Menurut ANDA jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?

Started by Kelana, 29 August 2008, 12:17:00 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

marcedes

Quote from: xuvie on 10 July 2009, 12:43:46 AM
Quote from: marcedes on 09 July 2009, 11:57:14 PM
saya rasa agama buddha adalah paling sederhana dan menuju point, cukup "sadar/mindfulness" dan "sabar/passion" maka jalan akan terbuka....
sabar = patient. passion = gairah/semangat :)
oh ia, bahasa inggris saya buruk habis...tq
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

marcedes

pernah ssekali bikkhuni Ayya bercemah,
Berlian kecil jika dimakan oleh ayam, maka tetap keluar berlian,
sedangkan jagung dimakan oleh ayam, maka keluar nya akan menjadi kotoran.

seperti kebenaran/kenyataan, baik itu dinyatakan oleh orang bodoh, dungu atau seorang professor....tetap lah benar....

tetapi kalau sebalik-nya, baik dinyatakan oleh seorang professor punya professor punya guru....tetap saja sebuah kebohongan.

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

K.K.

Quote from: savana_zhang on 10 July 2009, 04:32:01 PM
masalahnya ketuhanan adalah termasuk pandangan yg salah yg harus ditanggalkan
masalah dia menanggalkan karena ajaran buddhisme atau tidak.tidak masalah asalkan ditanggalkan.

coba kita liat ciri2 seorang ariya yg diantaranya adalah sudah tidak meyakini adanya pencipta yg tunggal,referensi suttanya saya sudah lupa.ha ha ha

Bukan hanya kepercayaan itu saja yang ditinggalkan, melainkan semua spekulasi (yang tertera dalam brahmajala sutta) ajaran juga ditinggalkan. Saya tidak mengatakan percaya Tuhan personal bisa membawa orang pada realisasi kebenaran sejati, namun seseorang yang percaya pada Tuhan personal, tetap bisa merealisasikan kebenaran sejati.

Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

Pertanyaan saya adalah: apakah anda mengaku bahwa sebenarnya anda sama "sesat"-nya dengan penganut Ketuhanan personal?
Jika ya, berarti sama dengan saya yang juga masih "sesat". Sama "sesat"-nya dengan penganut keabadian, pemusnahan, atta, dan lainnya.
Jika tidak, pastinya anda sudah terbebas dari Jala Brahma dan terlepas lingkaran kelahiran kembali. Jika begitu, saya tidak berani sama sekali membantah argumen anda lagi.
:)

_/\_

Sumedho

numpang lewat bro Kainyn,

merealisasikan Dhamma bro maksud itu sotapanna atau arahant ?
There is no place like 127.0.0.1

Jerry

 [at] Om Markos
Makasih atas koreksinya, penjelasan saya sebelumnya tidak cukup lengkap memang. Yang saya maksudkan sebelumnya adalah bahwa kemelekatan dilatih untuk disingkirkan, dihilangkan sedikit demi sedikit, dihentikan, diserahkan, dilepaskan, dibiarkan pergi dan ditolak dengan menjalankan JMB8, dimulai dari melatih pandangan benar. Jadi bukan kejadian yg instan memang, melainkan melewati proses. Karena itu yang lupa saya bedakan sebelumnya adalah saat awal memulai dng saat akhir, dimana kita telah selaras dg sang jalan. Sehingga dari kalimat saya terkesan instan. Makasih sekali lagi. :)
Misalnya dalam Samma Ditthi Sutta, dikatakan kemelekatan timbul disebabkan oleh nafsu keinginan. Dan kemelekatan dihilangkan dng melatih-kembangkan JMB8 secara progresif. Seperti sedikit kutipan dari Sutta tsb:
Apakah yang dimaksud lenyapnya penderitaan? Menyingkirkan, menghilangkan sedikit demi sedikit dan menghentikan, menyerahkan, melepaskan, membiarkan pergi dan menolak nafsu-nafsu keinginan (tanha). Inilah yang dinamakan lenyapnya penderitaan (dukkha nirodha).
Apakah Jalan untuk melenyapkan penderitaan? Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), yaitu: pandangan benar ... konsentrasi benar.

