar, berkonsentrasi dengan benar, berusaha dengan benar, maka dengan sendirinya mereka akan meninggalkan keyakinannya yang keliru.
oh jadi kesimpulannya keyakinan mereka keliru ya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Udyata-sahanubhuti

 _/\_
[at] Bro Ryu: kalo bukan mereka yg keliru berarti saya yg keliru  ;D

Selama ini saya mengerahkan segala usaha dengan 5 indera + 1 pikiran untuk melihat Tuhan dan hasilnya tetap tidak menemukan. Mungkin mereka akan mengatakan bahwa usaha saya masih kurang.
o

ryu

Quote from: Udyata-sahanubhuti on 29 November 2010, 09:15:25 AM
_/\_
[at] Bro Ryu: kalo bukan mereka yg keliru berarti saya yg keliru  ;D

Selama ini saya mengerahkan segala usaha dengan 5 indera + 1 pikiran untuk melihat Tuhan dan hasilnya tetap tidak menemukan. Mungkin mereka akan mengatakan bahwa usaha saya masih kurang.

ya sama2 orang buta, gak bisa menuntun =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Tuhan adalah jawaban dari ketakutan manusia akan ketidakpastian & saya melihatnya hehe
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~