News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Ruang Konsultasi Ajaran Buddha

Started by fudinpang, 30 October 2009, 11:43:14 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote from: char101 on 03 November 2009, 01:00:40 PM
Untuk menghilangkan persepsi hanya bisa lewat nirodda-samapatti yang memerlukan kemampuan seorang arahat yang telah mencapai arupa jhana bukan pencerapan pun bukan bukan pencerapan.

Anagami juga bisa.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

fudinpang


Apa Sdr. Peacemind punya keterangan tambahan tentang ketika melihat hanya melihat ini, dari komentar atau pengalaman pribadi.


Jb.. menurut pengetahuan saya.... seperti cara untuk menghilangkan objek objek lain selain objek meditasi yang kita ingikan yaitu hanya memperhatikan... cukup hanya memperhatikan tanpa menilai apapun.. intinya adalah konsentrasi,, ketika melihat ini ya cuman melihat ini dan ketika melihat itu ya cuman melihat itu.... begitu maksudnya...

semoga bahagia

sinshe fudin pang

Peacemind

Quote from: char101 on 03 November 2009, 01:00:40 PM

Selain itu, bukankan citta yang muncul ketika persepsi adalah kiriya citta yang merupakan resultant citta (result dari kamma?) jadi kalau kita melihat hal yang menyenangkan itu hasil dari kamma baik dan sebaliknya. Untuk menghilangkan persepsi hanya bisa lewat nirodda-samapatti yang memerlukan kemampuan seorang arahat yang telah mencapai arupa jhana bukan pencerapan pun bukan bukan pencerapan.


Dalam bukunya, "The Concept and Reality", Bhikkhu Katukurunde Ñānananda, salah seorang guru meditasi di Sri Lanka, telah membagi proses pikiran yang tercatat dalam MadhupiṇḍikaSutta (pernyatan yang sy kutip di atas berasal dari sutta ini) menjadi tiga:
1.   Organ-organ indera, 6 macam kesadaran dan kontak yang muncul dari ketiga gabungan merupakan  hasil otomatis proses pikiran. Seseorang tidak bisa berbuat apa2 terhadap mereka.
2.   Vedana, saññā, vitakka dan papañca sudah mengikut-campurkan batin yang aktif. Ini bisa dilihat dari penggunaan kata vedeti, sañjānati, vitakketi dan papañceti yang merupakan bentuk orang pertama tunggal yang kalau diartikan menjadi "ia merasa, ia mencerap, ia berpikir dan ia berpikir berulang-ulang (mentally proliferates).
3.   Papañcasaññāsaṇkha (pikiran yang berulang-ulang dan persepsi2) yang merupakan hasil dari keseluruhan proses pikiran adalah  akibat dari proses pikiran tersebut.
Jika kita menerima pendapat nomor dua, tentu, vedana dan saññā juga merupakan batin yang aktif. Mereka juga merupakan resultant consciousness / hasil dari citta, namun juga merupakan penyebab munculnya alktifitas batin yang baru.

Namun saya pernah mendengar dari Bapak Hudoyo, guru meditasi di Indonesia, bahwa menurut Bhikkhu Bodhi dalam salah satu bukunya mengenai Mūlapariyaya Sutta (saya belum pernah membacanya), vedana dan saññā merupakan hasil natural atau otomatis proses pikiran yang kita tidak bisa berbuat apa2 terhadapnya.

