DHAMMA yang wajib di hindarkan oleh para upasaka-upasika (termasuk Pandita)

Started by Lily W, 21 July 2009, 05:41:10 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

adi lim

Dear Sis Lily,

Kalau buat Arak dari beras, untuk di gunakan obat2an tradisional
kemudian arak tersebut juga bisa digunakan untuk minuman sehingga bisa memabukan !

apakah termasuk Majja Vanijja: Berdagang minuman yang memabukkan ?


_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

hatRed

^
  harusnya sih enggak ya...

kasusnya mirip dengan pisau dapur deh...
i'm just a mammal with troubled soul



markosprawira

hat emg tobs.....

[at] adi : betul jawaban hat..... mirip ky pisau dapur itu....

sebenarnya semua kembali ke cetana/kehendak pembeli maupun pejualnya
- mau jualan pisau dapur/arak beras tp kalo disalahgunakan oleh pembelinya?
- dari awal emg niat utk jualan bahan yg memabukkan, atau jualan pisau khusus pemburu, khusus utk membunuh

ci lily mode ON : objek itu netral

marcedes

mau sekalian nanya, kalau orang jual herbisida? seperti semacam racun untuk membuat rumput tidak tumbuh....kalau kena hama kan mati.....
tapi tujuan mental adalah untuk tidak menumbuhkan rumput, karena kalau rumput ada dibawah pohon cengkeh, kacau hasil bumi petani cengkeh....

----------

pakai mesin pemotong rumput, sama saja, karena kalau tidak hati-hati bisa-bisa bukan rumput yg di potong, tapi ulat../cacing....
biasanya petani cengkeh memakai pemotong rumput untuk memotong cengkeh
[karena tinggi repot dan memakan waktu kalau harus memanjat pakai tangga lalu cabut 1 per 1.]

------
cabut rumput 1-1?
injak cacing juga mah mati, cabut rumput ditanah sama saja merusak rumah hewan, seperti semut, dll...


pikir-pikir semua yang berurusan dengan duniawi hampir semuanya terlibat dalam pembunuhan...bahkan makan makanan saja pasti ada korban...
misalkan vegetarian, tanam sayur yah korban cacing,dan hama...hanya saja pas di piring korbannya tidak terlihat...

ibarat kita disini karena pengetahuan kita sudah berkembang, dan mengetahui makanan yang kita konsumsi pasti memakan korban mata rantai.........kita tidaklah mungkin gelap mata dan mengatakan pembenaran bahwa tidak terlibat karena tidak memiliki cettana.
toh, semua sudah tahu.

cocok juga kata Ayya, Sangbuddha mengatakan makan secukup-nya...

ngomong2 petani cengkeh itu gimana donk.
mohon sekalian info.
metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Mr.Jhonz

Quote from: upasaka on 21 July 2009, 11:48:56 PM
Quote from: 7 Tails on 21 July 2009, 11:44:29 PM
6. Annasatthuddesa: Mengikuti dan mengajarkan agama-agama lain (hanya untuk para Bhikkhu).
Keterangan:
Lima yang pertama adalah kejahatan-kejahatan besar bagi setiap orang, walaupun yang kelima lebih cenderung untuk dilakukan oleh para Bhikkhu daripada umat awam, tetapi yang keenam khusus dimaksud bagi para bhikkhu yang meskipun mengenakan jubah bhikkhu dan pernyataan mereka sendiri untuk menjadi bhikkhu, tetapi tidak tahu malu mengajarkan cara-cara dari agama lain dengan mengorbankan agamanya sendiri. ini adalah seperti suatu perbuatan penghianatan dan bhikkhu itu bukan lain hanyalah seorang penghianat.


pengkhianatan seperti apa? atau dengan mengajarkan cara apa? kalau mempromosikan agama selain buddha ,apa termasuk ?
khianati siapa?

Dikatakan mengkhianat karena mendompleng atau menyebarkan ajaran yang tidak selaras dengan Ajaran Sang Buddha, meskipun berpenampilan sebagai seorang bhikkhu. :)

di jaman sekarang,siapa yg mempunyai hak atau mempunyai wewenang untuk memberikan cap berhianat kepada seorang bhikku?

buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Nevada

[at] Marcedes

Saya rasa postingan Bro Markos sebelumnya sudah cukup untuk mewakili jawaban atas pertanyaan Anda. :)


[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

williamhalim

Quote from: marcedes on 22 July 2009, 06:39:36 PM
pikir-pikir semua yang berurusan dengan duniawi hampir semuanya terlibat dalam pembunuhan...bahkan makan makanan saja pasti ada korban...
misalkan vegetarian, tanam sayur yah korban cacing,dan hama...hanya saja pas di piring korbannya tidak terlihat...

