Reikarnasi, pertanyaan dari non buddhist

Started by joemarselo, 20 May 2010, 10:04:56 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

Quote from: joemarselo on 11 June 2010, 01:21:15 PM
rekan-rekan yang berbahagia,

saya punya pertanyaan mengenai Rebirth.

saat manusia meninggal, yang jasadnya dikubur dan hancur. tapi ada yang tertinggal, yang kalau orang awam sebut roh/jiwa.
Apakah dalam Buddhism 'roh'/'jiwa' tersebut dinamai?

saat sejak orang meninggal, hingga terlahir kembali, apakah tahap-tahapnya?
1. meninggal - dikubur.
2. ... ?
3. ... ?
. . .
x. rebirth

salam ...

Dalam pandangan Buddhisme, manusia hanya terdiri dari fisik jasmani dan batin; tidak ada roh / jiwa. Fisik jasmani dan batin ini dapat diurai lagi menjadi beberapa bagian lagi. Fisik jasmani dan batin ini saling bekerja-sama membentuk satu fenomena bernama manusia.

Dalam kenyataannya, fisik jasmani mengalami perubahan (pembentukan, kelangsungan, pelapukan) yang konstan. Namun perubahan ini bersifat cepat sehingga kita melihat fisik jasmani ini tetap (utuh). Demikian pula batin mengalami perubahan (pembentukan, kelangsungan, pelapukan). Karena perubahan yang terjadi ini sangat cepat, kita melihat bahwa fisik jasmani dan batin ini sebagai satu kesatuan yang seolah tak terpisahkan. Bukti bahwa fisik jasmani mengalami perubahan adalah proses dari muda, sakit, bahkan menjadi tua. Sedangkan bukti bahwa batin mengalami perubahan misalnya muncul sebuah ide, berlangsungnya konsep dalam ide, dan tenggelamnya ide yang satu dan ditandai dengan munculnya ide yang lain.

Selama seseorang masih diliputi avijja (ketidak-tahuan), maka ia akan menggenggam tanha (nafsu-keinginan) dan upadana (kemelekatan). Karena belum mencabut avija, seseorang masih akan terseret dalam siklus kelahiran kembali (rebirth). Dalam kehidupan seseorang, sebenarnya kita melihat bahwa fisik jasmani hidup-mati berkali-kali dalam waktu yang sangat cepat. Batin seseorang juga timbul-tenggelam dalam waktu yang cepat. Karena berlangsung sangat cepat, maka seolah terlihat bahwa seseorang hidup secara konstan. Padahal kenyataan yang terjadi adalah hidup-mati-hidup kembali berulang kali...

Ketika fisik jasmani masih kondusif (masih sehat, organ masih utuh, titik vital masih terawat), maka fisik jasmani masih bisa bekerja sama dengan batin. Oleh karena itu meski "sudah mati berulang kali", seseorang masih hidup dengan fisik jasmani itu. Ketika fisik jasmani sudah rusak, maka batin yang masih diliputi avijja akan bekerja sama dengan fisik jasmani yang baru.

Karena fisik jasmani yang lama sudah tidak kondusif, makan kesadaran (batin) yang timbul-tenggelam pun tidak bisa bertahan di sana. Seketika fenomena batin (kesadaran) tenggelam, maka di saat itu pula muncullah fenomena batin berikutnya (kesadaran) di fisik jasmani yang baru. Fisik jasmani yang baru ini, ketika berpadu dengan batin; maka disebut sebagai makhluk.

Jadi dalam pandangan Buddhisme, kehidupan ini adalah satu siklus yang terdiri dari muncul-berlangsung-lenyap. Fenomena ini menandakan bahwa hidup adalah tidak kekal, tidak memuaskan, dan tanpa substansi inti. Siklus ini akan terus berlangsung selama masih ada "bahan bakar" yang menyebabkan berlanjutnya kelahiran kembali. Ketika penyebab dari siklus ini dihentikan, maka dengan sendiri siklus ini tidak akan berlangsung lagi.

joemarselo

saya sudah baca post di link tsb, tapi karena saya tidak punya background yang cukup, saya masih belum sepenuhnya bisa menangkap maksudnya.
untung bro Upasaka memberi re-write, and kelihatannya saya lebih mengerti penjelasan ini.

pertanyaan saya:

Dalam pandangan Buddhisme, manusia hanya terdiri dari fisik jasmani dan batin; tidak ada roh / jiwa.
::: OK, disebut 'batin'. paling tidak 'batin' ini adalah aspek non-materi dari manusia. begitu ya?