Dan, memang kita memiliki LDM, tapi harap diingat pula bahwa manusia normal memiliki tihetu AL, AD, dan AM pula. Dan karena memiliki tihetu ini pula, mengembangkan hal2 yang kusala adalah mungkin dan dg demikian pembebasan jg adalah mungkin.
Selain itu, statemen [pandangan benar yang murni 100%, baru akan diperoleh saat kita sudah menjadi Arahat alias saat sudah mencapai "tujuan"] saya kurang setuju karena menyiratkan bahwa kita harus menjadi Arahat dulu baru pandangan kita benar dan murni 100%.
Seharusnya adalah saat dimana kita melenyapkan pandangan keliru 100%, disitulah ada pandangan benar yg murni 100% dan disitulah dikatakan tujuan tercapai, alias menjadi Arahat. Singkatnya, bukan karena menjadi Arahat, maka pandangan benar yg murni 100% tercapai. Melainkan karena pandangan benar 100% murni tercapai maka <dng sendirinya> disebut Arahat.

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

K.K.

Quote from: Sumedho on 10 July 2009, 06:23:38 PM
numpang lewat bro Kainyn,

merealisasikan Dhamma bro maksud itu sotapanna atau arahant ?

Menurut saya, dikatakan merealisasi Buddha-Dhamma, sedikitnya telah mencapai Sotapatti-Magga di mana terhentinya kelahiran kembali sudah menjadi kepastian. 

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

savana_zhang

Quote from: Kainyn_Kutho on 10 July 2009, 05:24:08 PM
Quote from: savana_zhang on 10 July 2009, 04:32:01 PM
masalahnya ketuhanan adalah termasuk pandangan yg salah yg harus ditanggalkan
masalah dia menanggalkan karena ajaran buddhisme atau tidak.tidak masalah asalkan ditanggalkan.

coba kita liat ciri2 seorang ariya yg diantaranya adalah sudah tidak meyakini adanya pencipta yg tunggal,referensi suttanya saya sudah lupa.ha ha ha

Bukan hanya kepercayaan itu saja yang ditinggalkan, melainkan semua spekulasi (yang tertera dalam brahmajala sutta) ajaran juga ditinggalkan. Saya tidak mengatakan percaya Tuhan personal bisa membawa orang pada realisasi kebenaran sejati, namun seseorang yang percaya pada Tuhan personal, tetap bisa merealisasikan kebenaran sejati.

Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

Pertanyaan saya adalah: apakah anda mengaku bahwa sebenarnya anda sama "sesat"-nya dengan penganut Ketuhanan personal?
Jika ya, berarti sama dengan saya yang juga masih "sesat". Sama "sesat"-nya dengan penganut keabadian, pemusnahan, atta, dan lainnya.
Jika tidak, pastinya anda sudah terbebas dari Jala Brahma dan terlepas lingkaran kelahiran kembali. Jika begitu, saya tidak berani sama sekali membantah argumen anda lagi.
:)

_/\_

saya mengakui bahwa saya belum mencapai apa2,namun dalam hal pandangan akan ketuhanan saya jelas tidak sesat.dalam buddhisme saya tidak sesesat mereka,namun dipaham mereka ya saya yg lebih sesat.
            orang yg tidak sesat belum tentu merealisasikan nibana
            orang yg merealisaikan nibana pasti tidak sesat

             sebelum mencapai ke-arahata-an kita tidak akan tahu secara 100% apa yg sesat dan apa yg tidak sesat,saya sementara ini menilainya berdasarkan sutta yg dibabarkan oleh seorang yg 100% tidak sesat dan juga melalui pemahaman analistis(yg mungkin keliru).

              tp sangat jelas didalam sutta bahwa tanpa menanggalkan pahan atta yg = etenitas diri yg kekal = ketuhanan maka tidak ada nibana,mengenai apakah sutta ini diterima oleh anda ya itu hak pribadi anda,namun dalam kontrks buddhisme ya bgtlah adanya.orang boleh menerima juga boleh tidak.

               jika anda berbicara dalam konteks umum maka saya tidak dapat berkata apa2 karena setiap pandangan dan agama lain harus dihormati tanpa syarat baik yg sepaham atau bertentangan dg buddhisme.ajaran buddha selalu mengundang orang untuk mencoba dan membuktikan tidak pernah memaksa orang untuk ikut dan asal percaya saja.

itulah posisi agama buddha

K.K.

