Dulu sempat berpikir lebih baik jadi bhikkhu di kota. Tapi lama-lama dipikir lebih baik menjadi bhikkhu dhutanga (hutan)...
kalo bhikkhu kota lebih banyak tugasnya ya om?,mesti blesing sana-sini,mesti memberikan dhammadesana,dll..
Kalo bhikkhu hutan,tugasnya cuma meditasi dan pindapata ya om?cmiiw
Bhikkhu di kota sering mendapat tekanan berupa ekspetasi masyarakat. Banyak umat awam (mungkin di Indonesia) yang memperlakukan bhikkhu seperti makhluk super suci. Hal ini membuat banyak bhikkhu yang masih berlatih menjadi tertekan. Banyak bhikkhu yang baik masuk dalam suatu organisasi dan turut aktif. Mungkin hal ini bisa membuyarkan latihan mereka, sehingga fokus bukan lagi pada pelatihan batin; namun hanya menjadi seorang cendekiawan agama saja. Bhikkhu di kota suka mendapat 'gangguan' dari umat awam. Sehingga beberapa orang yang paham, memilih untuk lepas jubah dan menjadi seorang Dhammaduta (penceramah Buddhis) saja.
Bhikkhu di hutan hidup dalam kesederhanaan. Benar-benar hidup sebagai seorang petapa, menjalani kehidupan seperti apa yang dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan rumah untuk mencari kedamaian sejati. Fokus hidup mereka bisa tertata lebih konstan. Kerasnya hidup di hutan bisa membuatnya sadar akan realitas kehidupan. Bhikkhu di hutan tinggal di lingkungan yang lebih kondusif untuk melatih diri.
Tentu bhikkhu yang hidup di kota juga banyak memberikan kebaikan. Sumbangsih bhikkhu di kota pada masyarakat, seperti ceramah, membantu memberi saran, memberi kesempatan untuk berbuat baik, menulis buku, dsb. merupakan hal positif.
Ingin menjadi bhikkhu di hutan atau bhikkhu di kota sebenarnya pilihan saja. Jika ingin lebih fokus pada pelatihan, mungkin di hutan adalah tempat yang lebih kondusif. Jika ingin melatih diri sembari memberikan sumbangsih pada banyak orang, mungkin di kota lebih cocok; tapi ada konsekuensi tentunya.