Kehidupan adalah dukkha, sebab dan akibat tak terhindarkan....

Yg dihimbau oleh Guru adalah "Hindari sebisa mungkin..."

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

HokBen

Quote from: upasaka on 22 July 2009, 09:57:46 PM
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

berarti kalopun kita bertemu oknum anggota Sangha yang mengajarkan hal-hal di luar Ajaran Sang Buddha, yang boleh kita lakukan hanya diam?

bond

Quote
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

Sebenarnya bisa saja pemberian cap berkhianat, misal jelas2 seorang bhikkhu mengajarkan agama lain. Sudah pasti dicap berkhianat dan kalau tidak mau berubah, maka dia harus lepas jubah. Kalau tidak ada yg berdaulat maka tidak perlu didalam organisasi sangha ada kepala bhikkhu bagian vinaya dan vinaya itu sendiri. Contohnya di STI(Sangha Theravada Indonesia) ada anggota Sangha sebagai kepala Bagian Vinaya. Bagian ini yg akan melakukan evaluasi. Bagaimana sikap umat, tentu umat sah-sah saja menanyakan langsung kepada bhikkhu itu dengan cara yg santun, jika ada keraguan bisa ditanyakan kepada anggota sangha di bagian vinaya.  

Saya rasa siapa yg berdaulat adalah dhamma dan vinaya itu sendiri dan kita berpatokan pada itu  untuk mendaulat tetapi dalam koridor yg terarah, santun tanpa dilandasi kebencian dan prosedural.


Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

N1AR

Quote from: bond on 23 July 2009, 09:51:37 AM
Quote
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

Sebenarnya bisa saja pemberian cap berkhianat, misal jelas2 seorang bhikkhu mengajarkan agama lain. Sudah pasti dicap berkhianat dan kalau tidak mau berubah, maka dia harus lepas jubah. Kalau tidak ada yg berdaulat maka tidak perlu didalam organisasi sangha ada kepala bhikkhu bagian vinaya dan vinaya itu sendiri. Contohnya di STI(Sangha Theravada Indonesia) ada anggota Sangha sebagai kepala Bagian Vinaya. Bagian ini yg akan melakukan evaluasi. Bagaimana sikap umat, tentu umat sah-sah saja menanyakan langsung kepada bhikkhu itu dengan cara yg santun, jika ada keraguan bisa ditanyakan kepada anggota sangha di bagian vinaya. 

Saya rasa siapa yg berdaulat adalah dhamma dan vinaya itu sendiri dan kita berpatokan pada itu  untuk mendaulat tetapi dalam koridor yg terarah, santun tanpa dilandasi kebencian dan prosedural.




oh... mengkhianati sangha
soalnya kalau khianati dhamma vinaya kan gak perlu lepas jubah

bond

Quote from: N1AR on 23 July 2009, 10:25:49 AM
Quote from: bond on 23 July 2009, 09:51:37 AM
Quote
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

Sebenarnya bisa saja pemberian cap berkhianat, misal jelas2 seorang bhikkhu mengajarkan agama lain. Sudah pasti dicap berkhianat dan kalau tidak mau berubah, maka dia harus lepas jubah. Kalau tidak ada yg berdaulat maka tidak perlu didalam organisasi sangha ada kepala bhikkhu bagian vinaya dan vinaya itu sendiri. Contohnya di STI(Sangha Theravada Indonesia) ada anggota Sangha sebagai kepala Bagian Vinaya. Bagian ini yg akan melakukan evaluasi. Bagaimana sikap umat, tentu umat sah-sah saja menanyakan langsung kepada bhikkhu itu dengan cara yg santun, jika ada keraguan bisa ditanyakan kepada anggota sangha di bagian vinaya. 