Fisik jasmani dan batin ini dapat diurai lagi menjadi beberapa bagian lagi.
::: ini maksudnya (?) :
Sang Buddha mengajarkan bahwa apa yang kita anggap sesuatu yang kekal di dalam diri kita hanyalah kombinasi fenomena fisik dan batin (Pancakkhandha), yang terdiri atas:

  • fenomena jasmani/ materi (rupakkhandha),
  • fenomena perasaan (vedana-kkhandha),
  • fenomena pencerapan (sannakkhandha),
  • fenomena bentuk-bentuk pikiran (sankharakkhandha) dan
  • fenomena kesadaran (vinnanakkhandha).
*** sesuai posting di: dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12696.msg207066.html#msg207066

Fisik jasmani dan batin ini saling bekerja-sama membentuk satu fenomena bernama manusia.
Dalam kenyataannya, fisik jasmani mengalami perubahan (pembentukan, kelangsungan, pelapukan) yang konstan. Namun perubahan ini bersifat cepat sehingga kita melihat fisik jasmani ini tetap (utuh).

::: apakah arti sesungguhnya badan kita ini mengalami proses terbentuk-berlangsung-lapuk dengan sangat cepat? seberapa cepatkah 'sangat cepat' itu? apakah seperti 0.1 detik terjadi beberapa kali?

Demikian pula batin mengalami perubahan (pembentukan, kelangsungan, pelapukan). Karena perubahan yang terjadi ini sangat cepat, kita melihat bahwa fisik jasmani dan batin ini sebagai satu kesatuan yang seolah tak terpisahkan.
::: pertanyaan yg sama spt diatas, seberapa cepatkah 'sangat cepat' itu?

Bukti bahwa fisik jasmani mengalami perubahan adalah proses dari muda, sakit, bahkan menjadi tua. Sedangkan bukti bahwa batin mengalami perubahan misalnya muncul sebuah ide, berlangsungnya konsep dalam ide, dan tenggelamnya ide yang satu dan ditandai dengan munculnya ide yang lain.
::: sebab, masa dari bayi mjd anak itu bukan 'sangat cepat' , malah lama. dengan hitungan tahun. remaja menjadi dewasa, anggaplah kira2 5 - 10 tahun. dst.
ini tidak sinkron dengan penjelasan paragraf diatas, yg menyatakan perubahan jasmani & batin yang sangat cepat.

Selama seseorang masih diliputi avijja (ketidak-tahuan), maka ia akan menggenggam tanha (nafsu-keinginan) dan upadana (kemelekatan).
::: setuju. nothing else, but just agree

Karena belum mencabut avija, seseorang masih akan terseret dalam siklus kelahiran kembali (rebirth).
::: Apakah 'avija' dalam interpretasi Indonesia-nya?

Dalam kehidupan seseorang, sebenarnya kita melihat bahwa fisik jasmani hidup-mati berkali-kali dalam waktu yang sangat cepat. Batin seseorang juga timbul-tenggelam dalam waktu yang cepat. Karena berlangsung sangat cepat, maka seolah terlihat bahwa seseorang hidup secara konstan. Padahal kenyataan yang terjadi adalah hidup-mati-hidup kembali berulang kali...

Ketika fisik jasmani masih kondusif (masih sehat, organ masih utuh, titik vital masih terawat), maka fisik jasmani masih bisa bekerja sama dengan batin. Oleh karena itu meski "sudah mati berulang kali", seseorang masih hidup dengan fisik jasmani itu. Ketika fisik jasmani sudah rusak, maka batin yang masih diliputi avijja akan bekerja sama dengan fisik jasmani yang baru.

Karena fisik jasmani yang lama sudah tidak kondusif, makan kesadaran (batin) yang timbul-tenggelam pun tidak bisa bertahan di sana. Seketika fenomena batin (kesadaran) tenggelam, maka di saat itu pula muncullah fenomena batin berikutnya (kesadaran) di fisik jasmani yang baru. Fisik jasmani yang baru ini, ketika berpadu dengan batin; maka disebut sebagai makhluk.

Jadi dalam pandangan Buddhisme, kehidupan ini adalah satu siklus yang terdiri dari muncul-berlangsung-lenyap. Fenomena ini menandakan bahwa hidup adalah tidak kekal, tidak memuaskan, dan tanpa substansi inti. Siklus ini akan terus berlangsung selama masih ada "bahan bakar" yang menyebabkan berlanjutnya kelahiran kembali. Ketika penyebab dari siklus ini dihentikan, maka dengan sendiri siklus ini tidak akan berlangsung lagi.

