News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Tertarikkah anda untuk mencapai nibb?na?

Started by Peacemind, 06 November 2009, 12:44:11 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Johsun

Gelap ->kilesa,
terang -> kilesa lnyap.
Ini dualisme namanya.
Samsara dan nibbana. Dualisme juga tuh...
CMIIW.FMIIW.

Peacemind

Quote from: char101 on 11 November 2009, 11:05:40 AM
Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 10:03:51 AM
Namun bagaimana dengan Viññānaṃ sabbatopabhaṃ - kesadaran yang seluruhnya bercahaya? Apakah ini juga hanya metafora belaka yang juga hanya untuk menunjukkan lenyapnya kegelapan batin?

Vinnana di sini sepertinya vinnana seorang arahat. Vinnana bercahaya saya rasa bisa banyak interpretasi tapi yang jelas bukan vinnananya bersinar, yang paling jelas saya rasa bercahaya karena tidak ditutupi oleh kegelapan batin.

Quote
"This mind, monks, is luminous, but it is defiled by taints that come from without. But this the uninstructed worldlings understand not as it really is, wherefore for the uninstructed worldlings there is no cultivation of the mind, I declare. This mind, monks, is luminous, and it is cleansed of taints that come from without. Wherefore, for the uninstructed noble disciple there is cultivation of the mind, I declare."

AN I.10 (copy-paste dari http://www.forum.websangha.org/viewtopic.php?f=12&t=659&p=10278)

''Pabhassaramidaṃ, bhikkhave, cittaṃ. Tañca kho āgantukehi upakkilesehi upakkiliṭṭhaṃ. Taṃ assutavā puthujjano yathābhūtaṃ nappajānāti. Tasmā 'assutavato puthujjanassa cittabhāvanā natthī'ti vadāmī''ti. Paṭhamaṃ.

Saya pernah mendengar dari salah satu murid U Paṇḍita (murid Mahasi Sayadaw) bahwa menurut Mahasi Sayadaw pikiran bercahaya dalam konteks ini hanya pikiran yang berada pada jhana. Jika benar, maka batin semacam ini berbeda dari viññānaṃ sabbatopabhaṃ.

Be happy.

Johsun

Ingat, keistimewaan nibbana adalah tanpa tanda/jejak, tanpa batas, dan sluruhnya brchaya.
CMIIW.FMIIW.

bond

#228
Quote from: Johsun on 11 November 2009, 11:12:05 AM
Gelap ->kilesa,
terang -> kilesa lnyap.
Ini dualisme namanya.
Samsara dan nibbana. Dualisme juga tuh...

Saat kau mengatakannya dan belum merealisasinya maka 'ya' saat kau merealisasinya.... :lotus:
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

fabian c

#229
Quote from: Sumedho on 07 November 2009, 09:06:35 PM
mbah sdr ko fab :),

saya cuma membingungkan penggunaan istilah nibbana. Padam aka lenyapnya lobha dosa moha aka patahnya 10 belenggu itu jika loose dalam penggunaannya dengan berbagai interpretasi maka akan tambah jauh dari maka sesungguhnya yg bahkan sudah sulit tuh dijabarkan dengna kata2x.

pencapaian nibbāna pertama kali = pencapaian sotapattiphala.   ???

questionnya, apakah ada pencapaian nibbāna bertahap? sotapattiphala itu adalah pencapaian arahattaphala pertama? :hammer:

Mahaf baru jawab nih suhu...

Nibbana bukan bertahap, tetapi kesuciannya yang bertahap,
maksudnya begini, seseorang yang mencapai Nibbana pertama kalinya maka otomatis akan timbul pengetahuan yang melenyapkan tiga kilesa awal, pada saat itu ia disebut sebagai Sotapanna, jadi Sotapanna dicapai bila seseorang mencapai/mengalami Nibbana. Nibbana ini masih disebut Saupadisesa Nibbana (penghentian dengan khandha yang masih tersisa).