Anda sangat benar bahwa dalam Nirodhasamapatti, saññā telah lenyap. Namun menurut pendapat saya, ini benar jika dipandang dari segi jhana (samatha). Dalam vipassana pun, vedana dan sañña bisa lenyap. Contohnya, dalam Dvayatānupassanāsutta dari Suttanipāta, Sang Buddha menasehati para muridnya untuk selalu merenungkan bahwa apapun penderitaan muncul karena perasaan2 dan dikondisikan karena perasaaan2, dan melalui total pelepasan dan pelenyapan perasaan2 di sana tidak muncul penderitaan (Yaṃ kiñci dukkhaṃ sambhoti sabbaṃ vedanāpaccayāti, ayamekānupassanā. Vedanānaṃ tveva asesavirāganirodhā natthi dukkhassa sambhavoti). Jika perasaan lenyap karena kontemplasi (saya melihat cara ini sebagai vipassana juga), maka tanpa keraguaan, persepsi juga lenyap karena persepsi muncul setelah perasaan. Dalam Madhupiṇḍikasutta sendiri dikatakan bahwa persepsi muncul hanya setelah ada perasaan. 

Quote

Apa Sdr. Peacemind punya keterangan tambahan tentang ketika melihat hanya melihat ini, dari komentar atau pengalaman pribadi.

Sebenarnya kutipan di atas saya ambil dari Bahiya Sutta dari Udana. Lebih lengkapnya sebagai berikut:

"Tasmātiha te, bāhiya, evaṃ sikkhitabbaṃ – 'diṭṭhe diṭṭhamattaṃ bhavissati, sute sutamattaṃ bhavissati, mute mutamattaṃ bhavissati, viññāte viññātamattaṃ bhavissatī'ti. Evañhi te, bāhiya, sikkhitabbaṃ. Yato kho te, bāhiya, diṭṭhe diṭṭhamattaṃ bhavissati, sute sutamattaṃ bhavissati, mute mutamattaṃ bhavissati, viññāte viññātamattaṃ bhavissati tato tvaṃ, bāhiya, na tena; yato tvaṃ, bāhiya, na tena tato tvaṃ, bāhiya, na tattha; yato tvaṃ, bāhiya, na tattha, tato tvaṃ, bāhiya, nevidha na huraṃ na ubhayamantarena. Esevanto dukkhassā''ti"

"Oleh karena itu, O, Bahiya, hendaknya engkau berlatih – 'Ketika melihat itu ini hanya sekedar melihat, ketika mendengar ini hanya sekedar mendengar, ketika merasa ini hanya sekedar merasa, ketika mengenal ini hanya sekedar mengenal. Demikianlah, O, Bahiya, hendaknya engkau melatih diri. Jika, O, Bahiya, engkau melatih demikian 'Ketika melihat itu ini hanya sekedar melihat, ketika mendengar ini hanya sekedar mendengar, ketika merasa ini hanya sekedar merasa, ketika mengenal ini hanya sekedar mengenal' maka engkau tidak bisa dikaitkan dengan itu; karena engkau tidak bisa dikaitkan dengan itu, maka engkau tidak di sana; karena engkau tidak di sana, maka engkau bukan di sini, bukan di sana dan bukan di antaranya. Inilah, akhir dari penderitaan".

Sutta ini merupakan andalan para guru meditasi khususnya vipassana. Latihan ini bisa dipraktikkan siapa saja. Sang Buddha sendiri mengatakan sikkhitabbaṃ (harus dilatih). Jadi hal ini bukan sesuatu beyond manusia. Sebenarnya, dalam Vipassana, ketika pikiran tidak bereaksi dengan muncul dan lenyapnya fenomena2 yang silih berganti, ketika pikiran berada pada total surrendering, ketika pikiran menerima apapun obyek yang muncul tanpa complain, di situlah praktik yang sesuai dengan Bahiyasutta di atas terwujud. Latihan inilah yang sesungguhnya mengantarkan kita pada pengetahuan dan penglihatan segala sesuatu sebagaimana adanya (yathabhūta ñānadassanaṃ). Tentu, keadaan "maka engkau tidak bisa dikaitkan dengan itu; karena engkau tidak bisa dikaitkan dengan itu, maka engkau tidak di sana; karena engkau tidak di sana, maka engkau bukan di sini, bukan di sana dan bukan di antaranya, inilah, akhir dari penderitaan" hanya dicapai mereka yang telah merealisasi nibbāna. Namun, latihan itu sendiri masih bisa dipraktikkan oleh siapa saja.