Quote from: savana_zhang on 11 July 2009, 10:51:07 AM
saya mengakui bahwa saya belum mencapai apa2,namun dalam hal pandangan akan ketuhanan saya jelas tidak sesat.dalam buddhisme saya tidak sesesat mereka,namun dipaham mereka ya saya yg lebih sesat.
            orang yg tidak sesat belum tentu merealisasikan nibana
            orang yg merealisaikan nibana pasti tidak sesat

             sebelum mencapai ke-arahata-an kita tidak akan tahu secara 100% apa yg sesat dan apa yg tidak sesat,saya sementara ini menilainya berdasarkan sutta yg dibabarkan oleh seorang yg 100% tidak sesat dan juga melalui pemahaman analistis(yg mungkin keliru).

              tp sangat jelas didalam sutta bahwa tanpa menanggalkan pahan atta yg = etenitas diri yg kekal = ketuhanan maka tidak ada nibana,mengenai apakah sutta ini diterima oleh anda ya itu hak pribadi anda,namun dalam kontrks buddhisme ya bgtlah adanya.orang boleh menerima juga boleh tidak.

               jika anda berbicara dalam konteks umum maka saya tidak dapat berkata apa2 karena setiap pandangan dan agama lain harus dihormati tanpa syarat baik yg sepaham atau bertentangan dg buddhisme.ajaran buddha selalu mengundang orang untuk mencoba dan membuktikan tidak pernah memaksa orang untuk ikut dan asal percaya saja.

itulah posisi agama buddha

Kalau begitu, saya tidak akan berani mengomentari anda lagi, karena anda jelas sudah lebih maju dalam dhamma ketimbang saya yang masih jauh tersesat dalam pandangan atta.
Terima kasih atas diskusinya.

_/\_

tula

Quote from: Kainyn_Kutho on 10 July 2009, 05:24:08 PM
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???

Jerry

Quote from: tula on 11 July 2009, 11:15:25 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 10 July 2009, 05:24:08 PM
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.
appamadena sampadetha

tula

 [at] xuvie, makasih :) ...

benerkah begitu kira2 pendapat anda om kainyn ?

Mr.Jhonz

Quote from: savana_zhang on 10 July 2009, 03:58:46 PM
maaf,saya tidak tahu cara meng-quote


Rumusnya
Quote
exp,
Quote..teks"semoga semua makhluk berbahagia[/quote ]
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"


K.K.

Quote from: xuvie on 12 July 2009, 07:49:50 PM
Quote from: tula on 11 July 2009, 11:15:25 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 10 July 2009, 05:24:08 PM
Dulu saya juga pernah berkata di vihara, seorang Buddhis dengan mudah menunjuk ajaran lain adalah salah. Tinggal baca Brahmajala, di situ ada pandangan semi-eternalisme yang memenuhi hampir semua kriteria Ketuhanan personal. Tetapi yang susah adalah menyadari bahwa sebetulnya sebelum kita merealisasi dhamma, kita sendiri masih terjerat jala brahma tersebut. Hanya saja kita tidak sadar terjerat jaring yang mana kita. Apakah eternalism, annihilationism, atau salah satu dari anggapan 5 paham nibbana.

kainyn bisa kasi jelas lebih ttg hal ini ?
jadi maksudnya di brahmajala sutta ini menjelaskan bahwa ajaran Buddha itu berpandangan semi-eternalisme (atau eternalism atau annihilationism, atau yg lain2) gitu ?
bukannya kebalikannya ?  ???
Bantu menjelaskan dari view saya yah.. Menurut kalimat Bro Kain yang kubaca sih selama kita belum merealisasi dhamma (at least Sotapatti) kita masih ada dalam lingkup pandangan2 yg terjerat tsb. Jadi bukan ajaran Buddha yg asli dari Sang Buddha itu sendiri. Buddhistnya, tapi bukan Buddha-Dhammanya. Dan menurut saya, memang begitulah.. Selagi kita belum merealisasi Dhamma, kita masih terikat dlm tataran pandangan2 mengenai atta, loka dan nibbana. Dan pandangan kita biasanya masih terjerat dalam satu atau beberapa dari 62 pandangan tsb.

Quote from: tula on 12 July 2009, 08:56:49 PM
[at] xuvie, makasih :) ...

benerkah begitu kira2 pendapat anda om kainyn ?

Betul. Bro xuvie menjelaskan pendapat saya dengan tepat.

_/\_