Mitos atau mitos: Benarkah Buddha2 lampau setinggi Dinosaurus?

Started by Peacemind, 08 November 2009, 03:47:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Jerry

_/\_ Sdr Peacemind

Kalau begitu mungkin ada kesalahan dalam mengingat Tipitaka. Ini dapat dimaklumi dan tidak mengherankan. Sayangnya akses utk melengkapi kumpulan khotbah Dhamma Sang Buddha dalam bentuk Sutta, kurang dielaborasi terutama misalnya dalam Agama Sanskrit.
appamadena sampadetha

Peacemind

Yap, dan kebanyakan orang lebih fokus ke Pali. Padahal untuk mengetahui keabsahan sutta atau poin2 lain, terkadang Agama sanskrit juga diperlukan sebagai sumber studi komparatif.

Jerry

Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 08:19:08 PM
Yap, dan kebanyakan orang lebih fokus ke Pali. Padahal untuk mengetahui keabsahan sutta atau poin2 lain, terkadang Agama sanskrit juga diperlukan sebagai sumber studi komparatif.
Bener.. Tampaknya belum ada upaya dari organisasi Sangha sendiri utk melengkapi ttg ini? Hanya bbrp tindakan personal saja sejauh ini.. Bbrp hal terkadang bisa didapatkan pengertian yg lebih lengkap dg adanya studi komparatif antara Nikaya Pali dengan Agama Sanskrit. Misalnya kata parimukkham, boleh tau apa artinya yg diinterpretasikan oleh pihak Theravada, Sdr Peacemind? :)

Thanks beforehand..

May you be happy

_/\_
appamadena sampadetha

tesla

Quote from: Johsun on 11 November 2009, 03:30:04 PM
Hehehee.......Btw, apa keuntungan yg gw dapatkan bila hnya fokus pd saat ini dan skrang?Apakah jadi lebih happy?
hanya ketika berada di sini & sekarang, seseorang itu sadar.
sisanya orang itu sedang bermimpi tentang masa lalu, masa depan, surga, neraka, nibbana.
apakah sadar lebih happy, harus dibuktikan oleh anda sendiri karena opini orang lain hanya menjadi bumbu mimpi lain bagi kamu.

& mengenai ingin terlahir sbg apa & di mana, apapun jawaban orang lain kepadamu, itupun hanya akan menjadi bumbu mimpi karena tidak ada kepastian dari jawaban itu.
kebenaran diundang utk dibuktikan, bukan utk didengarkan :)

semoga anda berbahagia
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Peacemind

Quote from: Jerry on 11 November 2009, 08:45:08 PM
Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 08:19:08 PM
Yap, dan kebanyakan orang lebih fokus ke Pali. Padahal untuk mengetahui keabsahan sutta atau poin2 lain, terkadang Agama sanskrit juga diperlukan sebagai sumber studi komparatif.
Bener.. Tampaknya belum ada upaya dari organisasi Sangha sendiri utk melengkapi ttg ini? Hanya bbrp tindakan personal saja sejauh ini.. Bbrp hal terkadang bisa didapatkan pengertian yg lebih lengkap dg adanya studi komparatif antara Nikaya Pali dengan Agama Sanskrit. Misalnya kata parimukkham, boleh tau apa artinya yg diinterpretasikan oleh pihak Theravada, Sdr Peacemind? :)

Thanks beforehand..

May you be happy



Saya sendiri belum pernah kepikiran untuk membahas definisi mengenai "parimukhaṃ". Umumnya Bhikkhu Bodhi menerjemahkan kalimat "parimukhaṃ satiṃ upaṭṭhapetvā" sebagai "Having set up mindfulness in front of him". Sebenarnya saya suka sekali dengan terjemahan beberapa teks Pali ke Inggris oleh Bhikkhu Bodhi karena beliau umumnya menerjemahkn teks Kanon tanpa menghiraukan Aṭṭhakathā. Namun demikian, jika kita melihat istilah "parimukhaṃ", terjemahan ke Inggris "in front of him" tampaknya tidak cukup untuk menunjukkan arti yang sempurna. Parimukhaṃ berasal dari dua kata yakni pari (around, entirely, fully) dan mukha (di depan). Jika hanya diterjemahkan sebagai "in front of / di depan" saja, terjemahan ini tidak cukup. Dalam praktiknya, seseorang harus menempatkan / membangun kesadaran (sati) secara komplet terhadap obyek yang dipilih.

