numpang nanya yah

Started by pisang_lempeng, 31 October 2009, 08:30:23 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Peacemind

Quote from: char101 on 02 November 2009, 01:28:07 PM
Kalau yang Anda maksud manusia biasa adalah putthujana maka meditator yang telah mencapai jhana masih manusia biasa.

Yap, anda benar. Jika dipandang dari segi puthujjana, maka mereka yang telah mencapai jhanapun masih dikatakn sebagai puthujjana selama mereka belum mencapai kesucian. Namun yang saya maksud adalah kondisi batinnya. Pencapaian2 jhana dan kesucian sering dianggap oleh Sang BUddha dalam khotbah2nya sebagai "uttarimanussadhammā - the states beyond the human - kondisi2 yang melebihi kemampuan manusia (biasa)". Bahkan menurut saya, kondisi2 batin ini melebihi kondisi batin para dewa karena kondisi2 jhana inilah yang mempengaruhi seseorang terlahir di alam Brahma. Bahkan pengalaman Jhana dan alam Brahma tidak berbeda (hanya personal opinion).

Hanya sebagai tambahan, kata puthujjana sebenarnya berasal dari dua kata 'puthu (banyak, umum), dan jana (manusia). Jadi jika kita menerjemahkan secara literal, puthujjana adalah orang kebanyakan atau orang umum dan makanya "menjadi orang biasa - ordinary people" karena yang umum adalah orang biasa, orang yang belum mencapai kesucian. Namun seandainya dunia yang menjadi orang kebanyakan adalh arahat, mungkin istilah puthujjana akan mengacu pada para arahat.. :D :D :D

Quote from: char101 on 02 November 2009, 01:28:07 PM
Yama ini penjaga neraka tapi apakah bisa dilabel dewa dalam arti terlahir di salah satu dari 6 alam deva? Kalau seperti itu, saya merasa ini seperti manusia menggembala kambing. Tiap makhluk hidup berhak atas kebebasannya sendiri dan seorang pemimping harus dipilih secara sukarela oleh makhluk yang dipimpinnya. Jadi saya merasa lebih alami kalau Yama itu makhluk Peta juga yang dipilih menjadi pemimpin oleh makhluk peta lainnya.

Saya sendiri nggak tahu apakah ia makhluk peta atau dewa. Saya hanya mengutip apa yang tertulis dalam Kitab Komentar Majjhimanikāya, 4, vol. 2, hal. 300 versi P.T.S. Lebih lengkapnya sebagai berikut:

"Yamarājā nāma vemānikapetarājā, ekasmiṃ kāle dibbavimāne dibbakapparukkhadibbauyyānadibbanāṭakādisampattiṃ anubhavati".
       Yang bisa diterjemahkan sebagai berikut:
"Raja Yama dikatakn sebagai Raja Vemānikapeta. Di saat  tinggal di istana dewa, ia menikmati kesenangan disebabkan pohon dewa kappa (di Indo, sama dengan legenda pohon Kalpataru), taman2 dewa, bidari2, dll".

Mengenai kesimpulan anda bahwa seorang pemimpin harus dipilih secara sukarela oleh makhluk yang dipimpinnya, memang harus demikian khususnya di alam manusia. Namun untuk alam dewa atau alam peta, saya benar2 nggak tahu apakah mereka juga mempunyai pemilihan umum apa nggak. :D :D Cuma setahu saya tentu menurut kitab2 yang ada, sebagai contoh, Dewa Sakka sebagai Raja Tavatimsa terlahir di alam dewa secara spontan dan secara spontan pula ia menjadi Raja Tavatimsa.

Quote from: char101 on 02 November 2009, 01:28:07 PM
Karena Sang Buddha tidak mengajarkan maupun menolak adanya Tuhan (kecuali kalau kita ingin samakan pandangan semi-eternal yang diajarkan di Brahmajala sutta dengan itu), tentunya memang tidak ada istilah utusan Tuhan dalam pandangan Buddhisme.
Yap, saya sangat setuju dengan anda.

                                              May you be happy

char101

Quote from: Peacemind on 02 November 2009, 03:47:48 PM
Saya sendiri nggak tahu apakah ia makhluk peta atau dewa. Saya hanya mengutip apa yang tertulis dalam Kitab Komentar Majjhimanikāya, 4, vol. 2, hal. 300 versi P.T.S. Lebih lengkapnya sebagai berikut:

"Yamarājā nāma vemānikapetarājā, ekasmiṃ kāle dibbavimāne dibbakapparukkhadibbauyyānadibbanāṭakādisampattiṃ anubhavati".
       Yang bisa diterjemahkan sebagai berikut:
"Raja Yama dikatakn sebagai Raja Vemānikapeta. Di saat  tinggal di istana dewa, ia menikmati kesenangan disebabkan pohon dewa kappa (di Indo, sama dengan legenda pohon Kalpataru), taman2 dewa, bidari2, dll".