Dalam kitab Abhidhamma dan juga kitab komentar, ada tiga macam definisi yang diberikan ketika mendefinisikan beberapa dhamma. Sebagai contoh, citta atau pikiran didefinisikan sebagai berikut:
1.   Kattusadhāna (definisi menurut pelaku) – cinteti'ti cittaṃ ('ini berpikir', oleh karenanya disebut pikiran).
2.   Karanasadhāna (definisi menurut instrumental) – cinteti'ti tena cittaṃ ('karena melalui ini, ia berpikir' maka disebut sebagai pikiran).
3.   Bhavasadhāna (definisi yang sesungguhnya) – cintanamattaṃ cittaṃ (sekedar pikiran itulah yang disebut pikiran).
Menurut kitab2 ini, dua definisi yang pertama bukan merupakan arti yang sesungguhnya karena mereka masih mencampur-ikutkan keberadaan pelaku / doer. Kedua definisi ini digunakan hanya untuk mempermudah pengertian. Akan tetapi, definisi yang ketiga dikatakn sebagai definisi yang sesungguhnya karena di sini tidak ada pelaku atau entitas yang turut campur. Definisi ketiga inilah yang sesungguhnya sangat releven dengan praktik dan sesuai dengan Bahiya Sutta. Ketika fenomena pikiran muncul, seseorang hendaknya tidak berusaha mengidentifikasikan pengalaman pikiran tersebut dengan aku, diri atau entitas apapun. Tapi lihatlah pikiran hanya sekedar pikiran, seperti ketika seseorang melihat, itu hanya sekedar melihat, mendengar hanya sekedar mendengar, dst.

About your question as to whether or not, I personally experience, I prefer not to speak from personal experience but from what the Buddha said preserved in the Buddhist scriptures or from competent and leading meditation teachers.

May u be happy.


char101

Quote from: Peacemind on 03 November 2009, 03:22:05 PM
Dalam bukunya, "The Concept and Reality", Bhikkhu Katukurunde Ñānananda, salah seorang guru meditasi di Sri Lanka, telah membagi proses pikiran yang tercatat dalam MadhupiṇḍikaSutta (pernyatan yang sy kutip di atas berasal dari sutta ini) menjadi tiga:
1.   Organ-organ indera, 6 macam kesadaran dan kontak yang muncul dari ketiga gabungan merupakan  hasil otomatis proses pikiran. Seseorang tidak bisa berbuat apa2 terhadap mereka.
2.   Vedana, saññā, vitakka dan papañca sudah mengikut-campurkan batin yang aktif. Ini bisa dilihat dari penggunaan kata vedeti, sañjānati, vitakketi dan papañceti yang merupakan bentuk orang pertama tunggal yang kalau diartikan menjadi "ia merasa, ia mencerap, ia berpikir dan ia berpikir berulang-ulang (mentally proliferates).
3.   Papañcasaññāsaṇkha (pikiran yang berulang-ulang dan persepsi2) yang merupakan hasil dari keseluruhan proses pikiran adalah  akibat dari proses pikiran tersebut.
Jika kita menerima pendapat nomor dua, tentu, vedana dan saññā juga merupakan batin yang aktif. Mereka juga merupakan resultant consciousness / hasil dari citta, namun juga merupakan penyebab munculnya alktifitas batin yang baru.

Thanks atas jawabannya yang cukup panjang. setelah melihat keterangan di atas dan membaca suttanya, saya rasa saya telah mendefinisikan sanna dalam arti yang salah (awalnya saya berpikir sanna adalah citta pertama yang muncul ketika objek indera menyentuk indera). Tapi kalau melihat suttanya, sanna di sana adalah persepsi terhadap konsep, seperti aharepatikullasanna, persepsi terhadap makanan menjijikan. Jadi memang setelah ada perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan, seseorang mempersepsikan apakah hal itu baik atau buruk. Setelah ada persepsi baik atau buruk, lalu dipikirkan berulang-ulang. Setelah dipikirkan berulang-ulang lalu muncul konsepsi, ini milikku, atau orang itu melukaiku...