Saya rasa siapa yg berdaulat adalah dhamma dan vinaya itu sendiri dan kita berpatokan pada itu  untuk mendaulat tetapi dalam koridor yg terarah, santun tanpa dilandasi kebencian dan prosedural.




oh... mengkhianati sangha
soalnya kalau khianati dhamma vinaya kan gak perlu lepas jubah

Dhamma dan Vinaya ada hubungannya dengan Sangha. Kalau tidak lepas jubah bhikkhu itu paling2 terkena hukuman seperti bhikkhu Cunda di jaman Sang Buddha  ^-^
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Lily W

Quote from: HokBen on 23 July 2009, 09:31:17 AM
Quote from: upasaka on 22 July 2009, 09:57:46 PM
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

berarti kalopun kita bertemu oknum anggota Sangha yang mengajarkan hal-hal di luar Ajaran Sang Buddha, yang boleh kita lakukan hanya diam?

Apakah kita bisa diam? hmmm....;D

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

bond

Quote from: Lily W on 23 July 2009, 10:35:35 AM
Quote from: HokBen on 23 July 2009, 09:31:17 AM
Quote from: upasaka on 22 July 2009, 09:57:46 PM
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

berarti kalopun kita bertemu oknum anggota Sangha yang mengajarkan hal-hal di luar Ajaran Sang Buddha, yang boleh kita lakukan hanya diam?

Apakah kita bisa diam? hmmm....;D

_/\_ :lotus:

Biasanya sih..ngegosip :))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

HokBen

Quote from: bond on 23 July 2009, 10:40:09 AM
Quote from: Lily W on 23 July 2009, 10:35:35 AM
Quote from: HokBen on 23 July 2009, 09:31:17 AM
Quote from: upasaka on 22 July 2009, 09:57:46 PM
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

berarti kalopun kita bertemu oknum anggota Sangha yang mengajarkan hal-hal di luar Ajaran Sang Buddha, yang boleh kita lakukan hanya diam?

Apakah kita bisa diam? hmmm....;D

_/\_ :lotus:

Biasanya sih..ngegosip :))

trus pas kedengaran ama fans dari bhante sakti ybs, kita akan di sebut kualat..

williamhalim

Quote from: HokBen on 23 July 2009, 10:43:58 AM
Quote from: bond on 23 July 2009, 10:40:09 AM
Quote from: Lily W on 23 July 2009, 10:35:35 AM
Quote from: HokBen on 23 July 2009, 09:31:17 AM
Quote from: upasaka on 22 July 2009, 09:57:46 PM
[at] Mr.Jhonz

Tidak ada seorang pun yang cukup berdaulat untuk memberikan cap berkhianat pada seorang bhikkkhu. Kata "pengkhianatan" di sini hanyalah satu bentuk kesepakatan bahasa; bahwa yang bersangkutan memakai atribut sebagai siswa Sang Buddha namun menampilkan postur di luar Ajaran Sang Buddha.

berarti kalopun kita bertemu oknum anggota Sangha yang mengajarkan hal-hal di luar Ajaran Sang Buddha, yang boleh kita lakukan hanya diam?

Apakah kita bisa diam? hmmm....;D

_/\_ :lotus:

Biasanya sih..ngegosip :))

trus pas kedengaran ama fans dari bhante sakti ybs, kita akan di sebut kualat..

Kadangkala kita temui Bhante2 yg type begini...

~ Pamer meramal.
Akibat tindakan Bhante tsb: Tujuan Sangha didirikan menjadi beralih. Dari yg seharusnya melestarikan Dhamma sehingga berguna bagi kehidupan umat awam, malah beralih menjadi mengharapkan diramal, di blessing, bahkan antri untuk diramal.. Bhante beralih fungsi menjadi dukun.

~ Umbar omongan yg gak perlu (misalnya saya banyak duit, saya hobbi jalan2 ke luar negeri, dsbnya)...
Efeknya nggak begitu signifikan, namun berkontribusi menjatuhkan nilai2 Sangha secara umum. Bahkan, beberapa umat jadi mendekat ke Bhante untuk mengharapkan sawer duit...

Saya cukup prihatin dengan dua 'temuan lapangan' diatas. Pertanyaan saya, apakah tindakan yg mesti dilakukan?
~Tidak ambil pusing
atau
~ Mengekspos nama dan tindakan bhante ini agar dia bisa koreksi diri dan umat tidak terkecoh

Saat ini saya memilih tidak ambil pusing, karena toh sy juga tidak rajin ke vihara, sy tidak aktif dalam institusi Buddhis, krn bagi saya pribadi praktik Buddha Dhamma lebih ke keseharian... Tapi, tiap kali topik ini muncul, sy kembali prihatin dan merenungkan kembali...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)