Pandangan Theravāda mengenai definisi parimukhaṃ atau dalam kalimat yang lebih komplet "parimukhaṃ satiṃ upaṭṭhapetvā" telah  dijelaskan secara sangat singkat di Majjhimanikāya Aṭṭhakathā, Vol. I, hal. 210 (Versi PTS) sebagai berikut:

"Parimukhaṃ satiṃ upaṭṭhapetvāti kammaṭṭhānābhimukhaṃ satiṃ ṭhapayitvā. Mukhasamīpe vā katvāti attho" – "parimukhaṃ satiṃ upaṭṭhapetvā berarti 'setelah menempatkan kesadaran berhadap-hadapan dengan obyek meditasi / Having put mindfulness face to face with the obyek of meditation'. Atau, artinya adalah 'setelah membangun (kesadaran) di depannya".

Di atas, kata parimukha juga disebut sebagai abhimukha (face to face, facing forward). Keseluruhan kalimat di atas menunjukkan bahwa seseorang harus menempatkan (establish) kesadaran terhadap obyek meditasi face to face atau dengan kata lain, menempatkan kesadaran secara sangat dekat dengan obyek.

Teks yang sama juga telah mengutip definisi kalimat ini yang diambil dari Kitab Vibhanga dan Patisambhida dengan mengaitkanya dengan meditasi ānāpanasati, sebagai berikut:

"Teneva vibhaṅge vuttaṃ – ''ayaṃ sati upaṭṭhitā hoti sūpaṭṭhitā nāsikagge vā mukhanimitte vā, tena vuccati parimukhaṃ satiṃ upaṭṭhapetvā''ti (vibha. 537). Athavā parīti pariggahaṭṭho. Mukhanti niyyānaṭṭho.Satīti upaṭṭhānaṭṭho. Tena vuccati – ''parimukhaṃ sati''nti".  – "Oleh karenanya,  dalam Vibhanga dikatakn – 'Kesadaran yang tertanam (an established mindfulness) adalh kesadaran yang tertanamkan dengan baik di sekitar lubang hidung atau di depan (the sign of front). Oleh karena itu, ini disebut 'parimukhaṃ satiṃ upaṭṭhapetvā'.  Atau, pari artinya 'wrapping around' , mukha 'leading' dan sati established. Oleh karena itu ini disebut 'parimukhaṃ sati'.

Dari sedikit fakta di atas bisa disimpulkan bahwa menurut Theravāda, istilah parimukha dalam praktik kesadaran merujuk pada kesadaran terhadap obyek meditasi yang dipilih secara dekat dengan berhadapan langsung dengan obyek tersebut.

Mengenai definis parimukha dalam Agama Sanskrit, saya benar2 ignorant. Barangkali anda pernah mempelajari. Sangat bagus jika dipostkan ke sini.

Be happy.


Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Parimukha yang saya tahu merujuk pada lokasi dekat lubang hidung...
Suatu titik di mana lebih enak fokus kalau meditasi.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Jerry

_/\_ Sdr Peacemind,

Anumodana.. Maaf membuat Anda sedikit repot.. Moga kebaikan Anda dibalas (Tuhan.. semoga saja) ;D

Ya, demikian yg diterjemahkan Bhikkhu Bodhi. Sama dengan yg ditafsirkan oleh Bhikkhu Thanissaro:
"To the fore (parimukham): The Abhidhamma takes an etymological approach to this term, defining it as around (pari-) the mouth (mukham). In the Vinaya, however, it is used in a context (Cv.V.27.4) where it undoubtedly means the front of the chest."
Tolong di cek yah dari Vinaya apakah benar demikian yg dikatakan Bhikkhu Thanissaro.

Sedangkan berdasarkan sumber menurut Agama Sanskrit: kata tsb adalah 'pratimukham' yg artinya 'hadir' atau 'mengada'. Jadi kurang lebih diterjemahkan perhatian dibuat hadir, atau mengada, bukannya dipusatkan pada hidung atau di depan. Dan definisi ini yg dipakai oleh Ajahn Brahm dan Ajahn Sujato.

Manakah yg betul saya tidak tahu.. Tapi bagi saya adanya penjelasan lain sangat membantu bagi kita utk memahami sesuatu, terutama yg terasa blur setelah melewati rentang proses distorsi selama 2500 tahun. Ini yg sebelumnya saya maksud ttg perlunya upaya melengkapi Nikaya Pali dengan Agama Sanskrit.

Mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Peacemind

Quote from: gachapin on 11 November 2009, 11:53:10 PM
Parimukha yang saya tahu merujuk pada lokasi dekat lubang hidung...
Suatu titik di mana lebih enak fokus kalau meditasi.

Yap, seperti yang didefinisikan dalam Kitab Vibhanga, istilah parimukha salah satunya memang mengacu pada 'nāsikagge' yang bisa diartikan sebagai "the top of nostril or the tip of nostril". Tapi di Vibhanga juga dijelaskan bahwa parimukha mengacu kepada mukhanimitte atau the sign of front. Terlepas dari definisi yang ada di Vibhanga, Majjhimanikāya Aṭṭhakatha, secara sederhana, mengatakan bahwa parimukha satiṃ upaṭṭhapetvā didefinisikan sebagai "kammaṭṭhānābhimukhaṃ satiṃ ṭhapayitvā'- having put mindfulness face to face with the obyek of meditation (kamaṭṭhana). Di sini parimukha mengacu pada obyek meditasi tanpa memberikan spesifik obyek meditasi.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pada umumnya kata 'parimukha' dalam praktik kesadaran dikaitkan dengn meditasi masu-keluarnya nafas. Mungkin karena inilah, kitab Vibhanga dalam salah satu definisinya memberikan spesifik obyek di sekitar hidung. Akan tetapi, ada fakta dalam Sutta yang menunjukkan bahwa istilah parimukha tidak hanya digunakan pada saat seseorang bermeditasi ānāpanasati saja. Satu contohnya ada di AN, Vol. I, hal. 183 (Versi PTS) yang mengaitkan penggunaan penempatan kesadaran parimukha pada saat seseorang mempraktikkan meditasi cintakasih (mettabhavana). Dikatakn sebagai berikut:

"So yadeva tattha honti tiṇāni vā paṇṇāni vā tāni ekajjhaṃ saṅgharitvā nisīdāmi pallaṅkaṃ ābhujitvā ujuṃ kāyaṃ paṇidhāya parimukhaṃ satiṃ upaṭṭhapetvā. So mettāsahagatena cetasā ekaṃ disaṃ pharitvā viharāmi, tathā dutiyaṃ, tathā tatiyaṃ, tathā catutthaṃ, iti"

"Setelah mengumpulkan rumput dan dedaunan menjadi satu, ia duduk bersilah, menegakkan badan dan menempatkan (establish) kesadaran di depannya (parimukha: terjemahan Bhikkhu Bodhi). Dengan pikiran cintakasih, ia berdiam dan memancarkannya ke satu arah, kemudian  arah kedua, kemudian arah ketiga, kemudian arah keempat".

Mungkin anda atau teman2 lain ada pendapt berbeda mengenai kutipan ini.

Be happy and thanks.

Peacemind

For Jerry:

Istilah mukha juga bisa diterjemahkan sebagai "face" atau "in front".

Bagi orang lain barangkali akan merasa enak dengan menempatkan kesadaran di hidung atau di tempat2 tertentu, tapi saya pribadi, terus terang, dalam praktiknya,  merasa lebih cocok dengan terjemahan Ajahn Brahm.

Jerry

Quote from: Peacemind on 12 November 2009, 01:03:02 AM
... Terlepas dari definisi yang ada di Vibhanga, Majjhimanikāya Aṭṭhakatha, secara sederhana, mengatakan bahwa parimukha satiṃ upaṭṭhapetvā didefinisikan sebagai "kammaṭṭhānābhimukhaṃ satiṃ ṭhapayitvā'- having put mindfulness face to face with the obyek of meditation (kamaṭṭhana). Di sini parimukha mengacu pada obyek meditasi tanpa memberikan spesifik obyek meditasi.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pada umumnya kata 'parimukha' dalam praktik kesadaran dikaitkan dengn meditasi masu-keluarnya nafas. Mungkin karena inilah, kitab Vibhanga dalam salah satu definisinya memberikan spesifik obyek di sekitar hidung. Akan tetapi, ada fakta dalam Sutta yang menunjukkan bahwa istilah parimukha tidak hanya digunakan pada saat seseorang bermeditasi ānāpanasati saja. Satu contohnya ada di AN, Vol. I, hal. 183 (Versi PTS) yang mengaitkan penggunaan penempatan kesadaran parimukha pada saat seseorang mempraktikkan meditasi cintakasih (mettabhavana). Dikatakn sebagai berikut:

