Betul, oleh karena itu saya katakan Nagasena juga TIDAK mengatakan bahwa perpaduan panca khanda itu adalah diri sesungguhnya.
Saya tidak pernah mengatakan: “anatta adalah doktrin melepaskan ego merupakan sebuah akal-akalan”, tetapi dari ajaran anatta saya mencoba untuk melihat lebih dalam lagi dasar, akar dari proses melepaskan ego, yaitu memahami karakteristik, lakkhana, ego itu sendiri.
Tidak menurut saya. Jika anda perhatikan bagaimana definisi anatta yang saya sampaikan dari pengertian anatta sebagai Tidak Ada Diri Sejati berubah menjadi pengertian Bukan Aku, maka bukanlah hal yang berbeda. Berdasarkan ini, jika anda katakan bahwa Tidak Ada Diri Sejati adalah pandangan salah maka Bukan Aku adalah juga pandangan salah. Hal berbeda jika kita mengatakan tidak ada diri, titik, tanpa ada kata ‘sejati’. Menambah atau meniadakan satu kata dapat merubah definisi yang terkandung dalam sebuah kata.
Anatta = tidak ada diri sejati = bukan aku --> ini hal yang benar
Anatta = tidak ada diri --> ini hal yang tidak benar, dan ini yang selalu digembar-gemborkan, diusung selama diskusi disini.
Demikian pendapat saya.
Saya rasa cukup. Thanks atas diskusinya Sdr. Tesla.
Bro Kelana yang baik, saya ingin menambahkan sedikit,
dengan timbulnya rangsangan bentuk-bentuk, muncullah kesadaran penglihatan
dengan timbulnya rangsangan suara-suara, muncullah kesadaran pendengaran
dengan timbulnya rangsangan bentuk-bentuk pikiran, muncullah kesadaran pikiran dsnya...
dengan tidak munculnya bentuk-bentuk, tidak muncul kesadaran penglihatan
dengan tidak munculnya rangsangan suara-suara, tidak muncul kesadaran pendengaran
dengan tidak munculnya rangsangan bentuk-bentuk pikiran, maka tidak muncul kesadaran pikiran dstnya....
Jadi semua ini anicca....
Pada waktu tertidur lelap kesadaran indera berhenti sementara... untuk muncul lagi bila ada rangsangan yang mengkondisikannya.
Oleh karena itu kesadaran muncul dan lenyap sesuai kondisi yang menyebabkannya.
Kesadaran, persepsi dll selalu muncul dan lenyap tidak sesuai keinginan kita (tak bisa diperintah misalnya agar sesuai keinginanku, misalnya agar kesadaranku muncul terus, atau tidak merasa sakit bila luka dll).
Kesadaran muncul dan lenyap sesuai kondisi yang saling bergantungan, sesuai kaidah hukum sebab dan akibat, oleh sebab itu tidak kekal (anicca).
Batin dan jasmani selalu berubah-ubah timbul-lenyap sesuai kondisinya, diluar kendali "aku".
Karena kesadaran, persepsi dll berproses muncul dan lenyap tak dapat diperintah atau dipertahankan untuk sesuai keinginan"ku" maka kesadaran, persepsi dll diluar kendali "aku".
Oleh karena diluar kendali "aku" maka kesadaran, persepsi dll bukan milik"ku".
Jadi semua gugus jasmani, kesadaran, persepsi dll bukan milik"ku"
Oleh karena jasmani dan semua gugus batin bukan milik"ku".
Lantas apakah yang menjadi milikku...? Tak ada.Bila kelima gugus pancakhandha bahkan bukan milik"ku", lantas
apakah milik"ku"? Dimanakah "aku"...?Inilah sebabnya dikatakan bersifat "tanpa aku"/tanpa diri/tanpa diri sejati.
Kesadaran, persepsi dll adalah gugus batin yang berproses sesuai kaidahnya masing-masing.
kesadaran, persepsi dll merupakan gugus batin yang tidak dibawah kendali kita, mereka berproses dibawah hukum sebab-musabab yang saling bergantungan.
Itulah yang dimaksud anatta...
Sang Buddha menerangkan: mahluk hanya terdiri dari batin (nama) dan jasmani (rupa).
jasmani (rupa) adalah tubuh/bentuk.
batin (nama) adalah kelompok perasaan, kesadaran, persepsi/ingatan, dan bentuk-bentuk pikiran.
Yang berproses timbul-lenyap sepanjang waktu....
Hanya itu dan tak ada yang lainnya. Itulah yang disebut mahluk.