Quote
Namun saya pernah mendengar dari Bapak Hudoyo, guru meditasi di Indonesia, bahwa menurut Bhikkhu Bodhi dalam salah satu bukunya mengenai Mūlapariyaya Sutta (saya belum pernah membacanya), vedana dan saññā merupakan hasil natural atau otomatis proses pikiran yang kita tidak bisa berbuat apa2 terhadapnya.

Ini mungkin vedana dan sanna yang berbeda lagi dari vedana dan sanna yang dijelaskan pada sutta di atas. Di ahetuka kiriya citta karena merupakan konsekuensi dari kamma maka tidak dapat dikontrol.

Quote
Jika perasaan lenyap karena kontemplasi (saya melihat cara ini sebagai vipassana juga), maka tanpa keraguaan, persepsi juga lenyap karena persepsi muncul setelah perasaan. Dalam Madhupiṇḍikasutta sendiri dikatakan bahwa persepsi muncul hanya setelah ada perasaan.

Kalau saya melihatnya kontemplasi tidak membuat perasaan lenyap, seseorang mengkontemplasikan bahwa perasaan adalah dasar penderitaan, lenyapnya perasaan adalah lenyapnya penderitaan, ini seperti merenungkan cattari ariya saccani, lenyapnya perasan adalah nibbana tanpa sisa. Kalau orangnya ceria, merenungkan hal ini malah bisa membuat perasaan senang, tapi bukan rasa senang karena melekat namun rasa senang melihat kebebasan.

Quote
"Oleh karena itu, O, Bahiya, hendaknya engkau berlatih – 'Ketika melihat itu ini hanya sekedar melihat, ketika mendengar ini hanya sekedar mendengar, ketika merasa ini hanya sekedar merasa, ketika mengenal ini hanya sekedar mengenal. Demikianlah, O, Bahiya, hendaknya engkau melatih diri. Jika, O, Bahiya, engkau melatih demikian 'Ketika melihat itu ini hanya sekedar melihat, ketika mendengar ini hanya sekedar mendengar, ketika merasa ini hanya sekedar merasa, ketika mengenal ini hanya sekedar mengenal' maka engkau tidak bisa dikaitkan dengan itu; karena engkau tidak bisa dikaitkan dengan itu, maka engkau tidak di sana; karena engkau tidak di sana, maka engkau bukan di sini, bukan di sana dan bukan di antaranya. Inilah, akhir dari penderitaan".

Ketika melihat hanya melihat, dst... seseorang tidak membentuk persepsi atta (engkau tidak ada di sana).

Quote
Sutta ini merupakan andalan para guru meditasi khususnya vipassana. Latihan ini bisa dipraktikkan siapa saja. Sang Buddha sendiri mengatakan sikkhitabbaṃ (harus dilatih). Jadi hal ini bukan sesuatu beyond manusia.

Memang saya juga merasa hal ini sangat praktikal. Namun kalimatnya seperti teka-teki, ketika melihat hanya melihat. Kalau melihat sutta-sutta sebelumnya, maka bisa diartikan, ketika melihat jangan melabel, ini laki-laki, ini perempuan, ini bagus, itu jelek. Kalau kita membuat persepsi seperti ini, maka kita mempunyai persepsi bahwa sesuatu yang tidak ada adalah ada. Namun dalam kehidupan sehari-hari sulit juga, misalnya ketika berbelanja, mau tidak mau kita harus melihat "yang tidak ada", bareng yang dibeli tersebut, instead of apa yang terlihat yaitu warna dan bentuk (rupa).

