News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Target pencapaian kesucian dalam hdup ini.

Started by Johsun, 22 May 2009, 01:43:34 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Hendra Susanto

kecil kemungkinan perumah-tangga mencapai tingkat kesucian arahat...

lophenk

Quote from: Hendra Susanto on 24 May 2009, 07:47:43 AM
kecil kemungkinan perumah-tangga mencapai tingkat kesucian arahat...

kecil kemungkinan tp bukan berarti tdk mungkin :)
thanks Buddha...

Hendra Susanto

Quote from: lophenk on 24 May 2009, 10:06:18 AM
Quote from: Hendra Susanto on 24 May 2009, 07:47:43 AM
kecil kemungkinan perumah-tangga mencapai tingkat kesucian arahat...

kecil kemungkinan tp bukan berarti tdk mungkin :)

selama berusaha tidak ada yang tidak mungkin :)

GandalfTheElder

Ya. Pencapaian arahat dapat dicapai meskipun masih perumah tangga, seperti Raja Suddhodana dan Yasa. Di Milinda Panha juga disebutkan banyak perumah tangga yang mencapai tataran kesucian Arahat.

Di Mahayana dan Vajrayana, perumah tangga pun bisa mencapai Anuttara Samyaksambodhi. Mis: Perumah tangga Vimalakirti di India yang punya istri dan anak, Perumah tangga Pang Yun di Tiongkok yang punya istri dan anak, perumah tangga Sul di Korea juga punya suami dan anak, Marpa juga punya istri dan anak, dan para Mahasiddha lainnya.

Kelahiran sebagai manusia sangat langka dan berharga bagaikan penyu buta di dasar samudera yang muncul ke permukaan samudera seratus tahun sekali, dan pada saat muncul tersebut kepala penyu itu tepat masuk di tengah cincin kayu yang terombang-ambing oleh gelombang samudera. Apakah kita masih mau menyia-nyiakannya untuk tidak mencapai Tujuan Tertinggi?

Di kelahiran berikutnya, apakah kita yakin akan menjadi manusia lagi? Kalau masuk neraka? Lalu hewan? Akan sangat sulit keluar dari sana. Lalu kapan kita akan mencapai pencerahan?

Mengetahui bahwa batin pada saat kematian menentukan kelahiran kita. Akankah kita yakin pada saat kematian menjemput, batin kita dalam keadaan gembira atau seimbang?

Mencapai pencerahan bukan hanya sekedar soal membebaskan diri sendiri dari penderitaan. Namun mencapai pencerahan juga soal cinta kasih pada semua makhluk.

Coba bayangkan betapa besar berkah yang anda dapat berikan pada dunia apabila anda tercerahkan.

Anda dapat membahagiakan ortu anda, kawan anda, saudara anda yang semuanya adalah orang-orang yang paling anda kasihi sekarang. Dan ini bukan kebahagiaan duniawi yang sementara namun kebahagiaan kekal (Nirvana).

Demi mereka, apakah anda tidak ingin melihat mereka terbebas dari penderitaan dan samsara? Apakah anda tidak peduli mereka akan terlahir jadi apa di kehidupan mendatang?

Dulu saya pernah dapat majalah DSP, saya lihat di sana ada beberapa komentar muda mudi ketika ditanya apakah mereka mau menjadi Buddha pada kehidupan sekarang. Yang membuat saya terkejut adalah ada jawaban kira2 seperti ini: "Nggak deh. Soalnya mau kawin." Yang membuat saya heran adalah jawaban ini keluar dari seorang penulis buku Dharma. Sungguh sedih saya membacanya.

Apa berarti kalau kita kawin maka kita nggak bisa jadi Buddha? Apa kalau kita punya suami/istri kita nggak mau jadi Buddha? Ini pandangan yang kurang tepat menurut saya. Buktinya banyak perumah tangga yang mampu mencapai pencerahan.