:::
lanjutannya, menyusul. saya masih mencerna pelan2.

terima kasih semua ...
salam ...
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
peace yo!
jm

No Pain No Gain

#62
bro joe, saya berusaha menjelaskan arti 'sangat cepat' di sini ya..

anda pernah tau teori mengenai atom? semasa smu jg kita udah pernah belajar..

Bayangkan diri Anda makan pizza yang lezat. Dari yang dibuat? Sosis, keju, jamur, tomat dan tepung. Nah, dari mereka yang terbuat dari sosis, keju, jamur, tomat? Rangkaian pertanyaan secara terus menerus akan membawa kita ke molekul yang terbentuk dari atom seperti oksigen, hidrogen dan karbon. Kemudian ada proton,neutron, dan elektron.

untuk membentuk 'materi padat', tentu terjadi gaya tarik menarik antar atom ini diakibatkan oleh gerak perpindahan elektron yang sangat cepat..karena ada pergerakannyalah, maka dikatakan suatu materi bisa berubah...perubahan di sini tentu saja tidak dapat dilihat bro joe secara langsung. yang bisa dilihat bro joe adalah akumulasi dari perubahan itu sendiri sehingga tampak oleh mata..makanya bro joe, tidak bisa melihat rambut hitam legam yang tiba2 berubah jadi rambut putih dalam waktu semalam..banyak sekali proses di tubuh kita yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata..

No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Nevada

Quote from: joemarselo
Dalam pandangan Buddhisme, manusia hanya terdiri dari fisik jasmani dan batin; tidak ada roh / jiwa.
::: OK, disebut 'batin'. paling tidak 'batin' ini adalah aspek non-materi dari manusia. begitu ya?

Benar.


Quote from: joemarseloFisik jasmani dan batin ini dapat diurai lagi menjadi beberapa bagian lagi.
::: ini maksudnya (?) :
Sang Buddha mengajarkan bahwa apa yang kita anggap sesuatu yang kekal di dalam diri kita hanyalah kombinasi fenomena fisik dan batin (Pancakkhandha), yang terdiri atas:

  • fenomena jasmani/ materi (rupakkhandha),
  • fenomena perasaan (vedana-kkhandha),
  • fenomena pencerapan (sannakkhandha),
  • fenomena bentuk-bentuk pikiran (sankharakkhandha) dan
  • fenomena kesadaran (vinnanakkhandha).
*** sesuai posting di: dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12696.msg207066.html#msg207066

Fisik jasmani bisa diurai lagi menjadi beberapa bagian, misalnya: rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, kulit, daging, urat, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput dada, limpa, paru-paru, usus, saluran usus, perut, kotoran, empedu, lendir, nanah, darah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan sendi, air kencing, dan otak.

Sedangkan batin juga bisa diurai lagi menjadi beberapa bagian lagi yang jauh lebih rumit. Dalam keseharian kita juga bisa melihatnya, misalnya: senang, sedih, marah, kaget, takut, malu, dll.

Secara garis besar, memang fisik jasmani dan batin terdiri dari 5 kelompok kehidupan, yaitu seperti yang Anda tulis di atas (pancakkhandha).


Quote from: joemarseloFisik jasmani dan batin ini saling bekerja-sama membentuk satu fenomena bernama manusia.
Dalam kenyataannya, fisik jasmani mengalami perubahan (pembentukan, kelangsungan, pelapukan) yang konstan. Namun perubahan ini bersifat cepat sehingga kita melihat fisik jasmani ini tetap (utuh).

::: apakah arti sesungguhnya badan kita ini mengalami proses terbentuk-berlangsung-lapuk dengan sangat cepat? seberapa cepatkah 'sangat cepat' itu? apakah seperti 0.1 detik terjadi beberapa kali?

Seberapa cepatnya saya tidak tahu, yang jelas sangat cepat.

Badan kita mengalami proses terbentuk-berlangsung-lapuk dengan sangat cepat, bisa kita lihat dari beberapa contoh kecil. Misalnya rambut kita tumbuh, memanjang, kemudian rontok atau putus. Demikian pula sel kulit kita tumbuh, berkembang kemudian mati. Di seluruh tubuh (fisik jasmani) kita, selalu berlangsung proses terbentuk-berproses-lapuk.


Quote from: joemarseloDemikian pula batin mengalami perubahan (pembentukan, kelangsungan, pelapukan). Karena perubahan yang terjadi ini sangat cepat, kita melihat bahwa fisik jasmani dan batin ini sebagai satu kesatuan yang seolah tak terpisahkan.
::: pertanyaan yg sama spt diatas, seberapa cepatkah 'sangat cepat' itu?

