Selamat Tinggal Alam Gaib

Started by Deva19, 07 August 2010, 10:58:50 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Deva19

biasa bro... cyrat. maksud ku curhat...   :)

sejak tahun 2000, saya gemar berinternet. Kini kegemaran berinternet ini sudah menjadi kegemaran umum. Dapat dikatakan, "tidak ada yang tak gemar internet". Tetapi, orientasi dan motivasi masing-masing orang dalam berinternet itu berbeda-beda. Saya sebagai contoh, orientasi utama dalam berinternet adalah untuk menemukan artikel-artikel menarik, mengembangkan pengetahuan dan hiburan. Inti dari semua itu adalah "cara untuk memperoleh hal yang menyenangkan".

Hal yang paling saya sukai dalam berinternet adalah diskusi di forum-forum online. Menekuni dunia diskusi di forum-forum diskusi dunia maya, memiliki manfaat yang cukup besar. Terutama untuk mengembangkan kedewasaan berpikir kita, dan membuat pikiran kita bisa lebih membumi. Seperti saya contohnya,  mulanya memiliki pemikiran yang sangat idealis, jauh dari jangakauan pemikiran orang lain, seperti mengambang diawang-awang, sulit diraih (difahami) orang lain. Dengan seringnya berdiskusi, saya jadi mengerti mana pemikiran-pemikiran yang bisa diterima oleh orang lain dan mana yang tidak. Akhirnya, saya merasa "bangun" dari mimpi. Dan ini adalah salah satu bentuk manfaat dari diskusi online.

"Bangun dari mimpi" bukan berarti saya mengakui bahwa selama ini saya telah hidup di dalam mimpi atau terbuai oleh halusinasi. Tetapi kini saya menyadari bahwa pengetahuan-pengetahuan yang berusaha saya transoformasikan kepada publik, bagaikan mimpi bagi mereka. Dan saya sadar, bahwa saya harus berbicara sesuai dengan tarap pemikiran publik. Dulu saya tidak mengerti, mengapa orang-orang itu membantah kebenaran yang saya sampaikan. Kini saya mengerti bahwa hal itu disebabkan karena apa yang saya sampaikan tidak berpijak terhadap pemikiran mereka sendiri. Pemikiran saya melangit, mengambang diangkasa. Tapi, karena penolakan-penolakan itu, maka saya sperti turun ke bumi, berpijak di atas tanah, sehingga dapat disentuh makhluk bumi. Inilah yang saya sebut "bangun dari mimpi". Sementara bagi saya, itu hanyalah bentuk perubahan metoda, kepada suatu bentuk metoda yang lebih dapat diterima oleh publik, sedangkan publik akan melihat saya sebagai seseorang "baru keluar dari ilusi". Tak mengapa, karena saya harus menggunakan istilah-istilah berpijak kepada cara pandang publik, sehingga saya tidak keberatan  untuk dinilai sebagai "orang yang bangun" dari mimpi dalam makna yang negatif.

Orang-orang di forum diskusi, yang telah banyak mengkritik saya, merekalah yang telah membangunkan saya dari mimpi. Mereka telah menunjukan bahwa pengalaman-pengalaman spiritual yang saya alami, ternyata tidak ada harganya sama sekali bagi kehidupan ini, atau mungkin hanya sedikit saja harganya. Bagi mereka, tiada guna sama sekali, seandainya saya seorang yang sakti, mampu melihat sorga, neraka, mampu menembus bumi, berjalan diatas air, atau dapat memindahkah gunung himalaya sekalipun, bila ternyata kemampuan saya ini tidak berefek apapun terhadap mereka. Apalagi bila aku tidak sehebat itu. Inilah fakta baru yang aku lihat.

