LALITAVISTARA COMPLETE RELIEF FROM BOROBUDUR, dengan penjelasan

Started by xenocross, 21 August 2010, 11:44:48 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

xenocross

Reliefs 21
Ratu Maya berada di lebih dari satu istana

Lalitavistara, South Wall, Panel 21


Melalui kekuatan meditasi, Bodhisattva membuat Ratu terlihat secara bersamaan di semua istana.


Relief 22
Ratu Maya menyembuhkan orang sakit

Lalitavistara, South Wall, Panel 22


Laki-laki, perempuan, anak-anak, yang dirasuki oleh roh jahat langsung sembuh ketika mereka melihat Ratu. Juga mereka yang menderita karena berbagai penyakit, Ibu Bodhisattva akan menyentuhkan tangannya ke kepala mereka dan mereka segera sembuh karena sentuhannya.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

Reliefs 23
Suku Sakya memberikan dana

Lalitavistara, South Wall, Panel 23


Seluruh suku Sakya di Kapilavastu berpesta, bersenang-senang, bergembira, memberi hadiah dana dan melakukan perbuatan bajik.



Reliefs 24
Raja mengambil kehidupan suci sementara

Lalitavistara, South Wall, Panel 24


Sementara itu, Raja mulai menjalani kehidupan suci. Tidak lagi mengurus negara, ia menjalani kehidupan suci seperti mereka yang hidup di hutan dan hanya memikirkan Dharma.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

Relief 25.
Keajaiban di Kapilavastu

Lalitavistara, South Wall, Panel 25


Total sebanyak tiga puluh dua pertanda terjadi selama bulan ke-10 kehamilan Ratu (bulan terakhir). Dari lereng Himalaya datang Singa muda yang mengitari tembok kota dan kemudian berbaring di gerbang kota tanpa menyakiti siapapun. Gajah-gajah putih tiba untuk memberi hormat kepada Raja dan anak-anak dewa datang ke Kediaman pribadi Raja untuk duduk di pangkuannya.



Reliefs 26
Ratu Maya mempersiapkan diri.

Lalitavistara, South Wall, Panel 26


Ketika Ratu Maya, melalui kekuatan pancaran Bodhisattva, menyadari bahwa waktu kelahiran sudah dekat, ia menemui Raja dan berkata: "Waktunya telah tiba bagiku untuk pergi ke taman. Sekaranglah musim terbaik, musim semi, waktunya para wanita merias diri, ketika dengungan lebah dan nyanyian burung bulbul dan merak terdengar, dan waktunya bunga mekar memperlihatkan keindahannya. Mari, berilah perintah, mari kita pergi tanpa menunda"
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

Reliefs 27
Ratu Maya pergi ke Taman Lumbini
Lalitavistara, South Wall, Panel 27


Senang dan berbahagia, Raja memerintahkan pengiringnya:
"Siapkan pasukan berkuda, gajah, kereta, dan pengiring, dan hiaslah Lumbini, tempat terbaik. Biarlah Ratu Maya naik sendirian di sebuah kereta tanpa ditemani pria atau wanita. Dan biarlah perempuan-perempuan dengan berbagai pakaian menarik kereta itu"


QuoteUsia kehamilan bagi perempuan selain Ibu seorang Boddhisatta, umumnya tidak pasti, bisa kurang dari sepuluh bulan ( 9 bulan 10 hari ), bisa juga lebih dari sepuluh bulan. Juga, mereka tidak tahu pasti kapan bayinya akan terlahir. Bayi mereka akan terlahir pada waktu yang tidak terduga dalam satu dari empat postur, berbaring, duduk, berdiri atau berjalan.

Namun tidak demikian dengan Ratu Mahamaya yang mengandung seorang Boddhisatta. Masa kehamilannya tepat sepuluh bulan atau 295 hari sejak hari pertama kehamilan. Seorang Boddhisatta terlahir sewaktu ibu sedang dalam postur berdiri. Ketika terlahir, ia bersih tanpa noda bagaikan batu delima yang diletakkan di atas kain tenunan dari Kasi.

