News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Mana yang tertinggi?

Started by truth lover, 25 May 2009, 07:15:13 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Jerry

Quote from: hatRed on 12 June 2009, 09:23:57 PM
"Mana yg tertinggi?"

umm ??? ........... penggarisnya mana?


hari gini pake penggaris? meteran kali :))

[at] ryu
ikutan pindaaahh ^-^
appamadena sampadetha

adi lim

Quote from: GandalfTheElder on 06 June 2009, 05:26:46 PM
Bro TL... bro TL....

Sesuatu yang merupakan "dasar" bukan berarti mesti lebih rendah. Justru tanpa ada dasar di mana letak fondasi agama Buddha? Justru karena ada dasar [basic] maka segala perkembangan itu mungkin.

Sudah saya sebuatkan, Amitabha dan Sakyamuni adalah sama saja. Bahkan ajaran untuk berkonsentrasi pada Amitabha Buddha adalah ajaran Sakyamuni Buddha. Terserah deh anda mau bilang apa. Kalau masih nggak terima itu ya urusan anda.... hahaha.......

Haha... kalau pengetahuan duniawi dan alam2 semesta plus kelahiran terdahulu ya tiap Arhat berbeda2..... tapi kalau pengetahuan terhadap Hakikat Sejati pikiran, semua Sravaka Arahat ya sama tingkatnya.... piye toh....

_/\_
The Siddha Wanderer

Ini pandangan Bro Gandalf tentang Amitabha & Sakyamuni Buddha, saya mengerti !

pandangan Bro Chingik tentang Amitabha & Sakyamuni apakah memang sama ?

karena kedua bro2 ini dari Mahayanis Sejati, tolong bisa dijelaskan Bro Chingik? thanks

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

truth lover

Quote from: lophenk on 08 June 2009, 10:14:57 AM
apakah ada yg lebih tinggi ?
apakah ada yg lebih rendah ?
bukankah itu semua hanyalah alat bantu tuk menuju kesana ?
bukankah aliran sungai yg berbeda toh semuanya menuju samudra yg sama ?
banyak jln menuju ke roma , ada bnyak pintu dharma ... apakah nibbana nya jd berbeda ? :)

Jelas dong mas Lophenk,

di T Nirvana beda dengan samsara, di M Nirvana sama dengan samsara (sama dengan konsep Nirvananya Hindu)
The truth, and nothing but the truth...

GandalfTheElder

QuoteNirvana sama dengan samsara (sama dengan konsep Nirvananya Hindu)

Makna Non-Dualisme yang keliru. Sama itu apa benar-benar "SAMA"??

Pdhl di Hindu juga ya kagak ada perkataan Samsara = Nirvana. Pada posting2 sebelumnya anda gagal menyebutkan referensi yang tepat, yang ada hanyalah kitab Hindu diintepretasi sesuai pemikiran anda hingga dicocok2an dengan konsep Mahayana.

Konsep Advaita Vedanta itu ya juga nggak begitu....  :))  :))

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

chingik

Quote from: GandalfTheElder on 21 December 2009, 07:41:02 AM
QuoteNirvana sama dengan samsara (sama dengan konsep Nirvananya Hindu)

Makna Non-Dualisme yang keliru. Sama itu apa benar-benar "SAMA"??

Pdhl di Hindu juga ya kagak ada perkataan Samsara = Nirvana. Pada posting2 sebelumnya anda gagal menyebutkan referensi yang tepat, yang ada hanyalah kitab Hindu diintepretasi sesuai pemikiran anda hingga dicocok2an dengan konsep Mahayana.

Konsep Advaita Vedanta itu ya juga nggak begitu....  :))  :))

_/\_
The Siddha Wanderer

Tidak perlu jauh jauh, suruh bro Truth kaji dulu konsep nirvana hindu. Semua scholar Buddhis saja tahu bahwa T sama M itu sama sama tidak mengakui adanya Atma, sedangkan nirvana hindu menekankan pentingnya melebur kembali ke Atma. Jadi bagaimana bisa sama???  
Sama seperti kebanyakan orang, sekali melihat kita bersujud pada patung , lalu bilang "ooooo.....pantas saja , itu kan berhala". Orang kebanyakan suka tidak tahu isi, lalu menjudge hal2 yg tidak berdasar, begitu juga ketika melihat nirvana=samsara,  maka ikut2an gaya orang kebanyakan langsung menjudge begini begitu.  ;D

Jerry

Quote
As Nagarjuna put it, samsara and nirvana are one and the same. Thus, Ultimate Reality is the union of samsara and nirvana; at once diametric opposites and the same thing.[/size]
Hmm.. Brarti dipertanyakan nih pandangannya Nagarjuna. :-? Sebagaimana kata Bro Gandalf di sini:
Quote from: GandalfTheElder on 21 December 2009, 07:41:02 AM
Makna Non-Dualisme yang keliru. Sama itu apa benar-benar "SAMA"??
appamadena sampadetha

chingik

Quote from: Jerry on 21 December 2009, 10:39:17 PM
Quote
As Nagarjuna put it, samsara and nirvana are one and the same. Thus, Ultimate Reality is the union of samsara and nirvana; at once diametric opposites and the same thing.[/size]
Hmm.. Brarti dipertanyakan nih pandangannya Nagarjuna. :-? Sebagaimana kata Bro Gandalf di sini:
Quote from: GandalfTheElder on 21 December 2009, 07:41:02 AM
Makna Non-Dualisme yang keliru. Sama itu apa benar-benar "SAMA"??


