dua jalan menuju Nibbana

Started by Jhana78, 12 May 2009, 03:19:03 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Xan To

Quote from: Jhana78 on 12 May 2009, 08:36:23 PM
[at]  xan to

maaf, saya tidak akan menyampaikan ulang definisi nibbana. di forum ini, saya sudah sangat sering mengemukakan apa itu nibbana. apakah kemudian apa yang saya kemukakan sesuai dengan nibbana yang dimaksud oleh umat budhist atau tidak, saya tidak peduli. karena saya memahami nibbana sebagaimana yang dijelaskan oleh sang budha di dalam sutta dan sebagaimana pengalaman batin saya tentang nibbana.

mari kita teruskan berdiskusi, dan anggaplah nibbana yang saya maksud itu sebagaimana nibbana yang anda fahami dalam konsep budhisme. kalau anda masih memandang saya belum faham konsep nibbana dalam budhisme, sebaiknya lain kali saja kita berdiskusi lagi.

Ehm gimana yah....bukannya saya menganggap anda memiliki konsep yang berbeda atau bagaimana gitu....
Yang ingin saya titik beratkan disini adalah waktu jamannya Sang Buddha, banyak orang yang melakukan tapa tujuannya adalah bersatu dengan dewa Brahma (Lahir dialam yang sama dengan Dewa Brahma), yah kayak orang kr****n lah ingin hidup bersama Yesus disurganya yang mereka yakinin........nah dari sini, kemunculan agama baru saya rasa gak ada hubungannya dengan pencapaian Nibbana yang menjadi goal umat Buddhist ;D.

Yang kedua, yang saya maksudkan disini bukan pengertian Nibbana menurut anda tapi menurut orang2 jaman dulu...apakah sama dengan pemahaman Nibbana yang Sang Buddha sampaikan???

Xan To

#16
Quote from: Jhana78 on 12 May 2009, 08:46:53 PM
Quote from: xan to
Wah terlalu sulit untuk dikatakan....bisa2 malah berada dalam pandangan salah yang lain....

nibbana memiliki dua sisi dimana sisi yang satu dapat dikatakan dan sisi yang lainnya tidak dapat dikatakan. dan saya tidak sedang membicarakan nibbana yang tidak terkatakan, tetapi nibbana dari sisi yang dapat dikatakan.

IMO nibbana itu tak terkatakan......hanya saja....seperti kata seorang bhikkhu, jika seandainya tidak dikatakan (Baca : Dibahasakan/dikata-katai) bagaimana caranya anda tahu.....Jadi tujuan Sang Buddha menyatakannya itupun pada dasarnya hanya untuk menunjukan KEBERADAAN-nya yang kemudian dikenal dengan Nibbana, BUKAN untuk mendefinisikannya berdasarkan sifat aslinya....Apakah anda pernah membaca Samdhinirmocana Sutra???




Kelana

Quote from: Jhana78 on 12 May 2009, 03:19:03 PM
bagaimana menurut anda?

Quote from: Jhana78 on 12 May 2009, 05:28:22 PM
dan budhisme adalah apa yang anda fahami, bukan apa yang saya fahami. betul kan?

:-? Tapi kok malah tanya pendapat orang lain ya....aneh...aya-aya wae ^-^

GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Sukma Kemenyan

#18
Quote from: Jhana78 on 12 May 2009, 08:36:23 PMsaya memahami nibbana sebagaimana yang dijelaskan oleh sang budha di dalam sutta dan sebagaimana pengalaman batin saya tentang nibbana.
saya semakin penasaran...

Apakah seseorang yang kondisi batinnya telah mengalami nibbana (pencerahan) akan bertanya: "Apakah jalan saya benar?"

apapun jawaban dari pertanyaan diatas akan timbul pertanyaan baru lagi...
Apakah seseorang yang telah mencapai pencerahan, kondisi batinnya bisa menurun lagi ? (read: keluar dari nibbana)


dan... jikalau definisinya tidak jelas dan masih ngeblur...
bagaimana caranya anda bisa membandingkan dengan paham hinduism ?

dan...
Bagaimana caranya anda bisa menuduh siddartha gagal mencapai nibbana dengan jalan hinduism ?
sementara siddartha sendiri sudah mencoba hinduism dari dua guru besar yang berbeda ?
yang mana sang guru sendiri menyatakan tidak ada lagi yang dapat ia ajarkan...
yang berakhir pada ketidakpuasan siddartha dengan hinduism dan mencari jalannya sendiri untuk mengakhiri dukkha