Selama ini, saya merasa telah masuk ke dunia spiritual yang menakjubkan. Betapa tidak, saya mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa, seperti melihat surga, neraka, makhluk-makhluk halus, dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Tetapi, jika diukur, semua itu seperti tak ada manfaatnya sama sekali bagi kehidupan. Ibu saya mengalami sakit bertahun-tahun, dan saya tidak dapat menolongnya. Kerabat saya mengalami kesulitan ekonomi yang parah, sedangkan saya pun tidak dapat membantu mereka. Bahkan istri saya sendiripun mengalami sakit yang menahun, tak juga kunjung sembuh. Jadi, apa manfaat dari semua kemajuan kebatinan yang aku alami bagi istriku?

Saya telah menceritakan pengalaman spritual saya ketika mati suri, melihat surga dan neraka, bagaimana sifat surga, neraka, dan bagaimana saya bertemu para arwah dan malaikat. Hasilnya, 90 % manusia menganggap pengakuan saya tersebut sebagai kisah "dusta". Mereka menunjukan bahwa di dunia ini, banyak orang yang mengalami mati suri, dan mereka mengalami pengalaman spritual sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Orang kr****n mengaku bertemu Yesus. Orang Islam mengaku bertemu Muhammad. Dan belakangan ini, saya membaca artikel yang menceritakan seorang Bikhu Budhis yang melihat sang Budha di dalam neraka, sehingga bikhu tersebut akhirnya masuk kr****n. Karena itulah, mereka menyimpulkan bahwa pengalaman-pengalaman spiritual tersebut hanyalah halusinasi belaka. Dan kata mereka, "seandainya itu pengalaman yang nyata, tetapi apa manfaat dari semua itu untuk kehidupan ini?"  ku renungkan hal itu, ada benarnya juga. Pengalaman spiritual seseorang bersifat sangat pribadi, diluar jangkauan pengalaman orang lain. Oleh karena itu, ia tidak dapat dijadikan argumentasi bagi kebenaran yang disampaikan kepada orang lain.

Ku akui, bahwa perkembangan mental dan spiritual saya telah memberikan cukup banyak manfaat bagi kehidupan. Paling tidak, bagi diri saya sendiri, saya dapat memperoleh kebahagiaan hidup yang muncul karena kemampuan dalam mengembangkan ketenangan, mampu mengatasi persoalan-persoalan mental yang pelik, serta menyelesaikan problem-problem yang berkaitan dengan mistik.

Sekali, pernah ada seorang perempuan yang sedang sekarat. Saya hadir disitu, sehingga saya melihat perempuan itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tetapi secara batin, saya melihat ada yang janggal. Ada 5 ruh yang keluar dari tubuh perempuan itu. Dan salah satunya seperti diseret secara paksa. Saya mengikuti kemana perginya para arwah tersebut. Dan saya menemukan ruh perempuan itu ada di jurang neraka, terjepit oleh dua batu besar, sehingga membuat perempuan itu sesak. Seandainya kedua batu tersebut terbuka, maka jatuh lah ia ke dalam api  yang berkobar-kobar. Saya menarik menolong perempuan itu dari sana, setelah bernegosiasi dengan para penjaga neraka.

Kisah-kisah seperti itu, tentu hanya akan menjadi bahan tertawaan orang-orang. Bila lebih banyak diceritakan, berarti lebih banyak mengumpulkan "tuduhan gila" atau "pengkhayal" atau "sesat" terhadap diriku sendiri. Tapi, apapun tuduhan mereka, perempuan yang terjepit di jurang neraka itu, telah mengakui kebenarannya. Dan ia hidup kembali di dunia ini seperti sedia kala. Keluarga nya pun gembira. Hidup nya kembali perempuan yang sudah mati tersebut, merupakan manfaat yang nyata dari kamampuan batin yang selama ini aku miliki, terlepas dari berbagai tuduhan miring tentangnya. Terlepas dari apaka orang lain mengakui kebenarannya atau pun tidak, diriku sendiri telah dapat melihat manfaat ilmu kebatinan yang luar biasa. Akan tetapi, seperti seseorang yang tercebur ke laut dan hampir tenggelam, seandainya dilemparkan emas intan permata, tentu tak berguna baginya sama sekali. Karena satu-satu nya yang dia perlukan saat itu adalah sesuatu yang bisa menyelamatkan nyawanya dari tenggelam, seperti ban bekas atau pelampung. Demikian pula, segenap kemajuan saya dalam ilmu kebatinan, saat ini ia seperti emas intan permata yang di ku genggam saat diriku terpeleset jatuh ke laut. Justru, jika emas intan tersebut tidak ku buang, aku bisa lebih cepat tenggelam ke dasar laut tanpa terselamatkan. Oleh karena itu, kini aku lepaskan baju kebatinan yang memberatkan hidup ku itu. Seakan-akan aku berkata, "selamat tinggal alam gaib, sampai jumpa lagi nanti!"