Peacemind

Quote from: char101 on 03 November 2009, 05:22:07 PM

Thanks atas jawabannya yang cukup panjang. setelah melihat keterangan di atas dan membaca suttanya, saya rasa saya telah mendefinisikan sanna dalam arti yang salah (awalnya saya berpikir sanna adalah citta pertama yang muncul ketika objek indera menyentuk indera). Tapi kalau melihat suttanya, sanna di sana adalah persepsi terhadap konsep, seperti aharepatikullasanna, persepsi terhadap makanan menjijikan. Jadi memang setelah ada perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan, seseorang mempersepsikan apakah hal itu baik atau buruk. Setelah ada persepsi baik atau buruk, lalu dipikirkan berulang-ulang. Setelah dipikirkan berulang-ulang lalu muncul konsepsi, ini milikku, atau orang itu melukaiku...


yap, anda benar.

Quote
Ini mungkin vedana dan sanna yang berbeda lagi dari vedana dan sanna yang dijelaskan pada sutta di atas. Di ahetuka kiriya citta karena merupakan konsekuensi dari kamma maka tidak dapat dikontrol.

Sebenarnya dalam Abhidhamma, resultant consiciousness bersifat netral. Mereka bukan baik maupun jelek. Namun yang menjadi problem adalah manusia selalu bereaksi dengan resultant consiusness dan memandangnaya mereka sebagai perasaan /  persepsi menyenangnkan dan tidak menyenangkan. Akibatnya, buah kamma baru selalu muncul dan manusia tidak pernah lepas dari lingkaran samsara. Sebenarnya saya juga setuju dengan Abhidhamma mengenai hal ini.

Quote
Memang saya juga merasa hal ini sangat praktikal. Namun kalimatnya seperti teka-teki, ketika melihat hanya melihat. Kalau melihat sutta-sutta sebelumnya, maka bisa diartikan, ketika melihat jangan melabel, ini laki-laki, ini perempuan, ini bagus, itu jelek. Kalau kita membuat persepsi seperti ini, maka kita mempunyai persepsi bahwa sesuatu yang tidak ada adalah ada. Namun dalam kehidupan sehari-hari sulit juga, misalnya ketika berbelanja, mau tidak mau kita harus melihat "yang tidak ada", bareng yang dibeli tersebut, instead of apa yang terlihat yaitu warna dan bentuk (rupa).

Yap, anda benar bahwa dalam praktik ini ketika melihat hendaknya jangan member label, ini laki-laki, ini perempuan, ini bagus, itu jelek. Dan, memang dalam kehidupan sehari-hari, sangat sulit untuk menerapkan praktik ini. Makanya, praktik ini akan menjadi sangat kuat ketika kita tengah berada dalam retret meditasi atau tinggal jauh dari hiruk-pikuknya dunia. Tetapi, saya berpendapat bahwa semakin kita menerapkan praktik ini dalam kehidupan sehari-hari kapanpun kita bisa, di sana akan muncul kwalitas batin yang mengarah kepada non-attachment, non-involvement. Ini bisa dirasakan bahkan ketika kita berasosiasi dengan dunia yang kompleks. Setidaknya, meskipun kita melihat bentuk dualisme sebagai wanita atau laki2, baik atau buruk, dll, batin tidak mudah terpengaruh. Ada semacam non-involvement. Inilah, yang bagi saya, disebut sebagai nekkhamavitakka (the thought of renunciation – pikiran renunsiasi) mulai tertanam.


Quote
Kalau saya melihatnya kontemplasi tidak membuat perasaan lenyap, seseorang mengkontemplasikan bahwa perasaan adalah dasar penderitaan, lenyapnya perasaan adalah lenyapnya penderitaan, ini seperti merenungkan cattari ariya saccani, lenyapnya perasan adalah nibbana tanpa sisa. Kalau orangnya ceria, merenungkan hal ini malah bisa membuat perasaan senang, tapi bukan rasa senang karena melekat namun rasa senang melihat kebebasan.