"So yadeva tattha honti tiṇāni vā paṇṇāni vā tāni ekajjhaṃ saṅgharitvā nisīdāmi pallaṅkaṃ ābhujitvā ujuṃ kāyaṃ paṇidhāya parimukhaṃ satiṃ upaṭṭhapetvā. So mettāsahagatena cetasā ekaṃ disaṃ pharitvā viharāmi, tathā dutiyaṃ, tathā tatiyaṃ, tathā catutthaṃ, iti"

"Setelah mengumpulkan rumput dan dedaunan menjadi satu, ia duduk bersilah, menegakkan badan dan menempatkan (establish) kesadaran di depannya (parimukha: terjemahan Bhikkhu Bodhi). Dengan pikiran cintakasih, ia berdiam dan memancarkannya ke satu arah, kemudian  arah kedua, kemudian arah ketiga, kemudian arah keempat".

Mungkin anda atau teman2 lain ada pendapt berbeda mengenai kutipan ini.

Be happy and thanks.
_/\_ Sdr Peacemind

Jika demikian spt yg di atas, dapat kita ganti pula dengan pengertian yg dimiliki pratimukham dari Sanskrit: menghadirkan atau membuat ada kesadaran terhadap objek tanpa harus terikat pada 1 tempat tertentu seperti hidung sementara objek terkadang bisa ada di tempat lain. :)

Mettacittena,
appamadena sampadetha


fabian c

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

alverus

Quote from: Forte on 09 November 2009, 10:51:51 AM
Quote from: Peacemind on 08 November 2009, 03:47:02 PM
        Sudah lama saya membaca Jātakanidana yang menceritakan kisah kehidupan Bodhisatta Gotama di kehidupan-kehidupan 23 Buddha yang mendahului beliau. Kisahnya sangat menarik, namun ada satu yang ganjil karena kitab ini juga menyebutkan ukuran tinggi badan Buddha-buddha tersebut yang kalau dipikirkan saat ini, sangat tidak masuk akal. Sebagai contoh, dikatakan bahwa Buddha Kondaññā memiliki  tinggi badan 88 hattha dan berumur 100.000 tahun (aṭṭhāsītihatthubbedhaṃ   sarīraṃ, vassasatasahassaṃ  āyuppamāṇaṃ). Di sini, istilah 'hattha' dipergunakan untuk mengukur dari siku hingga ke ujung jari kelingking. Jika seumpamanya satu hattha kurang lebih sama dengan 35 cm, oleh karena itu,  tinggi Buddha Kondañña kurang lebih berkisar 30 meter. Oh.. my ghost!

         Percayakah anda dengan cerita ini? Jika tidak, apa alasannya? Dan jika percaya juga apa alasannya? Adakah teori yang bisa membuktikkan bahwa manusia bisa setinggi itu?

May you all be happy....

dalam Buddhism, diketahui bahwa alam kehidupan seperti bumi yang kita tinggali ini sudah hancur berkali2 dan terbentuk berkali2 juga..
Jadi perlu ditelusuri (jika bisa) apakah Buddha Kondanna lahir pada masa "bumi" yang kapan ?
Jika pada masa "bumi" saat ini, mungkin arkeolog bisa menelusuri
Jika pada masa "bumi" yang udah passed away, ya gak bakal bisa ditelusuri seh

salam kenal..apa yang coba disampaikan bro Forte dapat saya mengerti...saya setuju dengan bro Forte, walau hal yang saya pahami tentang buddhism sangat sedikit,.
kalo boleh saya berteori, bumi yang didiami Buddha-Buddha masa lalu bukan bumi kita. melainkan dari bumi kita. Dengan adanya bumi yang berbeda mungkin pula ada makhluk yang mungkin serupa memiliki akal budi seperti yang ada  di bumi kita namun dengan fisik yang berbeda dengan durasi hidup yang berbeda pula. kedengarannya seperti alien saja... ;D

Maaf saya mencoba berteori di sini..maaf juga jika sikap saya menghadapi cerita sang Buddha ini cukup percaya saja dan berteori sendiri tentang kebenarannya tanpa mencoba mencari sendiri kebenarannya..mohon maaf.. ^:)^

Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Riky_dave

masalahnya ada pada ruang dan waktu....Hal tersebut apa bisa dicerna begitu saja dengan "teori" saat ini?bukankah itu hanya benar pada sudut pandang tertentu saja?atau disebut kebenaran yang menjadi benar,ketika tidak ada kebenaran lainnya ? :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...