Seberapa cepatnya saya tidak tahu, yang jelas sangat cepat.


Quote from: joemarseloBukti bahwa fisik jasmani mengalami perubahan adalah proses dari muda, sakit, bahkan menjadi tua. Sedangkan bukti bahwa batin mengalami perubahan misalnya muncul sebuah ide, berlangsungnya konsep dalam ide, dan tenggelamnya ide yang satu dan ditandai dengan munculnya ide yang lain.
::: sebab, masa dari bayi mjd anak itu bukan 'sangat cepat' , malah lama. dengan hitungan tahun. remaja menjadi dewasa, anggaplah kira2 5 - 10 tahun. dst.
ini tidak sinkron dengan penjelasan paragraf diatas, yg menyatakan perubahan jasmani & batin yang sangat cepat.

Apa yang kita lihat sebagai manusia hanyalah paduan materi fisik jasmani dan fenomena batin. Kita tentunya setuju bahwa pikiran bergerak sangat cepat. Demikian pula fisik jasmani yang notabene tersusun dari paduan atom-atom. Seperti yang kita ketahui, setiap atom memiliki elektron yang bergerak mengelilingi inti atom dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dan tubuh kita pun sebenarnya tersusun dari atom-atom yang sangat banyak. Oleh karena itu, tubuh kita yang terlihat statis (tetap dan utuh) ini sebenarnya selalu berubah dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Banyak orang yang mengatakan bahwa batu itu diam dan tidak bergerak. Namun dalam penjelasan Fisika, batu itu pun tersusun dari rangkaian atom; dan dinyatakan bergerak. Jadi dalam konteks ini; apa yang ditangkap indria penglihatan sebagai sesuatu yang tetap (utuh), pada hakikatnya adalah tidak tetap (tidak utuh).


Quote from: joemarseloKarena belum mencabut avija, seseorang masih akan terseret dalam siklus kelahiran kembali (rebirth).
::: Apakah 'avija' dalam interpretasi Indonesia-nya?

Avijja => ketidak-tahuan.

Dalam hal ini, "ketidak-tahuan" adalah tidak mengetahui bahwa "ada dukkha, ada asal mula dukkha, ada terhentinya dukkha, dan ada jalan menuju terhentinya dukkha".


Quote from: joemarseloDalam kehidupan seseorang, sebenarnya kita melihat bahwa fisik jasmani hidup-mati berkali-kali dalam waktu yang sangat cepat. Batin seseorang juga timbul-tenggelam dalam waktu yang cepat. Karena berlangsung sangat cepat, maka seolah terlihat bahwa seseorang hidup secara konstan. Padahal kenyataan yang terjadi adalah hidup-mati-hidup kembali berulang kali...

Ketika fisik jasmani masih kondusif (masih sehat, organ masih utuh, titik vital masih terawat), maka fisik jasmani masih bisa bekerja sama dengan batin. Oleh karena itu meski "sudah mati berulang kali", seseorang masih hidup dengan fisik jasmani itu. Ketika fisik jasmani sudah rusak, maka batin yang masih diliputi avijja akan bekerja sama dengan fisik jasmani yang baru.

Karena fisik jasmani yang lama sudah tidak kondusif, makan kesadaran (batin) yang timbul-tenggelam pun tidak bisa bertahan di sana. Seketika fenomena batin (kesadaran) tenggelam, maka di saat itu pula muncullah fenomena batin berikutnya (kesadaran) di fisik jasmani yang baru. Fisik jasmani yang baru ini, ketika berpadu dengan batin; maka disebut sebagai makhluk.

Jadi dalam pandangan Buddhisme, kehidupan ini adalah satu siklus yang terdiri dari muncul-berlangsung-lenyap. Fenomena ini menandakan bahwa hidup adalah tidak kekal, tidak memuaskan, dan tanpa substansi inti. Siklus ini akan terus berlangsung selama masih ada "bahan bakar" yang menyebabkan berlanjutnya kelahiran kembali. Ketika penyebab dari siklus ini dihentikan, maka dengan sendiri siklus ini tidak akan berlangsung lagi.

:::
lanjutannya, menyusul. saya masih mencerna pelan2.

terima kasih semua ...
salam ...