Ketika Ratu Mahamaya sampai pada tahap akhir dari kehamilannya, Ratu merasakan keinginannya untuk mengunjungi Devadaha, tempat tinggal sanak saudara kerajaannya. Ia memohon restu dari Raja Suddhodana dan Raja pun merestuinya.

Raja melakukan persiapan dengan megah. Setelah persiapan selesai,Raja mendudukkan Sang Ratu di dalam tandu emas baru yang diangkat oleh seribu prajurit istana, dengan dikawal oleh para pengawal dan pelayan untuk melakukan berbagai tugas selama dalam perjalanan. Dengan kemegahan dan kemuliaan demikian, Sang Ratu berangkat menuju Kota Devadaha.

Di antara Kapilavatthu dan Devadaha, terdapat hutan pohon Sala yang dinamakan Taman Lumbini, yang merupakan tempat rekreasi bagi orang-orang dari kedua kerajaan. Ketika Mahamaya Dewi sampai disana, semua pohon Sala di hutan itu berbunga dari bawah pohon hingga pucuknya. Menyaksikan taman Lumbini dengan segala keindahannya Mahamaya Dewi merasakan keinginan untuk bersantai dan beristirahat di dalamnya. Raja Suddhodana pun mengabulkan permohonan Sang Ratu.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

Relief 28.
Kelahiran Sang Bodhisattva

Lalitavistara, South Wall, Panel 28


Setelah Ratu memasuki Taman Lumbini dan turun dari keretanya, ia berjalan dari pohon ke pohon sampai akhirnya ia tiba di tempat dimana pohon besar plaksa tumbuh. Tergerak oleh kemuliaan Bodhisattva, pohon besar itu merunduk dan memberi salam pada Ratu.
Ratu memegang dahan pohon dengan tangan kanannya dan melihat ke langit dengan mulut sedikit terbuka.

Sang Bodhisattva, muncul setelah 10 bulan penuh, keluar dari sisi kanan tubuh ibu-Nya, dengan bentuk sempurna, memiliki semua ingatan dan pengetahuan dan tidak tercemar oleh ketidakmurnian rahim ibu-Nya.

Dipenuhi dengan rasa hormat, para dewa Brahma dan Sakra menerima Bodhisattva dan membungkus-Nya dengan kain sutera dari benang emas dan perak, mengenali dan mengetahui tentang-Nya. Ketika Bodhisattva turun ke tanah, bumi terbuka dan bunga teratai tumbuh untuk menerima-Nya. Para Raja Naga memandikannya dengan aliran air hangat dan air sejuk, dan pada saat yang sama para makhluk surgawi memercikkan air wangi dan menebarkan bunga. Sang Bodhisattva menempatkan diri-Nya di atas teratai dan melihat ke empat penjuru.

Tanpa bantuan siapapun, Bodhisattva berjalan tujuh (7) langkah ke timur dan berkata:
"Aku akan menjadi yang pertama dari semua dharma, akar bajik dari keselamatan"

Selagi Bodhisattva berjalan, sebuah payung putih dan dua kipas besar bergerak diatas-Nya tanpa dipegang. Dan kemanapun Bodhisattva melangkah, sebuah teratai tumbuh menyambut kaki-Nya

Berjalan tujuh langkah ke selatan, Ia berkata:
"Aku akan menjadi objek yang pantas untuk diberi persembahan oleh dewa dan manusia"

Kemudian berjalan tujuh langkah ke barat, Ia berseru:
"Akulah yang terbaik di dunia, karena inilah kelahiranku yang terakhir"

Berjalan tujuh langkah ke utara, Sang Bodhisattva berkata: "Aku akan menjadi tiada tara diantara semua makhluk."[/i]

Bodhisattva mengarahkan wajah ke bawah dan berjalan tujuh langkah, dan berseru:
"Aku akan memadamkan api neraka dengan hujan dari Awan Besar Dharma, memenuhi penghuni alam neraka dengan kebahagiaan besar."

