News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mungkinkah diciptakannya mesin waktu menurut dhamma?

Started by tuwino gunawan, 04 May 2010, 06:39:33 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Mr.Jhonz

#15
Quote from: Forte on 05 May 2010, 06:02:44 AM
IMO.. agak sulit, karena misal kita duduk di mesin waktu dan memasuki terowongan waktu menuju masa depan / masa lalu. Pertanyaannya apakah kita tidak terkena impact dari vektor waktu tersebut ?
Setahu gw, astronot yang menjelajah ke angkasa luar, akan cepat bertambah tua karena terpengaruh vektor waktu tersebut. kalau gak salah hal ini bisa dijelaskan dengan teori relativitas Einstein

Om forte bukannya sebaliknya; astronot malah awet muda?

[spoiler]ika seorang astronot ditanya umur
sekembali dari misi luar angkasa, bisa
jadi ia harus berpikir dua kali. Kenapa?
Inikarena setiap kali seorang astronot
pergi ke luar angkasa, umurnya
bertambah lebih lambat jika
dibandingkan dengan umur mereka
yang tinggal di Bumi. Jadi sekembali
astronot ke bumi, bisa dibilang mereka
awet muda jika dibanding orang yang
sebaya.
Fenomena perlambatan waktu ini
dijelaskan oleh teori yang muncul dari
seorang maha fisikawan, Albert
Einstein. Apa lagi kalau bukan melalui
teorinya yang terkenal, teori
relativitas.
Berpangkal dari teori relativitas umum
(E=mc2), ada yang disebut teori Special
Relativity (SR), relatifitas khusus.
Menurut teori ini, jam di dalam sebuah
pesawat ruang angkasa yang bergerak
cepat akan berjalan lebih lambat
daripada jam yang diam di tempat. Ini
berlaku pada semua "jam" (mekanis,
atomis, dan biologis).
Sebagai contoh, sebuah jam di
pesawat ruang angkasa yang bergerak
pada 99 persen kecepatan cahaya
akan maju tujuh kali lebih lambat
daripada jam yang diam. Ini berarti,
seorang astronot bertambah tua lebih
lambat daripada mereka yang tetap di
Bumi.
Seperti umur seorang astronot yang
melakukan perjalanan ke Alpha
Centauri (4,3 tahun cahaya) pada 99
persen kecepatan cahaya. Perjalanan
ini akan memakan waktu 8,7 tahun
Bumi sementara umur si astronot
hanya akan bertambah tua setahun
tiga bulan.
Twin paradox
Bagaimana dengan sepasang kembar
yang selalu dianggap berumur sama?
Menurut Einstein, kembar akan
berumur sama jika waktu berlalu pada
tingkat yang sama bagi mereka. Lalu
apakah ini selalu berlaku? Tidak!
Salah satu konsekuensi dari teori
Einstein adalah bahwa waktu berjalan
lebih lambat pada referensi yang
bergerak. Jadi siapapun yang bergerak
akan bertambah tua lebih lambat
daripada mereka yang tetap diam.
Namun bukan berarti orang bisa
berjalan mundur ke waktu lampau.
Anggap Anda mempunyai saudara
kembar si Fulan dan ia pergi melintas
galaksi dengan kecepatan yang sangat
tinggi. Lalu anggap ia kembali ke Bumi
setelah 10 tahun sesuai waktu di jam
yang dibawanya. Ketika ia kembali ke
bumi, sangat mungkin terjadi 1.000
tahun telah berlalu di Bumi! (berapa
lama waktu yang sudah berlalu,
tepatnya tergantung pada
kecepatannya).
Dari perumpamaan inilah muncul
istilah Twin Paradox.
Pertanyaannya, apakah memang
waktu melambat bagi si Fulan hingga
membuatnya lebih muda daripada
Anda? Atau bisakah si Fulan mengaku
bahwa Bumi lah yang bergerak,
sehingga Anda menjadi lebih muda?
Singkat kata, SR lebih mengacu pada
pernyataan pertama, penambahan
umur si Fulan lebih lambat
dibandingkan dengan Anda semasa
keberangkatan hingga kepulangannya.
Lalu kenapa tidak pernyataan kedua?
Teori SR tidak menglaim bahwa semua
referensi waktu adalah sama. Yang
sama hanyalah yang diam (inersia).
Bingkai waktu si Fulan tidak diam
sewaktu ia mengalami percepatan. Ini
dapat dideteksi melalui pengamatan. Si
Fulan harus menggunakan kecepatan
maksimum di setengah perjalanannya
sementara Anda tidak melakukan apa-
apa. Si Fulan bahkan harus
menyeimbangkan diri karena ia
merasakan percepatan sementara
Anda tidak merasakan apa-apa.
Terkesan sederhana tapi ini baru satu
versi dari Twin Paradox. Sementara
masih banyak versi yang bisa
membingungkan. Satu hal, kita tidak
membicarakan perspektif si Fulan.
Teori relativitas Einstein memang tidak
mudah untuk dimengerti karena teori
ini tidak terlihat jelas dalam kehidupan
sehari-hari. Skenario perjalanan
supercepat si kembar ke ruang
angkasa hanyalah sekadar gambaran
bagaimana teori ini berlaku tanpa
menggunakan istilah ilmiah dan bukan
untuk membuktikan teori.
Di masa yang akan datang, bukan
tidak mungkin relatifitas akan menjadi
bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Salah satu yang memungkinkan adalah
rencana NASA untuk mengadakan misi
ke Mars dengan meluncurkan pesawat
dari stasiun ruang angkasa, Alpha.
Pesawat ini direncanakan meluncur
dengan kecepatan rata-rata 1/100
kecepatan cahaya dengan kecepatan
maksimum sekitar 1/80 kecepatan
cahaya. Bahkan pada 1,25 persen
kecepatan cahaya, efek relativitas
harus diperhitungkan dalam
berkomunikasi dengan pesawat.
Sebagian pengamat menganggap
proyek Mars ini bisa meningkatkan
citra industri ruang angkasa. Namun
proyek ini juga mengundang berbagai
pertanyaan menyangkut efek
perjalanan ini terhadap manusia.
Maklum, efek yang menimpa astronot
bukan hanya proses penuaan yang
lebih lambat - seperti banyak
diimpikan orang lain. Yang terjadi
adalah setiap kali seorang astronot
kembali ke Bumi, massa otot mereka
berkurang 30 persen dan massa tulang
berkurang 10 persen. Ini akibat kondisi
hampir tanpa bobot.
Jadi, ya, siap saja mengikuti program
pemulihan sekembali dari ruang
angkasa biar kondisi bisa mengimbangi
umur yang sudah dihemat. Jangan
sampai alih-alih mengejar efek
relativitas, yang didapat malah efek
mikrogravitasi.