Untuk mencapai Nibbana ini diperlukan konsentrasi yang kuat dalam melihat Lakkhana (karakteristik), bila seseorang yang pada dasarnya memiliki konsentrasi yang kuat mungkin ia hanya perlu berlatih sebentar mengembangkan perhatian dan kewaspadaan terhadap lakkhana agar bisa mencapai Nibbana, sedangkan mereka yang konsentrasinya lemah maka ia perlu berlatih lebih lama agar bisa mencapai Nibbana.

Setelah pencapaian Nibbana maka meditator bisa melatih agar ia bisa sering-sering memasuki Nibbana. Inilah yang sering dikatakan seorang meditator menikmati kebahagiaan Nibbana berulang-ulang.

Bila meditator ingin mencapai tingkat yang lebih tinggi maka ia harus membuat tekad untuk mencapai yang lebih tinggi. Setelah ia bertekad maka ia akan kembali pada tingkat Udayabaya Nana dan harus berjuang lagi untuk mencapai tingkat Sankharupekkha Nana. Setelah itu ia mengalami keadaan Nibbana lagi, tetapi Nana yang timbul pada keadaan Nibbana ini berkaitan dengan pengetahuan Sakadagami, oleh karena itu ia disebut Sakadagami puggala.

Seorang Sakadagami sama dengan seorang Sotapanna bisa menikmati kebahagiaan Nibbana berulang-ulang (bila konsentrasinya mencukupi tentunya). Seorang Sotapanna akan tetap Sotapanna dan seorang Sakadagami akan tetap Sakadagami sepanjang hidupnya selama ia belum bertekad untuk mencapai yang lebih tinggi.

Demikian seterusnya hingga meditator tersebut mencapai tingkat kesucian Arahat. semua Nibbana yang disebutkan disini adalah Saupadisesa Nibbana.

Anupadisesa Nibbana hanya tercapai bila seorang Arahat telah wafat, dan Anupadisesa Nibbana inilah yang disebut penghentian/kepadaman total.

Semoga menjadi jelas,

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

#230
Quote from: char101 on 11 November 2009, 11:05:40 AM
Quote from: Peacemind on 11 November 2009, 10:03:51 AM
Namun bagaimana dengan Viññānaṃ sabbatopabhaṃ - kesadaran yang seluruhnya bercahaya? Apakah ini juga hanya metafora belaka yang juga hanya untuk menunjukkan lenyapnya kegelapan batin?

Vinnana di sini sepertinya vinnana seorang arahat. Vinnana bercahaya saya rasa bisa banyak interpretasi tapi yang jelas bukan vinnananya bersinar, yang paling jelas saya rasa bercahaya karena tidak ditutupi oleh kegelapan batin.

Quote
"This mind, monks, is luminous, but it is defiled by taints that come from without. But this the uninstructed worldlings understand not as it really is, wherefore for the uninstructed worldlings there is no cultivation of the mind, I declare. This mind, monks, is luminous, and it is cleansed of taints that come from without. Wherefore, for the uninstructed noble disciple there is cultivation of the mind, I declare."

AN I.10 (copy-paste dari http://www.forum.websangha.org/viewtopic.php?f=12&t=659&p=10278)

Saya setuju saudara char 101 yang baik,

Pada dasarnya kesadaran tanpa kekotoran batin bercahaya, kekotoran batin yang menyebabkannya menjadi gelap.
Nibbana bercahaya disebabkan hanya ada kesadaran yang mengetahui, dan kesadaran tersebut bebas dari kekotoran.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Peacemind

Upakkilesasutta dari Samyuttanikāya juga mengatakan bahwa ketika seseorang bebas dari 5 rintangan batin, pikirannya juga  dikatakan sebagai bercahaya (pabhassaraṃ).

Sumedho

nibbana on off, temporary :hammer: *pusing*

AFAIK tidak ada rujukan di sutta yg menyatakan mencapai nibbana pertama kali -> sotapanna.
There is no place like 127.0.0.1

Jerry

pusing? minum paramex :))
yg penting cukup mengerti aja dasar pandangan org lain, bkn harus diseragamkan. :D
appamadena sampadetha

Sumedho

iye, ini nda diseragamkan koq, cuma kasih tau kenapa aye pusing.
There is no place like 127.0.0.1

sobat-dharma

Quote from: Peacemind on 09 November 2009, 02:35:54 AM

Anda benar bahwa pandangan adanya penderitaan dan tidak adanya penderitaan dan pandangan akan adanya diri dan tidak adanya diri bisa menjadi pandangan dualisme. Namun menurut hemat saya, yang menjadi masalah bukan  pandangan2 tersebut, melainkan kemelekatan terhadap pandangan2 tersebut.