Anda memang benar bahwa hanya sekedar kontemplasi, perasaan akan lenyap. Bahkan apa yang seperti anda jelaskan sering terjadi. Namun di sini, kontemplasi lebih mengacu kepada kebijaksanaan atau pengetahuan tentang sifat alami fenomena yang bersangkutan. Dalam bahasa Pāli khususnya di sutta yang saya sebutkan di atas, kata yang digunakan adalah 'anupassana' yang berasal dari awalan 'anu dan kata 'passana'. Awaln 'anu' merupakan awalan yang sering diartikan sebagai 'mengikuti', namun awalan ini juga sering menjadi penekanan dalam sebuah kata. Sementara itu, passana adalah melihat. Kata anupassana sangat identik dengn istilah vipassana (seeing inside / insight). Menimbang hal ini, kata anupassana merupakan kontemplasi yang harus dibarengi oleh kebijaksanaan atau insight, pandangan terang, bukan sekedar kontemplasi.

May u be happy.

johan3000

#20
Quotekenapa cowok (remaja normal/sehat) senang melihat (melotot) bagian tertentu
dari tubuh wanita yg sexy ? Bagaimana bagian tertentu bisa
lebih menarik dari bagian yg lain ?

contoh : kenapa jempol gadis bukan termasuk bagian yg favorite
utk di plototin ? bagaimana asal usul keinginan melihat bagian
tertentu tsb ?

trims sebelumnya,  mohon dijawab dgn jelas....


Jb. terima kasih atas posting pertamanya.. thankss... jika ada salah mohon bantuan dari temant-teman yaa.. manusia itu memiliki pancakanda. salah satunya adalah panca indera. panca indera merupakan salah satu bagian fisik manusia yang paling gampang untuk menciptakan nafsu keinginan disamping itu ada pancakanda yang menerangkan tentang pencerapan, dsb....

setiap manusia memiliki objek seksual yang berbeda beda. ada yang menyukai itu dan ada yang menyukai ini... tentunya semua orang mengetahui dimana objek seskual itu berada.. untuk yang lebih dalam lagi bisa mempelajari abhidhamma... terima kasih... mengenai cetasika atau keinginan.. keinginan yang dilandasi oleh nafsu... de el ell. saya sudah lupa... ehehe

semoga berbahagia

sinshe fudin pang

Apakah anak lelaki yg sejak lahir sampai dewasa disuatu pulau yg
semua wanita tua, gadis, maupun muda.... memakai pakaian2 tersexy....

dan lelaki tsb setelah puber akan ON melihat pakaian2 sexy tsb ?
dari manakah ide sexy tsb diciptakan dalam pikiran cowok ?

trims sebelumnya  :P
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

fudinpang

Apakah anak lelaki yg sejak lahir sampai dewasa disuatu pulau yg
semua wanita tua, gadis, maupun muda.... memakai pakaian2 tersexy....

dan lelaki tsb setelah puber akan ON melihat pakaian2 sexy tsb ?
dari manakah ide sexy tsb diciptakan dalam pikiran cowok ?


Jb. waduh sangat sulit menjawabnya yaa... setiap manusia membawa karmanya masing masing... nah on atau tidak on itu sangat tergantung oleh lingkungannya dan niatnya.. tidak selamanya tergantung oleh karma masa lampau seseorang namun kita bisa buat karma baru di masa sekarang... menurut saya pribadi.... sesuatu yang telah menjadi kebiasaan maka sulit diubah.. seperti seorang dokter kandungan yang terlalu sering melihat organ intim wanita maka sudah kebiasaan dan agak sulit on...hehehe

semoga bahagia

fudin pang

N1AR

kalau terlalu sering lihat dan sulit on.
kalau contohnya makan nasi sinshe? kok kebiasaan yg gak bisa lepas yah (gak bosan)

fudinpang

kalau terlalu sering lihat dan sulit on.
kalau contohnya makan nasi sinshe? kok kebiasaan yg gak bisa lepas yah (gak bosan)