Jhana78

Quote from: xan to
Yang ingin saya titik beratkan disini adalah waktu jamannya Sang Buddha, banyak orang yang melakukan tapa tujuannya adalah bersatu dengan dewa Brahma (Lahir dialam yang sama dengan Dewa Brahma), yah kayak orang kr****n lah ingin hidup bersama Yesus disurganya yang mereka yakinin........nah dari sini, kemunculan agama baru saya rasa gak ada hubungannya dengan pencapaian Nibbana yang menjadi goal umat Buddhist

sebagaimana banyak muslim menganggap bahwa umat budhist menyembah patung budha, sesungguhnya mereka tidak tahu apa-apa tentang budhisme.seperti itu pula jika banyak umat mengangap Hinduisme memiliki tujuan akhir menyatu dengan Brahma, maka itu tandanya mereka tidak tahu apa-apa tentang Hinduisme. bukan Brahma yang menjadi tujuan Hinduisme, tapi MahaBrahma, Sang Mahatma, Maha Purusa Luhur, Hyang Widi Wasa, Hyang Tunggal, Yang Tanpa Asal Usul, Yang Tidak Terlahir, Yang Tidak diiciptakan, Yang  Tidak Hancur  dan semua itu disebut Nirwana yang dalam bahasa sang budha disebut nibbana.

Hendra Susanto

Quote from: Jhana78 on 13 May 2009, 05:33:13 AM
Quote from: xan to
Yang ingin saya titik beratkan disini adalah waktu jamannya Sang Buddha, banyak orang yang melakukan tapa tujuannya adalah bersatu dengan dewa Brahma (Lahir dialam yang sama dengan Dewa Brahma), yah kayak orang kr****n lah ingin hidup bersama Yesus disurganya yang mereka yakinin........nah dari sini, kemunculan agama baru saya rasa gak ada hubungannya dengan pencapaian Nibbana yang menjadi goal umat Buddhist

sebagaimana banyak muslim menganggap bahwa umat budhist menyembah patung budha, sesungguhnya mereka tidak tahu apa-apa tentang budhisme.seperti itu pula jika banyak umat mengangap Hinduisme memiliki tujuan akhir menyatu dengan Brahma, maka itu tandanya mereka tidak tahu apa-apa tentang Hinduisme. bukan Brahma yang menjadi tujuan Hinduisme, tapi MahaBrahma, Sang Mahatma, Maha Purusa Luhur, Hyang Widi Wasa, Hyang Tunggal, Yang Tanpa Asal Usul, Yang Tidak Terlahir, Yang Tidak diiciptakan, Yang  Tidak Hancur  dan semua itu disebut Nirwana yang dalam bahasa sang budha disebut nibbana.

inikah pengertian anda mengenai nibbana??

Johsun

Mungkin dalam istilah arabnya Al Ittihad, hamba bersatupadu dngan Tuhan.
Bung jhan, gw mash blum mengerti bila Allah bertajali atas diri hamba-Nya, apakah hamba ini lenyap? Seperti ibaratnya dirasuki, dan tidak tau apa-apa lagi.
Sdang dalam pemahaman sang Buddha mengenai nibbana, apabila kita mencapai Nibbana, batin kita ibarat seseorang yg memasuki taman yg indah, batinnya jadi riang, dan ceria, dan tidak berarti orang tsb yg jadi taman.
Sdangkan dalam pemahaman Al Ittihad dan Al hulul, kita ini ibarat lenyap ,hanya Dia yg nguasai seperti dirasuki.
Apakah bnar?
CMIIW.FMIIW.

Kelana

lagi dan lagi...sinkretisme...sayang sekali
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Johsun

Kenapa sayang sekali??
Mungkin semua agama sedang menuju pada knsep pemahaman yg sama menuju yg Mutlak.
Bila tidak, dunia akan terus berperang karna agama.
Dan bgtu mungkin menrutku.

cmiiw.
CMIIW.FMIIW.

Jhana78

Quote from: Johsun
Mungkin dalam istilah arabnya Al Ittihad, hamba bersatupadu dngan Tuhan.
Bung jhan, gw mash blum mengerti bila Allah bertajali atas diri hamba-Nya, apakah hamba ini lenyap? Seperti ibaratnya dirasuki, dan tidak tau apa-apa lagi.
Sdang dalam pemahaman sang Buddha mengenai nibbana, apabila kita mencapai Nibbana, batin kita ibarat seseorang yg memasuki taman yg indah, batinnya jadi riang, dan ceria, dan tidak berarti orang tsb yg jadi taman.
Sdangkan dalam pemahaman Al Ittihad dan Al hulul, kita ini ibarat lenyap ,hanya Dia yg nguasai seperti dirasuki.
Apakah bnar?

Allah = nibbana
tajalli Allah = realisasi nibbana

tidaklah benar tajalli Allah seperti dirasuki

perumpaan sang budha tentang masuk taman adalah tepat untuk menggambarkan masuk ke dalam nibbana, masuk ke dalam tuhan.

tidak ada diri yang menjadi nibbana
tidak ada diri yang menjadi tuhan

karena tuhan tidak terjadi dari sesuatu. dan sesuatu tidak bisa menjadi tuhan.
nibbana tidak tercipta dari sesuatu. dan sesuatu tidak bisa menjadi nibbana.
Dia kekal dan begitu selamanya, ada dan tidak berubah.

ketika seseorang memperoleh penerangan yang sempurna, maka itulah arti dari Tajalli Allah. semua pemikiran, ucapan dan tindakannya merupakan realisasi dari nibbana, dia mewakili nibbana untuk menjelaskan keberadaan realitasnya terhadap umat manusia.

manusia bodoh terikat dengan kata-kata, Allah, nibbana, Mahabrahma, Tuhan. ini yang disebut lumpur konsep. manusia bijaksana dapat melepaskan diri dari lumpur konsep yang lengket, meleburkan semua nama-nama dan melihat realita di balik semua nama. orang ini, adalah yang mengetahui kebenaran sejati.

