Minum obat cacing, Melanggar sila ?

Started by F.T, 06 December 2007, 08:20:52 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

F.T

Hallo.. all

Mau nanya nich, Apakah melanggar sila jika kita minum obat cacing ( untuk membasmi cacing dalam perut ) ? hehe ...

Dokter menganjurkan untuk minum obat cacing setahun 2 kali, karena cacing dapat merusak tubuh .

Bagaimana pandangan buddhist ?

Jika melanggar sila , apakah tetap menkongsumsi obat cacing untuk menjaga kesehatan tubuh tetapi akibatnya membunuh cacing atau membiarkan cacing beranak pinak dalam perut tetapi dapat menggangu kesehatan tubuh ?  ;D


_/\_


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

FZ

Quote from: felix on 06 December 2007, 08:20:52 PM
Hallo.. all

Mau nanya nich, Apakah melanggar sila jika kita minum obat cacing ( untuk membasmi cacing dalam perut ) ? hehe ...

Dokter menganjurkan untuk minum obat cacing setahun 2 kali, karena cacing dapat merusak tubuh .

Bagaimana pandangan buddhist ?

Jika melanggar sila , apakah tetap menkongsumsi obat cacing untuk menjaga kesehatan tubuh tetapi akibatnya membunuh cacing atau membiarkan cacing beranak pinak dalam perut tetapi dapat menggangu kesehatan tubuh ?  ;D


_/\_
Sebenarnya sudah dijelaskan dalam post nya bro Willi membunuh ayam dengan perasaan gembira.
Tidak perlu repot2 memikirkan cacing, kita tiap kali berkedip sudah membunuh banyak kuman bukan ? Kita makan juga membunuh bakteri melalui asam lambung.
So I think take easy aja


tesla

Quote from: elsolSila pertama kita bukan abstain dari membunuh...itu translation yg gk bener menurut beliau...

Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami

Pana = Breath
Tipata = fall

jadi disini artinya..menjatuhkan makhluk ato disrespect..

ramani = pleasure
Veramai = not to pleasure

jadi Panatipata Veramani artinya..Not taking pleasure to disrespect living beings...bukannya abstaining from killing...

jadi melanggar sila pertama atau tidak yg tahu adalah diri sendiri.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

dilbert

makhluk hidup pada dasarnya bisa tersusun dari tiga, empat dan lima bagian. Makhluk hidup yang paling sempurna adalah tersusun dari lima bagian (panca skandha) yaitu bentuk, pencerapan, perasaan, persepsi dan kesadaran.

Semakin tinggi tingkatan makhluk hidup, maka semakin lengkap dan berfungsi bagian-bagian pembentuknya.

Jika kita misalkan bakteri, bakteri biasanya terdiri dari 3 bagian kehidupan yaitu : bentuk, pencerapan dan perasaan... tetapi tidak mempunyai persepsi dan kesadaran. Jadi apabila kita melakukan pembunuhan terhadap bakteri / virus, maka boleh dikatakan kita tidak menimbun karma buruk, karena pembunuhan terhadap makhluk yang tidak memiliki kesadaran adalah tidak berakibat apa-apa...

Karma akibat membunuh makhluk dengan tingkat kesadaran semakin tinggi, maka karmanya akan semakin berat.

Jadi apabila kita membunuh cacing yang notabene tingkat kesadarannya relatif rendah, tetap ada karma tetapi karmanya kecil. Sebenarnya dengan tetap menjaga kebersihan makanan dan tangan, mudah mudahan di dalam pencernaan kita tidak hidup cacing cacing yang merugikan, karena ada juga cacing yang menguntungkan pencernaan sebagaimana juga bakteri baik dalam pencernaan.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

GiNong

siapa suruh makan cacing ???
wkkwkwkwkkwkw
gimana pun kena karma tu
wkkwkwkwkkw
;D ;D ;D ;D
ginong




kwkwkwkwkkwkwk

williamhalim

Citta (pikiran) hanya dapat muncul 1 jenis setiap saat.
Masing2 citta ini muncul silih berganti dengan sangat cepatnya, setiap kemunculan satu citta akan menghasilkan suatu vipakka (saat itu juga atau nanti dikemudian hari).

Tidaklah mungkin dua buah citta bisa muncul bersamaan dalam suatu saat.

Masing2 pikiran, ucapan dan perbuatan akan memberikan vipaka-nya masing2:
~sebuah citta (pikiran) muncul: ingin sehat ---> akan memberikan vipaka tersendiri
~keinginan meminum obat cacing ---> menghasilkan vipaka tersendiri lagi

Kita tidak akan bisa melihat dengan jelas penyebab suatu vipaka (akibat), karena vipaka2 (akibat) merupakan gabungan dari banyak kamma (sebab).