**Nb,Blog orang aye comot[/spoiler]
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

seniya

Kalau dalam ajaran Buddha sepertinya tidak ada tentang penjelajahan waktu dengan tubuh fisik. Dg batin pun hanya mengingat kehidupan lampau dan mengetahui apa yg akan terjadi di masa mendatang, dan bukan batinnya yg berkelana ke masa lalu/masa depan melainkan membangkitkan ingatan masa lampau melalui abhinna.

Oleh sebab itu Buddha mengajarkan agar kita hidup di masa sekarang karena masa lampau sudah berlalu & masa depan belum terjadi.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

FZ

Quote from: Mr.Jhonz on 05 May 2010, 06:32:23 AM
Quote from: Forte on 05 May 2010, 06:02:44 AM
IMO.. agak sulit, karena misal kita duduk di mesin waktu dan memasuki terowongan waktu menuju masa depan / masa lalu. Pertanyaannya apakah kita tidak terkena impact dari vektor waktu tersebut ?
Setahu gw, astronot yang menjelajah ke angkasa luar, akan cepat bertambah tua karena terpengaruh vektor waktu tersebut. kalau gak salah hal ini bisa dijelaskan dengan teori relativitas Einstein

Om forte bukannya sebaliknya; astronot malah awet muda?

[spoiler]ika seorang astronot ditanya umur
sekembali dari misi luar angkasa, bisa
jadi ia harus berpikir dua kali. Kenapa?
Inikarena setiap kali seorang astronot
pergi ke luar angkasa, umurnya
bertambah lebih lambat jika
dibandingkan dengan umur mereka
yang tinggal di Bumi. Jadi sekembali
astronot ke bumi, bisa dibilang mereka
awet muda jika dibanding orang yang
sebaya.
Fenomena perlambatan waktu ini
dijelaskan oleh teori yang muncul dari
seorang maha fisikawan, Albert
Einstein. Apa lagi kalau bukan melalui
teorinya yang terkenal, teori
relativitas.
Berpangkal dari teori relativitas umum
(E=mc2), ada yang disebut teori Special
Relativity (SR), relatifitas khusus.
Menurut teori ini, jam di dalam sebuah
pesawat ruang angkasa yang bergerak
cepat akan berjalan lebih lambat
daripada jam yang diam di tempat. Ini
berlaku pada semua "jam" (mekanis,
atomis, dan biologis).
Sebagai contoh, sebuah jam di
pesawat ruang angkasa yang bergerak
pada 99 persen kecepatan cahaya
akan maju tujuh kali lebih lambat
daripada jam yang diam. Ini berarti,
seorang astronot bertambah tua lebih
lambat daripada mereka yang tetap di
Bumi.
Seperti umur seorang astronot yang
melakukan perjalanan ke Alpha
Centauri (4,3 tahun cahaya) pada 99
persen kecepatan cahaya. Perjalanan
ini akan memakan waktu 8,7 tahun
Bumi sementara umur si astronot
hanya akan bertambah tua setahun
tiga bulan.
Twin paradox
Bagaimana dengan sepasang kembar
yang selalu dianggap berumur sama?
Menurut Einstein, kembar akan
berumur sama jika waktu berlalu pada
tingkat yang sama bagi mereka. Lalu
apakah ini selalu berlaku? Tidak!
Salah satu konsekuensi dari teori
Einstein adalah bahwa waktu berjalan
lebih lambat pada referensi yang
bergerak. Jadi siapapun yang bergerak
akan bertambah tua lebih lambat
daripada mereka yang tetap diam.
Namun bukan berarti orang bisa
berjalan mundur ke waktu lampau.
