[ASK] apakah obat farmasi itu RACUN = mitos ?

Started by johan3000, 05 November 2009, 05:56:26 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

FZ

setahu saya di Indonesia, dokter memiliki hak untuk mendiagnosa dan meresepkan obat. Apoteker memiliki hak dalam memberi penilaian apakah resep yang diberikan itu rasional / tidak. Jadi antara dokter dan apoteker sebenarnya tidak terpisahkan, yang 1 ahli diagnosa, yang 1 nya lagi ahli obat. Hal ini nampak pada kurikulum dokter dengan apoteker yang berbeda.

Dokter banyak dijejali kurikulum yang sifatnya mendiagnosa, seperti bagaimana cara baca hasil lab, hasil rontgen, penggunaan alat2 penunjang medis dll. Sedangkan apoteker hanya mengetahui saja, contohnya saya tidak bisa baca hasil rontgen bahkan tidak pernah diajari.. :)) Namun saya diajari bagaimana cara meracik obat dalam formulasi. Dan mempelajari semua tentang obat. (sampe dijejali berbagai jenis kuliah Farmakologi)

Mengenai antibiotik, yang tepatnya adalah, penggunaan antibiotik harus 4-5 hari dengan dosis 3x1 hari pada umumnya
Tapi pada kasus2 tertentu, seperti demam tifoid, penggunaan cipro 2x1 selama 1 minggu