Ilustrasi 'sungai' dapat menggambarkan hal ini: Kita tidak pernah bisa tau penyebab air sungai berwarna hitam, penyebabnya sangat banyak: hujan di hulu, cucian rumah2 di tepi sungai, kotoran didasar sungai, got2 yg mengalir ke sungai, buangan minyak kapal, dsbnya....

Suatu 'akibat' adalah AKUMULASI dari banyak 'sebab'.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Sedikit tambahan,

Setiap pikiran, ucapan dan perbuatan kita (baca: kamma), akan menghasilkan vipaka pada saat perbuatan tsb dilakukan (saat itu juga / cash basis).

Apa itu hasilnya?

Hasilnya adalah TREND BATHIN kita.
contoh: setiap detik kita menghasilkan pikiran2 dan perasaan2 negatif dan positif (misalnya: kasihan, marah, kesal, umpatan, sedih, kecewa, senang, dsbnya). Pikiran2 dan perasaan2 ini pada saat timbulnya tsb, langsung berakumulasi dengan trend batin lama dan membentuk TREND BATIN kita yg BARU.

*Jadi, setiap detik kita merancang trend batin kita sendiri melalui kamma2 yg kita lakukan*

Itulah sebabnya pentingnya: "Perbanyak kebaikan, Kurangi kejahatan dan Sucikan hati dan pikiran" karena dengan melaksanakan inti ajaran tsb kita sebenarnya sedang membentuk tren batin kita sendiri setiap saat.

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Sumedho

#7
Quotekarena ada juga cacing yang menguntungkan pencernaan sebagaimana juga bakteri baik dalam pencernaan.
ada cacing yg menguntungkan pencernaan  :o ? ???
dokter (muda) dan apoteker, helep.....
There is no place like 127.0.0.1

Sumedho

#8
Quote
makhluk hidup pada dasarnya bisa tersusun dari tiga, empat dan lima bagian. Makhluk hidup yang paling sempurna adalah tersusun dari lima bagian (panca skandha) yaitu bentuk, pencerapan, perasaan, persepsi dan kesadaran.

Semakin tinggi tingkatan makhluk hidup, maka semakin lengkap dan berfungsi bagian-bagian pembentuknya.

Jika kita misalkan bakteri, bakteri biasanya terdiri dari 3 bagian kehidupan yaitu : bentuk, pencerapan dan perasaan... tetapi tidak mempunyai persepsi dan kesadaran. Jadi apabila kita melakukan pembunuhan terhadap bakteri / virus, maka boleh dikatakan kita tidak menimbun karma buruk, karena pembunuhan terhadap makhluk yang tidak memiliki kesadaran adalah tidak berakibat apa-apa...

Karma akibat membunuh makhluk dengan tingkat kesadaran semakin tinggi, maka karmanya akan semakin berat.

Jadi apabila kita membunuh cacing yang notabene tingkat kesadarannya relatif rendah, tetap ada karma tetapi karmanya kecil. Sebenarnya dengan tetap menjaga kebersihan makanan dan tangan, mudah mudahan di dalam pencernaan kita tidak hidup cacing cacing yang merugikan, karena ada juga cacing yang menguntungkan pencernaan sebagaimana juga bakteri baik dalam pencernaan.
Kita bedah kembali kata karma/kamma
Karma/Kamma = kehendak/cetana yang dilakukan lewat pikiran,ucapan dan perbuatan.
Vipaka = hasil dari kamma.

Memang sudah jadi kebiasaan kita menggunakan kata kamma/karma sebagai perbuatan dan hasilnya, tetapi seringkali membuat orang jadi salah tangkap. Hayo kita galakkan (kek pegawai pemerintah aja  ^-^) penggunaan kamma/karma, vipaka yang baik dan benar.

Coba baca quote diatas, tebak mana karma/kamma mana yg vipaka.
There is no place like 127.0.0.1

Predator

Quote from: Sumedho on 07 December 2007, 09:53:06 AM
Quotekarena ada juga cacing yang menguntungkan pencernaan sebagaimana juga bakteri baik dalam pencernaan.
ada cacing yg menguntungkan pencernaan  :o ? ???
dokter (muda) dan apoteker, helep.....

makannya pasir kali ya jadi cacing bisa dikatakan menguntungkan  ;D yang ada cacingan badan malah jadi kurus karena ga enak makan dan berdampak kematian buat si penderita walau tidak dalam waktu cepat
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

andry

radi: yang ada cacingan badan malah jadi kurus karena ga enak makan dan berdampak kematian buat si penderita walau tidak dalam waktu cepat

ah, saya rasa ngak juga, saya jarang makan obat cacing, tapi buktinya tubuh saya sehat2 saja, malahan gemuk.. ;D
Samma Vayama