Berjalan tujuh langkah lagi, dengan menatap ke atas, Ia berkata:
"Di ketinggianlah aku akan terlihat kepada semua makhluk."
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

xenocross

QuotePada saat Mahamaya Dewi memasuki taman, semua dewa berseru yang gemanya menembus sepuluh ribu alam semesta, "Hari ini Boddhisatta akan terlahir dari kamar teratai rahim ibu-Nya." Para dewa dan Brahma dari sepuluh ribu alam semesta berkumpul di alam semesta ini, mereka membawa berbagai macam harta benda yang indah sebagai penghormatan dalam kelahiran boddhisatta. Langit surga ditutupi oleh payung putih surgawi dan terompet kulit kerang pun ditiup.

Segera setelah Mahamaya Dewi memasuki Taman Lumbini, ia merasakan desakan untuk meraih dahan sebatang pohon Sala yang sedang mekar penuh, batangnya bulat dan lurus.Seolah-olah bergerak, dahan tersebut merunduk dengan sendirinya seperti tongkat rotan yang lunak karena dipanaskan, sehingga dahan tersebut menyentuh telapak tangan Ratu, sebuah peristiwa ghaib yang menggemparkan.

Dengan berpegangan pada dahan pohon Sala, Ratu Mahamaya berdiri dengan anggun dengan berpakaian dari bahan kain broklat berbenang emas dan selendang bersulamkan hiasan-hiasan indah berwarna putih yang mirip mata ikan yang menutupi sampai ujung jari kakinya. Pada saat itu ia merasakan tanda-tanda kelahiran. Para pelayannya buru-buru membentuk lingkaran dan menutupi area tersebut dengan tirai.
Pada saat itu, tiba-tiba sepuluh ribu alam semesta bersama-sama dengan samudera raya bergolak, berguncang dan berputar bagaikan roda pembuat tembikar. Dewa dan Brahma berseru gembira dan menyiramkan bunga-bunga dari angkasa; segala alat musik secara otomatis memainkan lagu-lagu yang indah dan merdu. Seluruh alam semesta menjadi terlihat cerah dan jernih tanpa halangan di semua arah. Fenomena-fenomena ajaib ini yang seluruhnya berjumlah tiga-puluh-dua (32) terjadi menyambut kelahiran Boddhisatta.

Bagaikan permata indah yang melayang keluar dari puncak Gunung Vepulla, melayang-layang kemudian turun perlahan-lahan di atas tempat yang telah dipersiapkan, demikianlan Boddhisatta yang berhiaskan tanda-tanda fisik besar dan kecil dilahirkan bersih dan suci dari rahim teratai yang mirip stupa milik Mahamaya Dewi, pada hari Jumat, malam purnama di bulan Vesakha, bulan musim panas di tahun 68 Maha Era, ketika bulan dalam posisi segaris dengan bintang Visakha.

Pada saat kelahiran Boddhisatta, dua mata air, hangat dan dingin mengalir dari angkasa dan jatuh di tubuh Boddhisatta yang memang telah bersih dan suci dan tubuh ibunya sebagai penghormatan, mereka dapat menyesuaikan panas dan dingin dari air tersebut yang jatuh ke tubuh mereka.

Empat Maha-Brahma yang telah bebas dari nafsu indriya adalah yang pertama menerima Boddhisatta di atas sebuah jaring emas pada saat kelahiran. Kemudian mereka meletakkannya di depan sang ibu dan berkata,"Ratu, bergembiralah, seorang putra yang penuh kekuasaan telah engkau lahirkan."

Kemudian empat raja dewa menerima Boddhisatta dari tangan empat Maha-Brahma di atas sehelai kulit rusa hitam seolah-olah benda yang sangat berharga. Kemudian manusia menerima Boddhisatta dari tangan empat raja dewa di atas sehelai kain putih.

BAYI SIDDHATTA GOTAMA BERJALAN TUJUH LANGKAH DAN MENGUCAPKAN SERUAN BERANI

Kemudian, setelah turun dari tanan manusia, Boddhisatta berdiri tegak di atas kedua kaki-Nya yang seolah-olah mengenakan sepatu emas, dan menginjak tanah dengan mantap, Ia memandang timur dan pada saat itu, ribuan alam semesta di sebelah timur terlihat jelas dalam posisi segaris tanpa ada halangan apa pun diantaranya. Para Dewa dan manusia di sebelah timur memberi hormat pada Boddhisatta dengan wangi-wangian, bunga dan lain-lain dan berkata,"O, Manusia Mulia, tidak ada makhluk apa pun di sebelah timur yang dapat menyamai-Mu. Mungkinkah ada yang melebihi Engkau?"