Jb. saya telah mengatakan semua tergantung oleh karma kita. niat kita atau pikiran kita... makan nasi juga bisa bosan dechh.. hehehehe.... begitu juga on...tapi gak selamanya gak on atau selamanya kita gak makan nasi kan.. hehehehehe

semoga bahagia

fudin pang

andry

 [at] johan saceng: ngakak abiezzzzzz....
boz, jawabannya tuh di moha mulacitta
Samma Vayama

johan3000

Quote from: andry on 05 November 2009, 11:15:36 PM
[at] johan saceng: ngakak abiezzzzzz....
boz, jawabannya tuh di moha mulacitta

Quote
fudin pang :
Jb. waduh sangat sulit menjawabnya yaa...
kalau sulit dijawab... berarti nunggu giliran yg lain utk menjawab....

bro andry,
kamus gw lagi gak ada jadi belum bisa check moha mulacitta....
(pesan pandita, kalau mau belajar Buddhist harus beli kamus buddhist....)


Kalau makan nasi.. itu kan sesuatu yg gak bisa terpuaskan...
sebentar kenyang, setelah itu lapar lagi... nah kalau lapar lagi yg PINGIN LAGI..
kan begitu...


dari manakah ide sexy tsb diciptakan dalam pikiran cowok ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

fudinpang

moha artinya kebodohan
citta artinya pikiran

Moha mula citta selalu muncul dengan perasaan netral; dan munculnya spontan, karena sikap batin yang bodoh selalu spontan.

Keraguan yang dimaksud di dalam moha mula citta adalah keraguan akan sebab akibat, keraguan akan manfaat melakukan sesuatu, keraguan akan masa lampau, dan masa mendatang serta keraguan akan perkembangan batin yang bertahap hingga ke tingkat-tingkat kesucian.

Kegelisahan batin yang dimaksud di dalam moha mula citta adalah sikap batin yang tidak dapat berpegang teguh kepada objek.

Di dalam moha mula citta tidak ada miccha ditthi, karena tidak ada keterikatan terhadap pandangan tertentu, batin semata-mata bodoh. Hubungan akusala kamma patha 10 dengan akusala citta 12:
No.    Akusala kamma patha    Akusala citta yang mungkin terlibat
1.    Membunuh    Dosa mula citta
2.    Mencuri    Lobha mula citta 8, dosa mula citta 2
3.    Berzinah    Lobha mula citta 8
4.    Berdusta    Dosa mula citta 2, lobha mula citta 8
5.    Memfitnah    Dosa mula citta 2, lobha mula citta 8
6.    Berkata-kata kasar    Dosa mula citta 2
7.    Berbicara kosong    Lobha mula citta 8, dosa mula citta 2
8.    Bernafsu serakah    Lobha mula citta 8
9.    Berniat jahat    Dosa mula citta 2
10.    Berpandangan salah    Lobha mula citta 4

Moha mula citta 2 tidak timbul di dalam akusala kamma patha 10, namun demikian moha cetasika tetap timbul, karena moha cetasika pasti timbul saat lobha atau dosa timbul.

semoga bermanfaat

fudinpang

fudinpang

dari manakah ide sexy tsb diciptakan dalam pikiran cowok ?

Jb.. dari nafsu keinginannya yang dilandasi oleh kebodohan...

semoga bahagia

fudinpang

ryu

Quote from: fudinpang on 06 November 2009, 02:02:35 PM
dari manakah ide sexy tsb diciptakan dalam pikiran cowok ?

Jb.. dari nafsu keinginannya yang dilandasi oleh kebodohan...

semoga bahagia

fudinpang
ide sexy dilandasi kebodohan? duh kasihan dong yang sexy, juga yang punya pikiran sexy ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Forte

mungkin maksudnya kebodohan di sini maksudnya kebodohan batin (avijja)
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148