Anggap Anda mempunyai saudara
kembar si Fulan dan ia pergi melintas
galaksi dengan kecepatan yang sangat
tinggi. Lalu anggap ia kembali ke Bumi
setelah 10 tahun sesuai waktu di jam
yang dibawanya. Ketika ia kembali ke
bumi, sangat mungkin terjadi 1.000
tahun telah berlalu di Bumi! (berapa
lama waktu yang sudah berlalu,
tepatnya tergantung pada
kecepatannya).
Dari perumpamaan inilah muncul
istilah Twin Paradox.
Pertanyaannya, apakah memang
waktu melambat bagi si Fulan hingga
membuatnya lebih muda daripada
Anda? Atau bisakah si Fulan mengaku
bahwa Bumi lah yang bergerak,
sehingga Anda menjadi lebih muda?
Singkat kata, SR lebih mengacu pada
pernyataan pertama, penambahan
umur si Fulan lebih lambat
dibandingkan dengan Anda semasa
keberangkatan hingga kepulangannya.
Lalu kenapa tidak pernyataan kedua?
Teori SR tidak menglaim bahwa semua
referensi waktu adalah sama. Yang
sama hanyalah yang diam (inersia).
Bingkai waktu si Fulan tidak diam
sewaktu ia mengalami percepatan. Ini
dapat dideteksi melalui pengamatan. Si
Fulan harus menggunakan kecepatan
maksimum di setengah perjalanannya
sementara Anda tidak melakukan apa-
apa. Si Fulan bahkan harus
menyeimbangkan diri karena ia
merasakan percepatan sementara
Anda tidak merasakan apa-apa.
Terkesan sederhana tapi ini baru satu
versi dari Twin Paradox. Sementara
masih banyak versi yang bisa
membingungkan. Satu hal, kita tidak
membicarakan perspektif si Fulan.
Teori relativitas Einstein memang tidak
mudah untuk dimengerti karena teori
ini tidak terlihat jelas dalam kehidupan
sehari-hari. Skenario perjalanan
supercepat si kembar ke ruang
angkasa hanyalah sekadar gambaran
bagaimana teori ini berlaku tanpa
menggunakan istilah ilmiah dan bukan
untuk membuktikan teori.
Di masa yang akan datang, bukan
tidak mungkin relatifitas akan menjadi
bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Salah satu yang memungkinkan adalah
rencana NASA untuk mengadakan misi
ke Mars dengan meluncurkan pesawat
dari stasiun ruang angkasa, Alpha.
Pesawat ini direncanakan meluncur
dengan kecepatan rata-rata 1/100
kecepatan cahaya dengan kecepatan
maksimum sekitar 1/80 kecepatan
cahaya. Bahkan pada 1,25 persen
kecepatan cahaya, efek relativitas
harus diperhitungkan dalam
berkomunikasi dengan pesawat.
Sebagian pengamat menganggap
proyek Mars ini bisa meningkatkan
citra industri ruang angkasa. Namun
proyek ini juga mengundang berbagai
pertanyaan menyangkut efek
perjalanan ini terhadap manusia.
Maklum, efek yang menimpa astronot
bukan hanya proses penuaan yang
lebih lambat - seperti banyak
diimpikan orang lain. Yang terjadi
adalah setiap kali seorang astronot
kembali ke Bumi, massa otot mereka
berkurang 30 persen dan massa tulang
berkurang 10 persen. Ini akibat kondisi
hampir tanpa bobot.
Jadi, ya, siap saja mengikuti program
pemulihan sekembali dari ruang
angkasa biar kondisi bisa mengimbangi
umur yang sudah dihemat. Jangan
sampai alih-alih mengejar efek
relativitas, yang didapat malah efek
mikrogravitasi.

**Nb,Blog orang aye comot[/spoiler]

setahu gw seh.. soalnya gak jago2 amat fisika..
but.. nice share.. ^^
thanks yoo..

hatRed

karena di topik buddhisme

mungkin yg ini bisa jadi tambahan bahan ;D

Quote
"Semua Buddha mengetahui berbagai hal mengenai masa lampau dan yang
akan datang melalui nimitta yang melambangkan mereka kebenaran asli
dari sebuah peristiwa dalam pertanyaan.27 Contohnya, ketika seorang Buddha
ingin mengetahui kehidupan Buddha-Buddha sebelum diriNya, beliau harus
mengambil nimita dari masing-masing Buddha, dan keadaan tertentu
di mana ia tinggal, sebagai sarana untuk membawanya langsung pada
pengetahuan tersebut. Jika sesuatu ada melebihi dalam kebenaran duniawi
biasa, itu adalah vimutti, oleh karena itu, dapat tanpa menggunakan simbol
apa pun untuk mewakilinya. Karena itu, pengetahuan tentang Buddha masa
lalu tergantung pada kesepakatan duniawi untuk melayani sebagai dasar
utama untuk pemahaman, seperti apa yang tercermin dari kunjunganku
ini. Adalah diperlukan, aku dan semua siswa arahat muncul dalam bentuk
duniawi kami sehingga yang lainnya, seperti anda, memiliki cara untuk
menentukan bagaimana bentuk kami. Jika kami tidak muncul dalam bentuk
ini, tak seorang pun dapat mampu untuk melihat kami.28

masih kutipan dari buku yg sama Venerable Acariya Man Bhuridatta Thera - A Spiritual Biography.pdf
hal : 224
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

Quote from: Mr.Jhonz on 05 May 2010, 06:32:23 AM
Quote from: Forte on 05 May 2010, 06:02:44 AM
IMO.. agak sulit, karena misal kita duduk di mesin waktu dan memasuki terowongan waktu menuju masa depan / masa lalu. Pertanyaannya apakah kita tidak terkena impact dari vektor waktu tersebut ?
Setahu gw, astronot yang menjelajah ke angkasa luar, akan cepat bertambah tua karena terpengaruh vektor waktu tersebut. kalau gak salah hal ini bisa dijelaskan dengan teori relativitas Einstein

Om forte bukannya sebaliknya; astronot malah awet muda?

[spoiler]ika seorang astronot ditanya umur
sekembali dari misi luar angkasa, bisa
jadi ia harus berpikir dua kali. Kenapa?
Inikarena setiap kali seorang astronot
pergi ke luar angkasa, umurnya
bertambah lebih lambat jika
dibandingkan dengan umur mereka
yang tinggal di Bumi. Jadi sekembali
astronot ke bumi, bisa dibilang mereka
awet muda jika dibanding orang yang
sebaya.
Fenomena perlambatan waktu ini
dijelaskan oleh teori yang muncul dari
seorang maha fisikawan, Albert
Einstein. Apa lagi kalau bukan melalui
teorinya yang terkenal, teori
relativitas.
Berpangkal dari teori relativitas umum
(E=mc2), ada yang disebut teori Special
Relativity (SR), relatifitas khusus.
Menurut teori ini, jam di dalam sebuah
pesawat ruang angkasa yang bergerak
cepat akan berjalan lebih lambat
daripada jam yang diam di tempat. Ini
berlaku pada semua "jam" (mekanis,
atomis, dan biologis).
Sebagai contoh, sebuah jam di
pesawat ruang angkasa yang bergerak
pada 99 persen kecepatan cahaya
akan maju tujuh kali lebih lambat
daripada jam yang diam. Ini berarti,
seorang astronot bertambah tua lebih
lambat daripada mereka yang tetap di
Bumi.
Seperti umur seorang astronot yang
melakukan perjalanan ke Alpha
Centauri (4,3 tahun cahaya) pada 99
persen kecepatan cahaya. Perjalanan
ini akan memakan waktu 8,7 tahun
Bumi sementara umur si astronot
hanya akan bertambah tua setahun
tiga bulan.
Twin paradox
Bagaimana dengan sepasang kembar
yang selalu dianggap berumur sama?
Menurut Einstein, kembar akan
berumur sama jika waktu berlalu pada
tingkat yang sama bagi mereka. Lalu
apakah ini selalu berlaku? Tidak!
Salah satu konsekuensi dari teori
Einstein adalah bahwa waktu berjalan
lebih lambat pada referensi yang
bergerak. Jadi siapapun yang bergerak
akan bertambah tua lebih lambat
daripada mereka yang tetap diam.
Namun bukan berarti orang bisa
berjalan mundur ke waktu lampau.
Anggap Anda mempunyai saudara
kembar si Fulan dan ia pergi melintas
galaksi dengan kecepatan yang sangat
tinggi. Lalu anggap ia kembali ke Bumi
setelah 10 tahun sesuai waktu di jam
yang dibawanya. Ketika ia kembali ke
bumi, sangat mungkin terjadi 1.000
tahun telah berlalu di Bumi! (berapa
lama waktu yang sudah berlalu,
tepatnya tergantung pada
kecepatannya).
Dari perumpamaan inilah muncul
istilah Twin Paradox.
Pertanyaannya, apakah memang
waktu melambat bagi si Fulan hingga
membuatnya lebih muda daripada
Anda? Atau bisakah si Fulan mengaku
bahwa Bumi lah yang bergerak,
sehingga Anda menjadi lebih muda?
Singkat kata, SR lebih mengacu pada
pernyataan pertama, penambahan
umur si Fulan lebih lambat
dibandingkan dengan Anda semasa
keberangkatan hingga kepulangannya.
Lalu kenapa tidak pernyataan kedua?
Teori SR tidak menglaim bahwa semua
referensi waktu adalah sama. Yang
sama hanyalah yang diam (inersia).
Bingkai waktu si Fulan tidak diam
sewaktu ia mengalami percepatan. Ini
dapat dideteksi melalui pengamatan. Si
Fulan harus menggunakan kecepatan
maksimum di setengah perjalanannya
sementara Anda tidak melakukan apa-
apa. Si Fulan bahkan harus
menyeimbangkan diri karena ia
merasakan percepatan sementara
Anda tidak merasakan apa-apa.
Terkesan sederhana tapi ini baru satu
versi dari Twin Paradox. Sementara
masih banyak versi yang bisa
membingungkan. Satu hal, kita tidak
membicarakan perspektif si Fulan.
Teori relativitas Einstein memang tidak
mudah untuk dimengerti karena teori
ini tidak terlihat jelas dalam kehidupan
sehari-hari. Skenario perjalanan
supercepat si kembar ke ruang
angkasa hanyalah sekadar gambaran
bagaimana teori ini berlaku tanpa
menggunakan istilah ilmiah dan bukan
untuk membuktikan teori.
Di masa yang akan datang, bukan
tidak mungkin relatifitas akan menjadi
bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Salah satu yang memungkinkan adalah
rencana NASA untuk mengadakan misi
ke Mars dengan meluncurkan pesawat
dari stasiun ruang angkasa, Alpha.
Pesawat ini direncanakan meluncur
dengan kecepatan rata-rata 1/100
kecepatan cahaya dengan kecepatan
maksimum sekitar 1/80 kecepatan
cahaya. Bahkan pada 1,25 persen
kecepatan cahaya, efek relativitas
harus diperhitungkan dalam
berkomunikasi dengan pesawat.
Sebagian pengamat menganggap
proyek Mars ini bisa meningkatkan
citra industri ruang angkasa. Namun
proyek ini juga mengundang berbagai
pertanyaan menyangkut efek
perjalanan ini terhadap manusia.
Maklum, efek yang menimpa astronot
bukan hanya proses penuaan yang
lebih lambat - seperti banyak
diimpikan orang lain. Yang terjadi
adalah setiap kali seorang astronot
kembali ke Bumi, massa otot mereka
berkurang 30 persen dan massa tulang
berkurang 10 persen. Ini akibat kondisi
hampir tanpa bobot.
Jadi, ya, siap saja mengikuti program
pemulihan sekembali dari ruang
angkasa biar kondisi bisa mengimbangi
umur yang sudah dihemat. Jangan
sampai alih-alih mengejar efek
relativitas, yang didapat malah efek
mikrogravitasi.