Ada banyak pengetahuan yang ku lihat di alam gaib. Semakin aku menyelami kebatinan, maka semakin banyak fakta-fakta gaib yang kulihat, dan aku sudah  pasti terdesak untuk mentranformasikan pengetahuan tersebut kepada publik. Jika itu terjadi, maka orang-orang akan berduyun-duyun mendatangi ku, sebagai menonton "orang gila", masih untung bila aku tidak diseret-seret masuk ke rumah sakit jiwa.

Aku dapat pergi menyepi sendiri, ke hutan atau tinggal di dalam gua, seperti seorang pertapa untuk menyelami kebenaran sendirian. Tetapi untuk apa, justru aku berasal dari sana, dari alam kesendirian. Dan kebenaran tidaklah dapat difahami di sana. Di sana, tidak ada yang disebut kebenaran atau kesalahan. Justru aku datang ke sini, karena tertarik untuk menyelami apa yang disebut benar, salah, keadilan dan ketidak adilan. Semua ini di luar jangkauan pemikiran publik. Sehingga tidak ada jalan bagi mereka untuk bisa menilai bahwa semua itu adalah benar. Tapi untunglah, sebelum saya mencoba mentransformasikan pengetahuan di dunia nyata, aku menguji cobakannya di dunia maya, di forum-forum diskusi online. Setidaknya, konflik yang ditimbulkan tidak terlalu keras. Dan setelah melalui diskusi-diskusi yang panjang itu, akhirnya aku membatalkan niat untuk menstranformasikan pengetahuan-pengetahuan ku kepada umat manusia.

Saat ini, orientasi saya dalam berinternet sudah mulai berubah. Saya mulai tertarik dengan peluang bisnis di internet. Saya merasa tidak punya cukup waktu lagi seperti dahulu. Keadaan saya sekarang, seperti tukang bajaj yang dikejar-kejar setoran. Hal itu karena saya sudah merasa begitu jemu hidup tinggal di rumah kontrakan. Dengan harapan memperoleh penghasilan yang cukup untuk bisa menabung, dengan maksud tabungannya kelak bisa untuk membeli rumah, maka saya mencoba mencari peluang-peluang bisnis yang bisa mewujudkan keinginan saya tersebut. Saya tidak punya banyak waktu lagi untuk berdiskusi ria di internet, ngobrol ngalor ngidul hingga berjam-jam memperdebatkan soal agama atau filsafat. Saya merasa terdesak, harus menggunakan waktu sefektif mungkin, paling tidak, agar saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga.





Semua persoalan hidup ini dapat saya abaikan, dan saya bisa tetap tenggelam di alam spiritual yang indah. Tapi, bila aku harus bangun dari mimpi yang indah itu, aku harus melihat bahwa kini aku harus membangun kehidupan ekonomi. Aku tidak lagi dapat berpikir seperti dulu, "tak usahlah mengkhawatirkan dirimu tak berpakaian, sebab tuhan telah memberi mu badan." intinya, aku bersyukur bahwa tuhan telah memberiku tubuh yang sempurna, tidak cacat. Tetapi, bila sebagai suami, aku tidak dapat membelikan rumah bagi anak istriku, maka serasa aku menjadi pria yang cacat. Terdorong oleh rasa takut akan munculnya penderitaan yang ditimbulkan oleh lemahnya ekomomi, aku bangkit untuk bekerja dan mencari peluang-peluang bisnis yang baru. Dan untuk itu, sepertinya aku harus mengubah kebiasaan lama ku, yaitu menghabiskan waktu untuk berfilsafat ria. Karena aku harus memulai bisnis.