Predator

#11
Quote from: andry on 07 December 2007, 10:55:05 AM
radi: yang ada cacingan badan malah jadi kurus karena ga enak makan dan berdampak kematian buat si penderita walau tidak dalam waktu cepat

ah, saya rasa ngak juga, saya jarang makan obat cacing, tapi buktinya tubuh saya sehat2 saja, malahan gemuk.. ;D

emang peliharaanya ada berapa di perut??  ??? kalaupun tambah gemuk berarti orangnya mesti di air kerasin sebab tergolong mahluk langka tuh jadi mesti dilestarikan :-[
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

FZ

Quote from: Sumedho on 07 December 2007, 09:53:06 AM
Quotekarena ada juga cacing yang menguntungkan pencernaan sebagaimana juga bakteri baik dalam pencernaan.
ada cacing yg menguntungkan pencernaan  :o ? ???
dokter (muda) dan apoteker, helep.....
Hm.. Belum pernah tau ada yang menguntungkan, kecuali cacing palolo yang bisa dimakan.

Setahu saya cacing yang hidup di dalam tubuh bersifat parasit
1. Cacing perut (Ascaris lumbricoides)
2. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale / Necator americanus)
3. Cacing kremi (Oxyuris vermicularis)





mei_lee

hehe sebelum minum obat cacing bilang dl : sabbe satta bhavantu sukitatta

semoga dgn begitu dia dapat lahir di alam yang lebih baik lg hwhw ^^V

Suchamda

#14
Minum obat cacing?
Ada niat membasmi cacing? Ada yang terbunuh kan?..... Jelas itu melanggar sila.

Tetapi itu adalah teorinya demikian. Dalam prakteknya, sebetulnya semua pilihan itu tergantung dari motivasi, pertimbangan dan kematangan anda masing-masing.
Pada hakikatnya saya bagi menjadi 2 pilihan :

I. Anda benar-benar berniat mencapai kesucian dalam periode saat ini juga dengan cara mengikuti metode Theravada.
Oleh karena itu saya sarankan : jalankan sila secara murni, cobalah untuk menjalankan idealisme sesempurna mungkin dan tinggalkanlah kehidupan bermasyarakat, masuklah sangha (jadi bikkhu), ambillah vinaya sekalian. Hidup di masyarakat akan jadi penghalang tujuan anda dan bisa jadi anda malah akan banyak merepotkan orang lain / family yg merawat anda. Saran saya, jangan setengah-setengah melakukan sesuatu untuk mencapai cita2 yang diidamkan.

II. Anda masih ingin hidup normal bermasyarakat (walaupun tetap berusaha meningkatkan praktek Dhamma).
Konsekwensinya anda akan selalu harus mempertimbangkan tindakan2 anda berdasar kebijaksanaan umum masyarakat, dimana anda juga bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan anda serta merawat dan membina keluarga / saudara / orang lain agar sehat dan bahagia dalam ukuran standard orang umum. Kalau ini pilihan anda, minumlah obat cacing bila anda memang didiagnosa mengidap cacingan. Dalam kehidupan semacam ini, sila tetap dipakai dan dijaga tetapi diartikan terlebih sebagai sebuah panduan menuju ke arah yg lebih baik, tapi anda juga harus jujur (sepenuhnya) bahwa anda belum tentu sanggup menjalankan idealisme itu secara sempurna. Disini dibutuhkan sikap legawa untuk menerima keadaan diri dan tuntutan lingkungan.

Sederhana bukan?

Sebetulnya masalahnya cuman kemampuan mengukur diri saja dan akhirnya terpulang di kebulatan tekad saja untuk mengambil suatu tindakan yang tidak tanggung-tanggung.
Saran saya,
Satu, dengan analogi orang makan: ambillah porsi makanan yang bisa kamu habiskan tanpa sisa.
Dua, dengan analogi orang membangun usaha, investasikanlah dalam bisnis yang sesuai dengan modal kamu. Jangan berpikir membangun perusahaan korporasi multinasional tapi modal cekak.
Tujuan saya mengatakan ini adalah demi membina kejujuran terhadap diri sendiri : jangan sampai muncul orang-orang yang berslogan menjaga kesempurnaan sila, teriak sana sini menghakimi orang lain menjaga kemurnian sila, tapi diri sendiri belum bisa melaksanakannya.
Maaf, ini saya katakan bukan untuk menyindir, tapi saya menginginkan agar buddhist (terutama di Indonesia) ini bisa realistis. Kalau anaknya sekarat karena cacingan lalu Bapaknya -- yang mimpi jadi 'arahat' -- mengabaikan untuk memberinya minum obat cacing, apa bedanya dengan golongan fundamentalis dari agama tetangga?
Sila dilatih dan dijaga, tapi jangan karena lobha.
Saya rasa dengan demikian, kita bisa menimbang2 sendiri kapan saatnya kita harus berlatih menjalankan sila, dan kapan kita secara bertanggunjawab untuk melanggarnya.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho