Nyawa anjing dan kutu

Started by Kokuzo, 12 January 2008, 03:59:43 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

andry


[/quote]
Kalau gitu jangan hidup juga neh harusnya.. biar cacing di perut gak mati :)) kalau kita minum obat cacing..
sebenarnya ya gimana ya.. menjadi idealis itu susah.. so realistis saja.

[/quote]

betul bozz saya ini hidup untuk tak hidup..
Samma Vayama

FZ

Yap.. Ini yang gw suka..
Hidup untuk tak hidup..

hengki

Dulu saya memang pelihara anjing tapi sekarang gak lagi karena anjingnya sudah mati  :)
Iya benar kata El Sol, Sila jangan ditafsirkan secara kaku.
Seperti larangan untuk minum arak. Kalau minum hanya sekedar untuk menghangatkan badan dan memperlancar peredaran darah yah tidak melanggar Sila, kecuali kalau minum bir untuk mabuk2an sehingga menyebabkan kesadaran kita menurun dan menjadikan penyebab melanggar Sila2 yang lain.
Nah ini yang dimaksudkan bahwa kita tidak boleh minum minuman yg memabukkan karena dalam keadaan mabuk, kita bisa berbuat apa saja yang melanggar Sila2 yang lain.

Jadi jangan terlalu kaku dalam melaksanakan Sila

Semoga bermanfaat.
Berbuat Baik dan Melatih Diri sebaiknya dilakukan sedari muda. Jangan menunggu sudah bungkuk, pikun, mata rabun, jalan pakai tongkat baru mau Berbuat Baik dan Melatih Diri

williamhalim

kembali lagi kemasalah SILA dan IDEALISME,

Sebenarnya harus dipahami mengapa Sang Buddha menerapkan 5 Sila bagi umat awam. 5 Sila ini adalah hal yg paling mendasar, yg kalau ini saja tidak bisa dijalani dengan baik, maka niscaya "jalan" kita akan bertambah panjang.

Namun, bukan berarti bahwa pelaksanaan ke 5 sila ini dilakukan secara membabi buta; melaksanakannya secara fanatik tanpa mengerti mengapa hal tersebut harus dihindari dilakukan. Yang seharusnya dipahami adalah: Berusaha menjalankan sila dengan sebaik2nya dengan pengertian benar.

Kenapa sila ini harus diusahakan dilaksanakan dengan sempurna? Karna sila adalah hal paling mendasar, hal yg paling 'kasar' yg dapat kita deteksi, yg dapat kita cegah dengan mudah. Jika hal yg 'jelas dan mudah' ini tidak dapat kita lakukan dengan baik, maka Lobha Dosa dan Moha yg lebih halus akan lebih susah untuk kita kikis.

Pada akhirnya nanti, kita harus melaksanakan sila ini dengan Sempurna untuk mencapai tujuan kita (nibbana). seperti juga para Arahat dan Buddha, yg telah melakukannya dengan sempurna, kita harus juga melakukannya, apakah 'nanti saja' atau 'dimulai sekarang ini'... pilihan di tangan kita masing2.

Sebenarnya dengan memilih menggunakan kata 'Idealis' untuk pelaksanaan sila tidaklah terlalu tepat. Memilih penggunaan kata 'idealis' ini telah membuat 5 sila menjadi suatu 'momok' atau 'hal yg sangat berat untuk dilakukan' atau 'yg melakukannya adalah orang2 yg sok'... penggunaan kata idealis sendiri telah menutup pintu bagi diri kita untuk dapat melaksanakan sila dengan baik.

Sila sebenarnya dirancang untuk pengembangan batin kita, untuk membantu kita mencapai peningkatan2. Biasanya, pelanggaran suatu sila yg didasarkan atas 'Pembenaran' akan membuat pelanggaran itu terulang kembali, lagi dan lagi, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan bagi kita. Kebiasaan ini pada akhirnya akan melemahkan pelatihan dan kemajuan batin kita (Panna dan Samadhi).

Kita ambil contoh Sila ke 5, meminum minuman keras.
Sering orang mengatakan "Tidak apa-apalah meminum minuman keras sedikit, yang penting tidak mabuk" atau "Dalam cuaca dingin, demi menghangatkan badan" dll sebagainya yang semuanya dilakukan untuk membenarkan tindakan pelanggaran sila. Tindakan 'Membenarkan' ini saja sebenarnya sudah merupakan suatu kemunduran, suatu permainan pikiran, menunjukkan kelemahan kita; pertanyaannya, apa benar dibutuhkan alkohol untuk menghangatkan badan ditempat yg dingin? Kan bisa dilakukan dengan gerakan2, taichi dsbnya. Di Tibet sangatlah dingin, tapi tidak ada kebiasaan meminum alkohol untuk melawan dingin.

Sebenarnya, jikalau dalam keadaan terpaksa, harus melakukan pelanggaran sila, jangan kita mencari Pembenaran. Karna Pemnbenaran akan mendorong kita untuk melakukannya berulang2... Kan benar, kenapa harus takut melakukan lagi? Begitu.

Jika harus melakukan pelanggaran sila, lakukanlah dengan kesadaran penuh bahwa kita telah melakukan "suatu pelanggaran terhadap batasan moral Buddhist" dan diusahakan diwaktu mendatang tidak akan mengulanginya lagi. Dengan kesadaran begini maka akan memudahkan kita untuk mendisiplinkan diri, sehingga kebiasaan Sila kita akan meningkat, yg selanjutnya akan membantu kita dalam peningkatan Panna dan Samadhi.

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Kokuzo

Thanks ko willi jawabannya...  _/\_


ryu

 [at] ko willi : kalau kita terlalu terikat dengan peraturan2 / sila secara membuta/tanpa kebijaksanaan bukannya malah akan menghambat perkembangan batin kita?

menurut saya justru ajaran sang buddha itu lebih flexible. Dan pertanyaannya : aturan2 / sila itu apakah mengikat dan harus dijalani dengan sepenuhnya? Dan syarat untuk nibana itu harus menjalankan pancasila secara penuh?

kalau mengenai soal hubungan manusia dengan hewan pasti akan jadi perdebatan tanpa ada akhirnya, masing2 mempunyai argumen sendiri sehingga menurut saya sih tinggal masing2 bagaimana bisa menyikapinya dengan lebih bijaksana seperti kasus 7th itu mah sudah resiko hukum karma, berani memelihara anjing ya konsekwensinya ada kutu, trus mana yang mau di korbankan, ya hukum karma berjalan terus deh.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

williamhalim

Quote from: ryu on 14 January 2008, 12:48:00 PM
[at] ko willi : kalau kita terlalu terikat dengan peraturan2 / sila secara membuta/tanpa kebijaksanaan bukannya malah akan menghambat perkembangan batin kita?

Yap, Kalau menjalankan sila secara membuta, sudah pasti akan menghambat perkembangan batin, kutipan dari postingan sy sebelum ini:
Quote from: willibordusNamun, bukan berarti bahwa pelaksanaan ke 5 sila ini dilakukan secara membabi buta; melaksanakannya secara fanatik tanpa mengerti mengapa hal tersebut harus dihindari dilakukan. Yang seharusnya dipahami adalah: Berusaha menjalankan sila dengan sebaik2nya dengan pengertian benar.

oke... lanjot...

Quote from: ryu on 14 January 2008, 12:48:00 PM
menurut saya justru ajaran sang buddha itu lebih flexible. Dan pertanyaannya : aturan2 / sila itu apakah mengikat dan harus dijalani dengan sepenuhnya? Dan syarat untuk nibana itu harus menjalankan pancasila secara penuh?

Syarat untuk Nibbana adalah pengikisan Lobha Dosa dan Moha secara total. Sila hanyalah perangkat pembantu...
Pertanyaannya, apakah mencapai pengikisan total LDM harus melaksanakan Pancasila secara sempurna? Terus terang, sy juga tidak tau, namun sy masih menganggap pagar2 moralitas ini banyak membantu dalam peningkatan Panna dan Samadhi.

Sebagai bahan bacaan, ada juga artikel di forum ini yg berjudul Sila Selangkah, disitu dibahas mengenai satu pelanggaran kecil sila yg berpotensi besar menimbulkan pelanggaran2 lainnya (teori broken window atau saya lebih senang menyebutnya: teori plastik sampul majalah, sebelum dikelupas, amatlah susah menjebolnya, tapi begitu sampul plastik terluka sedikit saja, maka selanjutnya seluruh pertahanan plastik dengan mudah di koyakkan)

Quote from: ryu on 14 January 2008, 12:48:00 PM

kalau mengenai soal hubungan manusia dengan hewan pasti akan jadi perdebatan tanpa ada akhirnya, masing2 mempunyai argumen sendiri sehingga menurut saya sih tinggal masing2 bagaimana bisa menyikapinya dengan lebih bijaksana seperti kasus 7th itu mah sudah resiko hukum karma, berani memelihara anjing ya konsekwensinya ada kutu, trus mana yang mau di korbankan, ya hukum karma berjalan terus deh.

Saya setuju sekali dengan Bro Ryu.
Tidak ada yg salah/betul dalam Hukum Alam (Dhamma) yang ada hanyalah sebab dan akibat, yang ada hanyalah konsekuensi.

Sebetulnya tulisan sy mengenai Sila ini untuk menanggapi postingannya Bro Hengki (tidak apa2 minum demi mengusir dingin).

Mengenai anjing dan kutu, saya mempunyai beberapa ekor anjing, kalo kutuan, sy akan kasih shampoo kutu. Dulu saya masih berpikiran: "yah, nggak apa2 lah membunuh kutu2 ini, wong demi anjing saya" (melakukan pembunuhan demi keselamatan mahkluk lain). Konsep pikiran itu sebenarnya kurang baik, karena saya telah membenarkan suatu pembunuhan atas nama kebaikan. Akibatnya pada saat itu batin saya merasa bahagia (tidak merasa salah) ketika melakukan pembantaian tersebut, dan jika ada pembantaian2 sejenis lainnya akan segera saya lakukan tanpa memikirkan 2x lagi. Ini sama halnya dengan suatu agama yg membenarkan menggorok hewan2 dalam hari raya tertentu. Umatnya telah mendapat "pemahaman yg salah" (miccha ditthi) bahwa membantai hewan adalah bagus demi hari raya agama. Akhirnya mereka bertubi2 melakukannya dengan perasaan yg bahagia. Dapat dilihat, betapa bahayanya suatu Pembenaran.

Lain halnya jika kita tau bahwa yg kita lakukan adalah suatu pelanggaran sila/hal yg tidak baik, sehingga ketika melakukannya adalah karna kita 'terpaksa (tidak ada jalan lain)', jadi bukan didasarkan pada suatu PEMBENARAN.

Mungkin sekarang dapat terlihat perbedaannya:
~ Aku benar dong membunuh kutu2 ini, supaya anjingku sehat (aku benar. Benar = tidak ada konsekuensi yg harus kutanggung karena perbuatan ini)
atau
~ Aku terpaksa melakukan pembunuhan ini karna tidak ada pilihan lain (aku tetap salah. Salah = ada konsekuensi yg harus kutanggung akibat perbuatanku)

Dua sudut pandang yg berbeda ini akan menentukan langkah kita selanjutnya. Suatu pembenaran biasanya akan dilanjuti oleh langkah2 yg serupa dan semakin sering sedangkan tindakan karna keterpaksaan biasanya tidak.

Mungkin tulisanku agak berbelit yah, semoga saja maksudku bisa ditangkap...

_/\_


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

ryu

Ok, thanks atas penjelasannya, ngerti dah. :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

markosprawira

Quote from: FoxRockman on 13 January 2008, 03:13:34 PM
Kalau gitu jangan hidup juga neh harusnya.. biar cacing di perut gak mati :)) kalau kita minum obat cacing..
sebenarnya ya gimana ya.. menjadi idealis itu susah.. so realistis saja.


ehm kynya sih beda yah bro........ anda miara anjing, pasti dengan kesadaran loh....... bahkan misal anjing itu datang dengan sendirinya, anda pasti bisa milih untuk tidak piara

tapi kalo cacing, siapa sih yang mau miara cacing di perutnya???  ;D

cetana yang muncul amat sangat beda, bro.........

FZ

Beda cetananya di mana..
Jelasin sekalian bro..  ^:)^
Biar pintar dikit..
Gak usah banyak2 dulu pintarnya.. cuma dikiiiiiiiiit aja  :-[