Hal yang membuatku terbuai oleh filsafat adalah kemampuan ku untuk menggali ide-ide tanpa harus beranjak dari tempat duduk. Dengan keterampilan meditasi tertentu, aku mampu mengembangkan pemikiran. Selalu saja ada ide-ide baru yang menarik untuk aku tulis. Pengetahuan-pengetahuan meditatif tersebut merupakan filsafat. Tak ubahnya seperti pertapa yang selalu memperoleh bisikan dewa-dewa.

Dengan keterampilan meditasi ilmu, aku menjadi orang yang produktif dalam menulis. Aku menjadi orang yang tidak pernah kehabisan ide untuk menulis. Sekali saja aku bermeditasi, maka berhari-hari aku tahan duduk di dalam kamar, untuk menulis banyak sekali ide-ide yang menarik untuk ditulis. Walaupun apa yang disebut menarik, itu merupakan hal yang relatif menurut masing-masing, tetapi seorang penulis, akan memulia tulisannya dari apa yang menarik menurut dirinya sendiri. Bila ia menemukan hal-hal yang menarik, berarti dia memiliki ide dan bahan tulisan.

Aku sudah membuat 3 jilid buku, yang masing-masing buku terdiri dari 600 halaman. Ditambah lagi, aku telah mengumpulkan sekitar 12 ribu artikel yang belum aku bukukan. Belum lagi artikel-artikel yang pernah aku tulis di forum-forum online. Murni karya tulis ku sendiri. Hal ini menunjukan bahwa aku cukup produktif dalam menulis. Dan produktifitas ini dipengaruhi oleh kemampuan kebatinan tadi.

Cukup dengan melatih sedikit konsentrasi, menjaga agar perut tidak terlalu kenyang, tidak terlalu lapar, tidak terlalu banyak tidur, tidak pula kekurangan tidur, maka otak kita akan selalu dialiri oleh intuisi-intuisi yang peka terhadap pengetahuan yang akan menjadi bahan tulisan. Pemahaman tentang tata cara mengembangkan pemikiran tersebut, menunjukan bahwa saya memiliki metoda khusus dalam mengembangkan pengetahuan tanpa beranjak dari tempat duduk.

Berkembangnya kemampuan kebatinan dan filsafat di dalam diriku, telah membuatku semakin jauh dari manusia. Pemikiran ku melangit bukan karena aku memiliki khayalan tinggi, tapi karena apa yang menjadi objek pemikiran ku jauh di luar jangakauan pemikiran orang-orang pada umumnya. Sehingga hal itu membuat saya menemukan kesulitan dalam menstranformasikan pengetahuan kepada orang lain dan membuat saya malas untuk membicarakan pengetahuan  sesuai dengan taraf pemikiran orang lain.

Deva19

wah ternyata panjang banget ya.. gw sanksi ada yang mo baca, kalo panjang begitu. apalagi kalo malam-malam gini....

Crescent

#2
seperti terjebak diantara ingin melepaskan semua kemelekatan, tapi terhalang oleh keluarga (tanggung jawab)...? bimbang seperti saat bodisatva sidharta mempunyai anak (rahula)... ? cobaan berat, rintangan.... :'(

jangan sangsi ngak ada yg baca... aku baca kok......

6ood

Pijakan Dhama Anda belum kuat, tapi Kemajuan Bathin Anda sudah duluan melesat, sehingga begini jadinya..