Johsun

Ok bro thanks atas pengertian yg diberikan. . .
cuma satu hal yg gak gw ngerti adalah jika Allah=Nibbana, lantas siapakah yg berkata2 di dalam kitab suci-Nya?
Apakah Nibbana bisa seret orang masuk neraka jahanam? Apakah Nibbana bisa murka hebat dan gak beri ampunan kepada yg menduakannya? Apakah Nibbana bisa mengumbar kebencian kpda makhluk yg bukan menganut agamanya?

Sekian pertnyaannya, thanks.
CMIIW.FMIIW.

Jhana78

Quote from: Johsun
Mungkin semua agama sedang menuju pada knsep pemahaman yg sama menuju yg Mutlak.
Bila tidak, dunia akan terus berperang karna agama.
Dan bgtu mungkin menrutku.

semua agama berasal dari sumber yang sama. inti ajarannya sama saja.

tapi, sebagian memiliki pandangan ekslusivisme, memanjakan egonya dengan pemikiran "inilah agamaku yang terbaik, yang lebih benar dari agama orang lain."

mereka berpikir, "tidak akan mencapai kebebasan sempurna, kecuali umat budhis. umat budhispun adalah yang menjalankan kebaikan/moralitas. yang menjalankan kebaikanpun adalah yang kebaikannya sesuai dengan petunjuk / anjuran sang budha. yang menjalankan moralitas baikpun adalah yang menjalankan meditasi vippasana. yang menjalankan vippasanapun adalah yang dapat merealisasi nibbana. tapi, jika di tilik ke kiri maupun ke kanan, ke atas maupun ke bawah, ke depan maupun ke belakang, tak satupun orang yang sampai kepada nibbana. hanya sedikit yang berhasil dari ribuan orang yang menjalani vippasana. hanya sedikit yang bermoral tinggi. sedikit makhluk-makhluk yang terbebaskan. inilah ekslusivisme, selalu terpisahkan dari orang lain oleh sang "aku" sebagai personal dan sang "aku" sebagai kelompok.

tapi sebagian manusia telah keluar dari pemikiran ekslusivisme, inilah orang yang telah dapat berkonsentrasi dengan benar, memiliki pandangan benar, bebas dari lumpur konsep, dan telah melihat sebagaimana adanya. dia tidak dipisahkan dari orang lain oleh sang "aku" sebagai personal maupun kelompok, oleh karena itu baginya tidak ada sekat-sekat agama, Hindu, Budha, kr****n ataupun Islam. dia hanya melihat "inilah Hindu, inilah budhis, inilah kr****n, inilah Islam, beginilah ajaran-ajarannya, inilah perbedaannya, dan inilah persamaannya, dan inilah hakikat dari semuanya."

Jhana78

Quote from: Johsun
Ok bro thanks atas pengertian yg diberikan. . .
cuma satu hal yg gak gw ngerti adalah jika Allah=Nibbana, lantas siapakah yg berkata2 di dalam kitab suci-Nya?
Apakah Nibbana bisa seret orang masuk neraka jahanam? Apakah Nibbana bisa murka hebat dan gak beri ampunan kepada yg menduakannya? Apakah Nibbana bisa mengumbar kebencian kpda makhluk yg bukan menganut agamanya?

Sekian pertnyaannya, thanks.

apakah nibbana tidak dapat berkata-kata?
apakah gunung tidak dapat berbicara?
apakah anda tidak pernah mendengar bagaimana batu bisa bersuara?

orang yang bodoh menganggap batu, gunung dan lautan adalah benda mati yang tidak berbicara, seperti halnya menanggap nibbana tidak pernah bisa berkata-kata.

orang yang bijak memahami perkataan batu, gunung, lautan, dan benda-benda lainnya, sebagaimana diapun memahami perkataan nibbana.

belajarlah berbicara dengan batu, maka anda akan menemukan variabel kebenaran bahwa nibbana itu merupakan sesuatu yang berbicara.

jika nibbana adalah Allah, maka yang berbicara dalam kitab sucinya adalah nibbana.

Johsun

Hm, pemikiran bung sama seperti sesepuh agama mahatao maitreya,

'beribu puluh ribu ajaran hakekatnya satu atap/rumah'
CMIIW.FMIIW.

Johsun

Tapi nibbana itu bisa masukkan orang ke neraka jahanam kekal??
Kekal brarti tidak bisa keluar lg selamanya dr neraka. Apakah Nibbana setega itu?

Tapi Nibbana adalah keadaan tanpa kondisi, bgaimana mgkn nibbana menyeret orang ke jahanam?
CMIIW.FMIIW.