Thanks Bro Peacemind atas keterangannya. Saya baru lihat ternyata Yama itu nama alam surga di atas Tavatimsa, tapi kalau melihat  keterangannya juga match dengan salah satu jenis Peta saya pernah baca yang merasakan kehidupan seperti deva dan tinggal di atas pohon.

Peacemind

Quote from: char101 on 02 November 2009, 04:00:13 PM
Thanks Bro Peacemind atas keterangannya. Saya baru lihat ternyata Yama itu nama alam surga di atas Tavatimsa, tapi kalau melihat  keterangannya juga match dengan salah satu jenis Peta saya pernah baca yang merasakan kehidupan seperti deva dan tinggal di atas pohon.

Yap, kemungkinan anda benar juga.

Jerry

Quote from: Peacemind on 02 November 2009, 12:09:06 PM
Dalam agama lain, umumnya makhluk2 malaikat merupakan utusan Tuhan. Sebagai contoh, malaikat Gabriel (jibril) diutus Tuhan untuk memberikan wahyu, malaikat Mikail untuk mengatur hujan, malaikat Malik penjaga neraka, malaikat Ridhwan penjaga surga, dll. Dalam agama BUddha, seperti yang anda tahu, umumnya dewa dimengerti sebagai  sejenis makhkluk yang tidak berbeda dari kita. Mereka masih terperangkap oleh alam samsara. Cuma  kehidupan mereka lebih berbahagia dari manusia biasa (bukan  manusia yang mencapai jhana atau kesucian).

Namun dalam beberapa Sutta, ada beberapa dewa yang diidenfifikasikan sebagai dewa2 yang memiliki tugas tertentu seperti layaknya malaikat dalam agama lain. Sebagai contoh, dalam Devadūtasutta dari Majjhimanikāya, ada dewa penjaga Neraka bernama Yama. Kitab komentar dari sutta ini mengungkapkan dua pendapat yang berbeda. Pertama, beberapa bhikkhu thera memandang bahwa nirayapāla (penjaga dewa - Yama) sebenarnya tidak ada. Dewa tersebut muncul hanya sebagai manifestasi dari perbuatan jahat orang yang terlahir di alam neraka. Pendapat kedua diambil dari Abhidhamma. Dikatakan bahwa dewa Yama memang benar2 ada dan ia disebut sebagai Vemānikapetarājā (raja peta vemanika). Ia terlahir sebagai penjaga neraka karena ia pernah menjadi raja yang adil. Jika kita menerima pendapt pertama, maka tidak ada masalah lagi. Dan kalaupun kita menerima pendapat kedua, bisa disimpulkan bahwa dewa Yama juga tidak berbeda dari kita, Ia juga suatu saat harus mati dan terlahir di alam lain. Juga ia bukan utusan Tuhan.

                                             May u be happy
Baru baca sekarang. Thanks.. :) _/\_

May you be well, happy and mindful..
appamadena sampadetha

marcedes

QuoteNamun dalam beberapa Sutta, ada beberapa dewa yang diidenfifikasikan sebagai dewa2 yang memiliki tugas tertentu seperti layaknya malaikat dalam agama lain. Sebagai contoh, dalam Devadūtasutta dari Majjhimanikāya, ada dewa penjaga Neraka bernama Yama. Kitab komentar dari sutta ini mengungkapkan dua pendapat yang berbeda. Pertama, beberapa bhikkhu thera memandang bahwa nirayapāla (penjaga dewa - Yama) sebenarnya tidak ada. Dewa tersebut muncul hanya sebagai manifestasi dari perbuatan jahat orang yang terlahir di alam neraka. Pendapat kedua diambil dari Abhidhamma. Dikatakan bahwa dewa Yama memang benar2 ada dan ia disebut sebagai Vemānikapetarājā (raja peta vemanika). Ia terlahir sebagai penjaga neraka karena ia pernah menjadi raja yang adil. Jika kita menerima pendapt pertama, maka tidak ada masalah lagi.

kalau di kaitkan abhidhamma, apakah raja yama itu ketika menghukum seseorang, itu berkembang dosa-mula citta kan...
jadi kalau dikatakan Penjaga neraka, gimana tuh batin-nya....wuih, dosa mula citta melulu tuh....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Jerry

appamadena sampadetha

gajeboh angek

Orang yang bertugas sebagai raja, pimpinan, petugas tidak selamanya bertindak berdasarkan dosa mula citta.
Kita sering lihat di jaman Sang Buddha pun ada Raja yang berperang, menghukum orang yang bersalah, tetapi tidak didasarkan dosa mula citta, tetapi melainkan memang tugasnya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days