Sama-sama.

joemarselo

Thanx No Pain No Gain, Thanx Upasaka,
penjelasan dari kamu bisa saya mengerti.
walau ada sedikit hal yang saya ingin sanggah, tapi nanti dulu, biar saya pahami dulu.

saya lebih tertarik untuk tahu pada bagian manusia saat mati.
saat manusia mati ... hmmm, saya perlu pakai bahasa yang gampang supaya saya bisa meng-ekspresikan dengan jelas.
saat manusia mati, detik itu  ... dut ... lalu napas habis dari jasmaninya.
lalu apa yang terjadi?
apakah urut-urutan tahapnya?

hingga akhirnya batin itu memperoleh kelahiran baru di jasmani yang baru.

thanx sebelumnya.

saya sangat antusias dengan penjelasan rekan2 , namun rasanya saya perlu absen dulu beberapa minggu, sebab ada tugas perjalanan.
jika sempat, saya akan buka dari sana. jika tidak, paling 2 or 3 minggu lagi saya baca.

salam ...
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
peace yo!
jm

Nevada

[at] joemarselo

Kalau ada yang ingin Anda tanyakan atau sanggah, silakan... :)

Penjelasan mengenai tahap-tahapan kematian menurut pandangan Buddhisme cukup kompleks. Biasanya teman-teman yang cukup mendalami Abhidhamma lebih bisa menguraikan detilnya. Karena saya tidak terlalu mendalami Abhidhamma, saya kurang bisa menjelaskan tahapannya dengan jelas.

Sejauh apa yang saya pelajari di Buddhisme, ketika nafas berhenti (saat kematian) belum tentu pada saat itu kesadaran juga berhenti. Ada kemungkinan meskipun nafas berhenti, namun kesadaran-kesadaran indrianya masih aktif namun sangat lemah. Ketika semua kesadaran indria telah berhenti, barulah itu yang dinamakan sebagai kematian di dalam Buddhisme. Ketika meninggal dalam kondisi avijja, batin orang tersebut jelas masih terikat pada nafsu keinginan dan kemelekatan. Kekuatan dari nafsu keinginan dan kemelekatan inilah yang membuat aktivitas batin belum padam. Karena belum padam, dengan "sendirinya" kesadaran terakhir di batin tersebut akan timbul lagi ketika "bertemu" dengan fisik jasmani yang kondusif.

Muncullah pemikiran bahwa: "jika kesadaran batin bisa bertemu dengan fisik jasmani, berarti kesadaran ini bisa berpindah". Pemikiran ini sudah pernah ada di zaman Sang Buddha, dan Sang Buddha tidak menyetujuinya. Mengapa? Sebab bila kita bertanya: "di manakah batin atau pikiran itu berada?", kita tidak bisa menemukan jawaban yang tepat. Batin atau pikiran bukan di otak, bukan di hati (liver), bukan di hadayavatthu (organ landasan batin yang dipopulerkan di Abhidhamma). Batin atau pikiran tidak bisa ditemukan di manapun. Dengan kata lain; kesadaran, ingatan, perasaan dan bentukan-bentukan kehendak juga tidak bisa ditemukan di manapun. Tetapi kita tentunya sepakat bahwa batin atau pikiran itu ada.

Karena batin atau pikiran tidak bisa ditemukan di manapun, kita tidak bisa menyatakan bahwa batin atau pikiran itu adalah suatu materi yang bisa berpindah, keluar-masuk, apalagi berada di suatu tempat. Oleh sebab itu di atas tadi saya memakai kata "bertemu" dengan tanda kutip.

Batin atau pikiran tidak bisa ditemukan di manapun. Tetapi batin atau pikiran yang bekerja sama dengan fisik jasmani bisa memunculkan fenomena yang disebut makhluk hidup (dalam konteks ini adalah manusia). Karena itulah, jika fisik jasmani itu rusak (mati); maka batin atau pikiran yang masih diliputi avijja masih akan beraktivitas. Karena masih beraktivitas dan belum padam, makanya batin ini bisa "bertemu" dengan fisik jasmani yang baru di tempat manapun sesuai dengan kamma (perbuatan) masa lampaunya. Terlahir kembali di negara yang berbeda, terlahir kembali di orangtua yang berbeda, terlahir kembali di alam yang berbeda, maupun terlahir kembali di planet yang berbeda; adalah hal yang wajar dalam pandangan Buddhisme. Dan dalam pandangan Buddhisme ini, seketika seseorang yang masih diliputi avijja ini mati; maka seketika itu pula ada makhluk lain yang muncul / terlahir karena kematian orang tersebut. Orang tersebut dan makhluk yang baru muncul (lahir) ini adalah dua makhluk yang berbeda. Namun keduanya sebenarnya bukanlah berbeda. Maksudnya, sebab makhluk yang baru muncul (lahir) ini bisa "ada" karena orang tersebut mati dalam keadaan diliputi avijja.

Demikianlah penjelasan saya. Kalau Anda kurang puas, Anda boleh mengemukakan pendapat dan kritik Anda.