**Nb,Blog orang aye comot[/spoiler]


interupsi,

bagaimana cara mengukur perlambatan jam biologis ???

ogut mungkin masih berpegang pada fisika klasik, namun IMO maksud dari hal tersebut adalah

bila kita mengerjakan sesuatu lebih cepat, dibanding yang lebih lama, maka waktu yang diperlukan juga lebih sedikit.

contoh :
si A berumur 40 Tahun
si B berumur 40 Tahun

A dan B mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan waktu 20 Tahun

si A mengerjakan lebih cepat, sehingga kelar dalam waktu 10 Tahun
si B mengerjakan seperti biasa sehingga kelar dalam waktu 20 Tahun

maka saat masing masing pekerjaan selesai

Umur si A adalah : 40 + 10 = 50 Tahun
umur si B adalah : 40 + 20 = 60 Tahun

jadi bener toh umur si A lebih muda, karena dia gerak cepat ;D
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Dalam pandangan Buddhisme, tidak mungkin ada cara untuk kembali ke masa lalu. Sebab bila ada cara untuk kembali ke masa lalu, artinya hukum perubahan harus berjalan mundur. Sedangkan hukum perubahan adalah dari sebab menjadi akibat, bukan akibat menjadi sebab. Hukum perubahan misalnya dari muda menjadi tua, bukan sebaliknya.

Bila ada mesin waktu yang mampu membawa seseorang ke masa lalu, ini sudah absurd. Bila memang hukum perubahan bisa diatur berjalan mundur, harusnya hal ini juga terjadi pada orang yang "kembali ke masa lalu". Seumpamanya seseorang yang berusia 25 tahun ingin kembali ke 15 tahun lalu saat masih kecil untuk bertemu dengan kakeknya. Jika memang ada mesin waktu, seharusnya orang itu kembali menjadi berusia 10 tahun. Jika seperti yang digambarkan di film-film, dimana orang itu tetap berusia 25 tahun saat kembali ke masa lalu; maka itu artinya hukum perubahan tidak berlaku bagi orang itu. Ini yang saya sebut dengan absurd / tidak masuk akal.

Selain itu, jika perjalanan ke masa lalu juga turut membuat orang yang berkelana itu menjadi lebih muda, hal ini juga seharusnya terjadi pada mesin waktu itu. Seumpamanya mesin waktu baru ditemukan sejak 3 tahun lalu, dan orang itu kembali ke 15 tahun sebelumnya; maka seharusnya mesin waktu itu pun menjadi tidak ada. Sebab pada 15 tahun lalu, tidak ada mesin waktu itu.

Selain itu pula, yang dimaksud dengan waktu adalah lama perjalanan dari satu proses ke proses selanjutnya. 1 detik yang lalu pun termasuk masa lalu. 0,000000000001 detik yang lalu juga termasuk masa lalu. Seandainya jika memang bisa kembali ke 10 detik yang lalu, maka hal ini lebih absurd lagi. Kita bisa bertemu dengan diri kita yang dari beberapa detik yang lalu? Bayangkan setiap seper-sekian detik yang lalu adalah masa lalu kita. Lalu jika ada perjalanan ke masa lalu, maka akan ada banyak dimensi masa lalu yang ada di belakang kita.

Menurut pendapat saya, waktu bukanlah sebuah dimensi yang dikatakan bisa dijelajahi oleh para ahli Fisika selama ini. Waktu adalah satuan yang kita pakai untuk mengukur lama periode yang diperlukan dalam suatu proses tertentu. Dan menurut pendapat saya, jika kita memiliki kecepatan yang sama dengan atau melebih cahaya, yang kita lihat pada saat itu hanyalah segala sesuatu berjalan sangat lambat. Tapi bukannya malah pergi ke masa lalu. Sebab masa lalu, masa kini dan masa depan adalah satu proses. Dan seperti sebuah proses lainnya, proses akan selalu bergerak dan berubah; tidak ada proses yang kembali "menciut".

tuwino gunawan

rasanya kagak mungkin ada mesin waktu, karena logika gua berpikir, nama dan rupa kita yang sekarang kagak mungkin berjumpa dengan nama dan rupa kita yang masa lampau....

lagian kalau memang ada mesin waktu, orang yang ada di masa depan akan sering sering ke mari, dan bisa jadi jutawan dong disini, karena bisa saja beli togel singapur  ;D karena sudah tahu angka yang akan keluar...