Benar... sungguh benar, tidak melekat itulah intinya :) one grp buat bro peacemind

Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

Quote from: Johsun on 11 November 2009, 11:12:05 AM
Gelap ->kilesa,
terang -> kilesa lnyap.
Ini dualisme namanya.
Samsara dan nibbana. Dualisme juga tuh...

Karena itu dikatakan samsara adalah palsu, sedangkan nibbana adalah "Nyata." Namun, kepalsuan tidak memiliki esensi, ketika kepalsuan terbuka selubungnya dan seseorang melihat "Nyata", maka sebenarnya tidak ada lagi yang palsu ataupun "Nyata". Dikotomi Samsara dan Nirvana hanya muncul ketika seseorang masih dalam ketidaktahuan, saat seseorang "sadar" tidak ada yang namanya palsu atau "Nyata" lagi. Dikotomi Samsara dan Nirvana telah dilampaui... :) cmiiw
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

marcedes

mending baca buku "jalan kebebasan" oleh Ajahn... :whistle: :whistle:

Quote from: Sumedho on 11 November 2009, 09:13:48 PM
nibbana on off, temporary :hammer: *pusing*

AFAIK tidak ada rujukan di sutta yg menyatakan mencapai nibbana pertama kali -> sotapanna.
yo'i setahu saya....Sotapanna = nibbana pertama kali, hanya ditemukan dalam kitab komentar...

tapi AjahnBrahm mengkonfirmasi hal ini dalam beberapa buku-nya...
yakni

"menembus ilusi se-saat, anda adalah seorang pemenang arus, dan menembus ilusi terus menerus anda adalah araha"
kalau tidak salah begitu tulisannya.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Johsun

 [at] s.Dharma, dikotomi artinya pA An tuH?
CMIIW.FMIIW.

Peacemind

Quote from: Sumedho on 11 November 2009, 09:13:48 PM
nibbana on off, temporary :hammer: *pusing*

AFAIK tidak ada rujukan di sutta yg menyatakan mencapai nibbana pertama kali -> sotapanna.

Sebenarnya saya sendiri belum pernah menemukan dalam sutta2 bahwa seorang Sotapanna merealisasi nibbāna untuk pertama kalinya. Namun saya pribadi sudah sering mendengar hal ini dari beberapa excellent people I have ever associated.

Sebagai tambahan saudara Sumedho mungkin bisa membaca salah satu sutta di Samyuttanikāya berjudul pañcaverabhayasutta  (SN, vol. II, sutta no. 41). Di sana dijelaskan bahwa seorang sotapanna telah melihat dengan jelas dan menembus melalui kebijaksanaan paticcasamuppāda: 'Ketika ini eksis itu eksis, ketika ini tidak eksis itu tidak eksis'. Dan dikatakan pula bahwa penembusan paticcasamupāda ini juga berkaitan dengan penembusan 12 mata rantai sebab musabab yang saling bergantungan (dvadasangapaticcasamuppāda). Kita tahu bahwa 12 mata rantai sebab musabab yang saling bergantungan tidak hanya menjelaskan bagaimana penderitaan muncul karena faktor2 avijja, sankhara, viññāna, dll, tetapi juga menjelaskan bagaimana penderitaan lenyap dengan lenyapnya avijjā, sankhara, viññana lenyap. Lenyapnya avijjā, sankhara, dll sering diidentifikasi sebagai nibbāna karena ini juga disebut sebagai kevala dukkhakkhandhanirodha (lenyapnya semua kelompok penderitaan). Jika Sotapanna dikatakn telah menembus lenyapnya avijja, sankhara, dll secara logika pun, bisa dikatakn bahwa ia telah menembus nibbāna.

Be happy.