nirvana=samsara itu kalo dilihat dari hakikat sunyata.
nirvana beda dgn samsara kalo dilihat dari hakikat fenomena.
Mengapa dikatakan bahwa dalam hakikat sunyata itu nirvana=samsara? Karena segala sesuatu baik itu yang berwujud atau tidak , yang berkondisi atau tidak, yang eksis atau tidak, semuanya merupakan sunyata.. Karena sunyata ,maka segala sesuatu itu sebagai satu kesatuan. ORang yg tercerahkan dapat melihat hakikat ini, maka batinnya bebas dari diskriminasi, bebas dari dualitas, karena bebas dari dualitas, maka tidak melekat pada ekstrim mana pun, mencapai jalan tengah yang sesungguhnya, nirvana.
Ketika dikatakan samsara beda dengan nirvana , itu dilihat dari perspektif fenomena. Perspektif dari apa yang kita pijak sekarang ini. Kita melihat dunia ini kotor, nirvana itu suci, karena diliputi oleh sikap dualisme, pikiran kita selalu melakukan diskriminasi terhadap segala sesuatu, seperti baik dan buruk, cantik dan jelek, senang dan sedih. Karena diskirminatif, maka pikiran kita masih melekat pada dua ekstrim, karena melekat maka masih terombang ambing dlm samsara.

K.K.

Quote from: Jerry on 21 December 2009, 10:39:17 PM
Quote
As Nagarjuna put it, samsara and nirvana are one and the same. Thus, Ultimate Reality is the union of samsara and nirvana; at once diametric opposites and the same thing.[/size]
Hmm.. Brarti dipertanyakan nih pandangannya Nagarjuna. :-? Sebagaimana kata Bro Gandalf di sini:
Quote from: GandalfTheElder on 21 December 2009, 07:41:02 AM
Makna Non-Dualisme yang keliru. Sama itu apa benar-benar "SAMA"??

Mungkin karena kalau dibilang Samsara & Nirvana itu "berbeda", maka orang akan mencari nirvana "di luar" samsara, kebalikan/lawan dari samsara yang sebetulnya malah keliru dan membawa kita pada dualisme yang baru. Ini sama seperti orang mencari kebahagiaan di luar "dukkha", padahal sebetulnya memahami dukkha itu sendiri adalah kebahagiaan sejati.

Kalau dibilang sama "persis" ya, tentu tidak demikian juga, namun berbeda dari bagaimana seseorang memahami hakikat sesungguhnya dari Samsara itu sendiri saja.


Nevada

Thread di Board Mahayana banyakan OOT neh...
Judul topik dan pembahasan udah gak nyambung lagi... ;D

Edward

Yah karena kebanyakan, polanya lebih ingin mencari pembenaran aja seh...Ada yg bisa dikomentari dlm suatu tulisan, langsung di hajar...
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Jerry

Thanks Bro Chingik dan Bro Kain. _/\_

Quote from: upasaka on 22 December 2009, 09:34:24 AM
Thread di Board Mahayana banyakan OOT neh...
Judul topik dan pembahasan udah gak nyambung lagi... ;D
Kalo aye liatnya sih topiknya berkembang dan berevolusi. Ngga terpaku kaku pada 1 topik aja :D
appamadena sampadetha

dilbert

Quote from: chingik on 21 December 2009, 05:00:36 PM
Quote from: GandalfTheElder on 21 December 2009, 07:41:02 AM
QuoteNirvana sama dengan samsara (sama dengan konsep Nirvananya Hindu)

Makna Non-Dualisme yang keliru. Sama itu apa benar-benar "SAMA"??

Pdhl di Hindu juga ya kagak ada perkataan Samsara = Nirvana. Pada posting2 sebelumnya anda gagal menyebutkan referensi yang tepat, yang ada hanyalah kitab Hindu diintepretasi sesuai pemikiran anda hingga dicocok2an dengan konsep Mahayana.

Konsep Advaita Vedanta itu ya juga nggak begitu....  :))  :))

_/\_
The Siddha Wanderer

Tidak perlu jauh jauh, suruh bro Truth kaji dulu konsep nirvana hindu. Semua scholar Buddhis saja tahu bahwa T sama M itu sama sama tidak mengakui adanya Atma, sedangkan nirvana hindu menekankan pentingnya melebur kembali ke Atma. Jadi bagaimana bisa sama??? 
Sama seperti kebanyakan orang, sekali melihat kita bersujud pada patung , lalu bilang "ooooo.....pantas saja , itu kan berhala". Orang kebanyakan suka tidak tahu isi, lalu menjudge hal2 yg tidak berdasar, begitu juga ketika melihat nirvana=samsara,  maka ikut2an gaya orang kebanyakan langsung menjudge begini begitu.  ;D

Jadi yang "kata"-nya Buddha Sakyamuni itu sudah mencapai ke-BUDDHA-an sejak berkalpa kalpa yang lalu itu, dan mungkin akan ber-emanasi lagi di masa masa mendatang itu gimana menjelaskannya dengan konsep atman ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

chingik

Atman dikatakan dalam ajaran Hindu sebagai roh abadi yang berasal dari Brahman.
Sedangkan ajaran Buddha mengatakan semua makhluk merupakan perpaduan dari sebab dan kondisi. Bukan berasal dari Brahman.
Jadi saat seseorang merealisasi Kebuddhaan, dan walaupun suatu saat beremanasi lagi, konteks emanasi itu pun tetap bergantung pada sebab dan kondisi, jadi tentu tidak dapat dikatakan bahwa itu sama dengan atman.
Jadi sebenarnya Mahayana pun tidak pernah menerjemahkan emanasinya seorang Buddha sebagai hal yg identik dengan sifat Atman. Jika ada pemahaman demikian, maka itu tentu tidak sesuai dengan pemikiran Mahayana. Begini, jika seorang praktisi berpegang pd konsep adanya Atman, maka dia akan mencari jalan kekekalan (bagaikan menggosok piring dgn harapan dapat menjadi cermin). Seseorang yg mencari kekekalan berarti terjebak dalam ekstrim dualisme. Pencerahan itu bebas dari pemikiran dualisme.
_/\_

marcedes

Quote from: chingik on 20 February 2010, 05:47:28 PM
Atman dikatakan dalam ajaran Hindu sebagai roh abadi yang berasal dari Brahman.
Sedangkan ajaran Buddha mengatakan semua makhluk merupakan perpaduan dari sebab dan kondisi. Bukan berasal dari Brahman.
Jadi saat seseorang merealisasi Kebuddhaan, dan walaupun suatu saat beremanasi lagi, konteks emanasi itu pun tetap bergantung pada sebab dan kondisi, jadi tentu tidak dapat dikatakan bahwa itu sama dengan atman.
Jadi sebenarnya Mahayana pun tidak pernah menerjemahkan emanasinya seorang Buddha sebagai hal yg identik dengan sifat Atman. Jika ada pemahaman demikian, maka itu tentu tidak sesuai dengan pemikiran Mahayana. Begini, jika seorang praktisi berpegang pd konsep adanya Atman, maka dia akan mencari jalan kekekalan (bagaikan menggosok piring dgn harapan dapat menjadi cermin). Seseorang yg mencari kekekalan berarti terjebak dalam ekstrim dualisme. Pencerahan itu bebas dari pemikiran dualisme.
_/\_
tapi proses-nya menjelaskan "ada nya atman" itu lah masalahnya...

sayang sekali ujung-ujung nya kalau di lanjutkan pasti adalah "seorang Buddha tidak terpikirkan oleh manusia"
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

chingik

Quote from: marcedes on 20 February 2010, 05:53:36 PM
Quote from: chingik on 20 February 2010, 05:47:28 PM
Atman dikatakan dalam ajaran Hindu sebagai roh abadi yang berasal dari Brahman.
Sedangkan ajaran Buddha mengatakan semua makhluk merupakan perpaduan dari sebab dan kondisi. Bukan berasal dari Brahman.
Jadi saat seseorang merealisasi Kebuddhaan, dan walaupun suatu saat beremanasi lagi, konteks emanasi itu pun tetap bergantung pada sebab dan kondisi, jadi tentu tidak dapat dikatakan bahwa itu sama dengan atman.
Jadi sebenarnya Mahayana pun tidak pernah menerjemahkan emanasinya seorang Buddha sebagai hal yg identik dengan sifat Atman. Jika ada pemahaman demikian, maka itu tentu tidak sesuai dengan pemikiran Mahayana. Begini, jika seorang praktisi berpegang pd konsep adanya Atman, maka dia akan mencari jalan kekekalan (bagaikan menggosok piring dgn harapan dapat menjadi cermin). Seseorang yg mencari kekekalan berarti terjebak dalam ekstrim dualisme. Pencerahan itu bebas dari pemikiran dualisme.
_/\_
tapi proses-nya menjelaskan "ada nya atman" itu lah masalahnya...

sayang sekali ujung-ujung nya kalau di lanjutkan pasti adalah "seorang Buddha tidak terpikirkan oleh manusia"

yah...memang begitulah , tidak semua hal dapat dijelaskan secara verbal. Bukankah nibbana juga demikian? 
memang ada sesuatu yg diluar batasan logika awam  , apalagi dengan pemikiran yg masih terbawa arus pancakhanda. Yang dilihat selalu bersifat dualitas.  Maka utk itulah mengapa dibutuhkan pelatihan sila, samadhi dan panna.