Bahkan orang bodoh pun bisa menjadi Arahat, apalagi kita?

Nirvana dalam Jain berbeda dengan Buddhis. Nirvana mereka sebenarnya hanyalah alam Arupadhatu, mengingat Uddaka Ramaputta adalah petapa Jain. Yang sama hanya istilahnya, namun sebenarnya merujuk pada dua hal yang berbeda. Demikian juga pencapaian Nirvana dalam agama Hindu adalah penyatuan dengan Dewa-dewa yang masih belum terbebas dari alam samsara.

Meskipun dalam agama Jain, tidak secara eksplisit menggunakan istilah Pancasila, namun mereka juga mengindarkan diri membunuh makhluk hidup, mencuri, berbohong, berzinah maupun mabuk-mabukkan. Demikian juga Hindu yang sekarang.

Ya. Pancasila Buddhis adalah dasar. Tapi apakah kita berhenti sampai di sana saja? Hanya sebegitukah motivasi kita menjadi umat Buddhis?

Poin yang paling penting adalah kita berusaha, tidak usah memaksakan diri. Dan setiap saat kita harus mengecek: Apakah saya sudah berusaha dengan penuh semangat? Apakah usaha saya masih belum maksimal? Apakah saya masih sering bersantai?

Punya target pencerahan dalam hidup ini adalah sangat baik. Dan untuk mencapainya pun tidak perlu menggunakan pemaksaan diri ataupun kemelekatan terhadap tujuan. Yang penting adalah usaha dan usaha. Praktek, praktek.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Johsun

Setuju dngan postingan sdr. Gandalfender. Namaste.
CMIIW.FMIIW.

bodohsatva

setuju untuk tidak "bertarget"...
karena jika ada target artinya ada citta untuk "menjadi" inilah awal kelahiran lagi.... (semua mulai dari niat pikiran)
Sang Buddha mencapai yang "tanpa keinginan untuk menjadi" = padamnya segala keinginan....
kayaknya seperti ini teorinya...

pada kenyataan jika "tidak bisa" sampai tahap tanpa keinginan (tiada jejak pikiran masa lalu, tiada angan masa yg akan datang dan keinginan masa kini)...

saya hanya menyempurnakan paramita... ho ho ho...
dan berusaha lebih sadar
Dengan Senyuman Menyambut Segalanya...

indera_9

Saya sangat setuju dengan GandalfTheElder. Dalam hal ini, bukan lah target yang harus di capai oleh seseorang umat Buddha. Tapi usaha yang tidak kenal menyerah dan putus asa (ketekunan) dalam mencapai tingkat kesucian itu lah yang paling penting. Memiliki Target itu bagus dan baik, karena dengan memiliki Target, kita memiliki suatu titik yang ingin kita capai. Namun perlu diingat, jangan lah menjadikan Target itu sebagai suatu yang harus benar-benar dicapai. Mengapa? Karena jika menjadikan Target itu sebagai suatu yang harus benar-benar dicapai, akan menimbulkan kemelekatan dan nafsu keinginan dalam diri kita. Jika kita tidak mencapai Target itu, maka dukkha lah yang akan muncul dalam diri kita. Sedangkan, sang Buddha bersabda salah satu cara untuk mengurangi dukkha adalah dengan memadamkan nafsu keinginan. Jadi, usaha yang tidak mengenal kata menyerah dan putus asa dalam mencapai tingkat kesucian adalah sesuatu yang penting dan sesuatu yang harus kita lakukan. Apabila kita tidak mencapai tingkat kesucian dalam kehidupan ini, setidaknya kita telah berusaha dengan keras, tekun dan pantang menyerah
Hatred doesn't cease through hatred at anytime. Hatred ceases through love. This is the unalterable law

Shining Moon

Mantap yah bro gandalf...+1 yah. Kalo ga bisa wait 720 hours..
Life is beautiful, let's rock and roll..