WhoAmI

aku baca juga loh...
Saran saya, coba membuat karangan sejenis cerpen untuk buku2 remaja / koran / majalah... mungkin bakat anda menulis dapat tersalurkan dan anda bisa mendapatkan honor ...

andry

Samma Vayama

EVO

Dear deva sepertinya ada yang kurang tepat dgn meditasi anda.anda bisa duduk berjam2 lalu akan timbul ide2 yg hebat.menurutku anda hanya asyik dgn pikiran anda saja.ini hanya pendapatku pribadi.aku sendiri masih dalam taraf belajar.mohon para meditator memberi petunjuk

Deva19

Quote from: WhoAmI on 08 August 2010, 12:00:25 AM
aku baca juga loh...
Saran saya, coba membuat karangan sejenis cerpen untuk buku2 remaja / koran / majalah... mungkin bakat anda menulis dapat tersalurkan dan anda bisa mendapatkan honor ...


hmmm.... mungkin anda orang yang ke-100 yang mengatakan demikian terhadap saya.

sebenarnya, saya udah ditawarin untuk menulis buku oleh sebuah penerbit di Bandung. sayang, tema yang ditawarkan tidak sesuai dengan minat saya, yaitu membuat buku tentang Seni Budaya dan Keterampilan. akhirnya, sudah hampir setahun, buku itu malah belum rampung juga. itu akibat kurangnya minat.

saya juga punya banyak pengalaman spiritual yang sangat ajaib dan menakjubkan. tetapi, bila itu ditulis dipublikasikan, dengan sangat terpaksa saya harus menyebutnya "kisah fiksi" alias "cerpen". jika tidak, maka saya harus bersiap disebut gila, sesat, dicaci maki atau dihujat. hal ini pula yang membuat saya akhirnya tidak tertarik untuk menulis buku untuk dipublikasikan. saya menulis buku, untuk saya simpan sendiri, dan ingin saya wariskan kepada anak-anak saya kelak.

Pernah juga saya datang ke salah satu penerbit terkenal di Bandung untuk menawarkan karya tulis saya berjudul "Logika Praktis". Pihak penerbit berkata, "Buku anda sungguh bagus, tapi kami tidak dapat menerbitkannya, karena kami mempertimbangkan popularitas diri anda." lalu pihak penerbit memperlihatkan buku-buku terbitannya, semua ditulis oleh para pengarang terkenal, seperti halnya Prof. Dr. Djalaludin Rahmat. dengan kata lain, kalau saya ingin menerbitkan "buku berat" seperti Logika, saya harus sepopuler Kang Djalal.

sudah dua tahun terakhir ini, saya lebih bisa menyalurkan bakat menulis saya, karena bergaung dengan Asosiasi Wartawan Indonesia, serta aktif di sebuah surat kabar. tapi, saya rasanya lebih suka curhat, dari pada menulis berita. dimana-mana, di forum sana sini, gw curhat melulu. sepertinya gw lebih cocok jadi "wartawan curhat", yang diomongin selalu tentang "aku, aku, aku dan aku". cari perhatian kayaknya. karena diperhatikan orang itu, nikmat sekali rasanya. :) kita bisa memanjakan ego kita, seperti memanjakan tubuh dengan membiarkannya terlelap diayunan tidur.

WhoAmI

Janganlah rekan Deva19 memanjakan ego, karena pada akhirnya ego tersebut akan membakar habis seluruh kehidupan dan kebijaksanaan anda....
Ada kemungkinan apa yang diutarakan oleh rekan Evo adalah benar; ada yang salah dengan meditasi anda. Meditasi yang dilakukan dengan obyek yang benar justru akan mengikis ego, menambah kesabaran dan ketenangan....(ini bukan omong kosong, sudah saya buktikan sendiri...)
Saran saya untuk penerbitan buku: cobalah minta kata pengantar dari pengarang yang sudah terkenal, setidaknya minta komentarnya tentang buku anda...
Jika kita ada di jalan yang benar, jangan takut untuk berjuang, coba dan coba dan coba lagi... tirulah Thomas A. Edison saat dia menemukan elemen untuk bola lampunya... :)
semoga sukses rekan Deva19...

Jerry

Ada 3 jenis mukjizat dikatakan oleh Sang Buddha:
1. Mukjizat kemampuan gaib
2. Mukjizat kemampuan membaca pikiran orang (telepati)
3. Mukjizat nasehat

Dari ke-3nya, dikatakan, diajarkan dan dianjurkan oleh Sang Buddha adalah Mukjizat nasehat.
appamadena sampadetha