Kemudian, Boddhisatta berturut-turut memandang sembilan arah lainnya – delapan arah mata angin, ke atas dan kebawah – Ia melihat tidak ada yang dapat menandingi-Nya di segala arah. Selanjutnya, Ia menghadap ke arah utara dari tempat Ia berdiri, kemudian ia berjalan maju tujuh langkah.

Boddhisatta diikuti oleh Mahabrahma, Raja Brahma, yang memayungi-Nya dengan payung putih dan Dewa Suyama memegang pengusir serangga terbuat dari ekor yak. Para dewa lain membawa seluruh atribut kerajaan seperti sepatu, pedang, dan mahkota mengikuti dari belakang. Profesi makhluk surgawi ini tidak terlihat oleh para manusia disana , mereka hanya melihat tanda-tanda kebesaran mereka saja.
Ketika berjalan, Boddhisatta berjalan biasa di atas tanah seperti manusia biasa, tetapi yang terlihat oleh manusia disana, Boddhisatta berjalan di udara.Pada saat berjalan, Boddhisatta dalam keadaan telanjang tanpa mengenakan pakaian apa pun, namun yang terlihat oleh manusia, Ia berpakaian lengkap. Boddhisatta adalah bayi yang baru lahir yang sedang berjalan, namun oleh mata manusia, Ia terlihat seperti anak berumur enam-belas tahun.

Sewaktu Boddhisatta berjalan, Maha-Brahma mengikuti dan memayungi-Nya dengan payung putih berukuran tiga-yojana, demikian pula dengan para Maha-Brahma dari alam-semesta lannya dengan payung berukuran sama. Sehingga seluruh semesta ditutupi oleh payung putih bagaikan karangan bunga berwarna putih.

Sepuluh ribu Dewa Suyama dari sepuluh ribu alam semesta memegang pengusir serangga terbuat dari ekor yak. Para dewa dari sepuluh ribu Surga Tusita berdiri memegang kipas yang bertatahkan batu delima, semuanya mengayun-ayunkan kipas dan pengusir serangga yang mencapai puncak-puncak gunung di tepi semesta.

Demikian pula, sepuluh ribu Dewa Sakka dari sepuluh-ribu alam semesta, meniupkan sepuluh ribu terompet dari kulit kerang. Semua dewa-dewa lain juga berbaris memberi hormat, beberapa membawa bunga-bunga emas, sementara yang lain membawa bunga-bunga asli atau bunga-bunga kristal yang menyilaukan; beberapa membawa spanduk, sementara yang lain membawa benda-benda bertatahkan permata sebagai persembahan. Dewi-dewi dengan berbagai persembahan di tangan mereka juga berbaris memenuhi seluruh alam semesta.

Ketika pertunjukan pemujaan yang menakjubkan sedang berlangsung, Boddhisatta berhenti setelah berjalan tujuh-langkah ke arah utara. Pada saat itu semua Brahma, Dewa, dan manusia seketika diam, menunggu sambil berharap dengan pikiran,"Apakah yang akan dikatakan oleh Boddhisatta?"

Boddhisatta lalu menyerukan seruan berani yang terdengar oleh semua makhluk di seluruh sepuluh ribu alam semesta :

"Aggo'ham asmi lokassa!"
(Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam)

"Jettho'ham asmi lokassa!"
(Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam)

"Settho'ham asmi lokassa!"
(Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam)

"Ayam antima Jati!"
(Inilah kelahiran-Ku yang terakhir)

"Natthi dani punabhavo!"
(Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku)


Sewaktu Boddhisatta menyerukan seruan ini, tidak ada seorang pun yang dapat membantahnya; seluruh Brahma, Dewa, dan manusia mengucapkan selamat.
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra