Nama dan Rupa

Started by El Sol, 05 December 2007, 03:14:23 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

El Sol

aku mao tanya...

apakah kita ini 'ada' apakah sang Buddha mengajarkan bahwa kita ini 'ada' ato apakah kita ini sebenarnya tidak berinti?

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

ryu

I think, therefore i exist
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

markosprawira

Ada kok... bisa disentuh, bisa dilihat...

tapi selalu berubah karena di dalamnya, komposisi semua unsur pembentuknya yaitu Nama dan Rupa selalu berubah2

Suchamda

QuoteI think, therefore i exist

Tepatnya : "I think, therefore I am". Itu adalah ucapan Descartes.
Meskipun demikian, pernyataan ini memiliki kesalahan bila ditinjau dari sudut Madhyamaka maupun pemahaman tentang self-awareness (rangrig) dari paradigma Dzogchen.
Penjelasan tentang ini sangat kompleks dan mendalam dan rasanya tidak tepat untuk dikemukakan disini.
Saya kemukakan ini agar sdr.Ryu dan rekan-rekan lain tetap waspada dalam menggunakan slogan tersebut, karena kalau ketemu orang berpaham Atta yang pintar maka bisa dipergunakan sebagai alat untuk mengatakan bahwa ada "Aku" yang truly exist, atau dari golongan Cittamatra yg mengatakan segala sesuatunya berasal dari Mind yang dependent dan inherently exist.

Dari filosofi barat, pernyataan Descartes ini pun digugat oleh Immanuel Kant dalam bukunya Critique of Pure Reason.

Just FYI. No offense pls.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

morpheus

"I think therefore I am" juga mengandung kesalahan diliat dari konsep pancakhanda.
ada hal2 lain selain though yg mengilusikan semuanya sebagai "I".
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

tesla

Quoteapakah kita ini 'ada' apakah sang Buddha mengajarkan bahwa kita ini 'ada' ato apakah kita ini sebenarnya tidak berinti?
ada & tidak berinti...

tapi kalau setelah parinibbana gimana ya?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

markosprawira

ada yang masih bingung ama parinibbana....  ;D

sama seperti anak TK mo mahamin Aljabar anak kuliahan......

Sumedho

Kalimat I think therefore I am juga sudah kontradiksi dari awal kalau "I Think" baru "I am", dari awal sudah di state kalau sudah ada "I", mengasumsikan dari awal kalau sudah ada.
There is no place like 127.0.0.1

ryu

Itu bukan ucapan descartes, tp ucapan suhu medho tuh :P
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

Wiryanto

Quote from: Sumedho on 05 December 2007, 12:00:38 PM
Kalimat I think therefore I am juga sudah kontradiksi dari awal kalau "I Think" baru "I am", dari awal sudah di state kalau sudah ada "I", mengasumsikan dari awal kalau sudah ada.

Kalu gitu dibalik, "I am, therefore I think!"

salam,
wiry [at] nto
Science without religion is lame,
religion without science is blind.

El Sol

sebenarnye gini..

kemaren gw debat langsung sama 2 temen gw..mereka ambil psychology...tapi mereka Islam...

dan mereka mempertanyakan Dhamma..dan gw jadi bingung sendiri waktu explain tentang...

apakah Batin dan jasmani itu exist dalam agama Buddha? ato..apakah batin dan jasmani itu tidak berinti? karena gw sering secara tidak sengaja mencampurkan kedua teori itu...



Sumedho

Quoteapakah Batin dan jasmani itu exist dalam agama Buddha?
bukannya diajarkan adanya nama dan rupa ?

Quoteato..apakah batin dan jasmani itu tidak berinti?
batin berinti ? jasmani berinti ?
There is no place like 127.0.0.1

williamhalim

Quote from: El Sol on 05 December 2007, 07:46:28 PM
sebenarnye gini..

kemaren gw debat langsung sama 2 temen gw..mereka ambil psychology...tapi mereka Islam...

dan mereka mempertanyakan Dhamma..dan gw jadi bingung sendiri waktu explain tentang...

apakah Batin dan jasmani itu exist dalam agama Buddha? ato..apakah batin dan jasmani itu tidak berinti? karena gw sering secara tidak sengaja mencampurkan kedua teori itu...


Pertama, soal exist.
Harus didudukkan dulu istilah 'exist' nya itu Sol.
Kalau exist dalam arti "dapat dirasakan", maka batin dan jasmani adalah exist.
contoh:
~ jasmani, jelas! dapat dilihat, dapat diraba, dll
~ bathin: dimaki: anjing!, marah kan? berarti bathin exist.

Namun, istilah exist ini sungguh luas, tergantung pembicaraan pada konteks apa.

kedua, inti.
Apakah bathin dan Jasmani tidak berinti? Dalam ajaran Buddha jelas Bathin dan Jasmani tidak berinti.
Tanya balik saja: "tolong deh tunjukkan mana inti jasmani, mana inti bathin?".
Nggak ada yg bisa unjukkin, pasti.

Tanya jawab antara Raja Milinda dan Bhikkhu Nagasena dibawah ini, mungkin mirip dengan diskusi El Sol dengan teman muslim-nya:

===================

Jiwa

        Raja Milinda pergi menemui Bhikkhu Nagasena dan setelah saling mengucapkan salam persahabatan, raja duduk dengan hormat di satu sisi. Milinda mulai bertanya:

1. "Bagaimana Yang Mulia disebut dan siapakah nama Anda?"

        "Baginda, saya disebut Nagasena tetapi itu hanyalah rujukan dalam penggunaan sehari-hari, karena sebenarnya tidak ada individu permanen yang dapat ditemukan".

        Kemudian Milinda memanggil orang-orang Yunani Bactria dan para bhikkhu untuk menjadi saksi: "Nagasena ini berkata bahwa tidak ada individu permanen yang tersirat dalam namanya. Apakah mungkin hal seperti itu diterima?"

        Kemudian ia berbalik kepada Nagasena dan berkata, "Jika, Yang Mulia Nagasena, hal tersebut benar, lalu siapakah yang memberi Anda jubah, makan dan tempat tinggal? Siapa yang menjalani kehidupan dengan benar ini? Atau juga, siapa yang membunuh makhluk hidup, mencuri, berzinah, berbohong dan mabuk-mabukan? Jika apa yang anda katakan itu benar maka tidak akan ada perbuatan yang baik atau perbuatan yang tercela, tidak akan ada pelaku kejahatan atau pelaku kebaikan, dan tidak ada hasil kamma. Jika, Yang Mulia, seseorang membunuh Anda maka tidak akan ada pembunuh, dan itu juga berarti bahwa tidak ada mahaguru atau guru dalam Sangha Anda. Anda berkata bahwa Anda disebut Nagasena; sekarang, apakah Nagasena itu? Apakah rambutnya?"

        "Saya tidak mengatakan demikian, Raja Yang Agung".

        "Kalau begitu, apakah kukunya, giginya, kulitnya atau bagian tubuhnya yang lain?"

        "Tentu saja tidak".

        "Atau apakah tubuhnya, atau perasaannya, atau pencerapannya, atau bentuk-bentuk pikirannya, atau kesadarannya? Ataukah semua tadi digabungkan? Ataukah sesuatu di luar semua itu tadi yang disebut Nagasena?"

        Dan masih saja Nagasena menjawab: "Bukan semuanya itu".

        "Kalau begitu Nagasena, kalau boleh saya berkata, saya tidak dapat menemukan Nagasena itu. Nagasena hanyalah omong kosong. Tetapi siapakah yang kami lihat di depan mata ini? Kebohonganlah yang telah dikatakan Yang Mulia".

        "Baginda, tuan telah dibesarkan dalam kemewahan sejak dilahirkan. Bagaimanakah tadi Baginda datang kemari, berjalan kaki atau naik kereta?"

        "Naik kereta, Yang Mulia".

        "Kalau begitu, tolong jelaskan, apakah kereta itu. Apakah porosnya? Apakah rodanya, atau sasisnya, atau kendalinya, atau kuknya yang disebut kereta? Atau gabungan semuanya itu, atau sesuatu di luar semua itu?"

        "Bukan semua itu, Yang Mulia".

        "Kalau begitu, Baginda, kereta ini hanyalah omong kosong. Baginda berkata dusta ketika berkata datang kemari naik kereta. Baginda adalah raja yang besar di India. Siapa yang Baginda takuti sehingga Baginda berdusta?"

        Dan Nagasena kemudian memanggil orang-orang Yunani Bactria dan para bhikkhu untuk menjadi saksi: "Raja Milinda ini telah berkata bahwa beliau datang kemari naik kereta, tetapi ketika ditanya 'Apakah kereta itu?' Beliau tidak dapat menunjukkannya. Dapatkah hal ini diterima?"

        Kemudian secara serempak ke-500 orang Yunani Bactria itu bersama-sama berteriak kepada raja, "Jawablah bila Baginda bisa!"

        "Yang Mulia, saya telah berkata benar. Karena mempunyai semua bagian itulah maka ia disebut kereta".


        "Bagus sekali. Baginda akhirnya sudah dapat menangkap artinya dengan benar. Demikian juga karena ke-32 jenis zat organ materi dalam tubuh manusia dan 5 unsur makhluklah saya disebut Nagasena. Seperti yang telah dikatakan oleh Bhikkhuni Vajira di hadapan Sang Buddha Yang Agung, 'Seperti halnya ada berbagai bagian itu maka kata "kereta" digunakan, demikian juga bila ada unsur-unsur makhluk maka kata "makhluk" digunakan'".

        "Sangat indah Nagasena, sungguh luar biasa mengagumkannya penyelesaian teka-teki ini olehmu, meskipun sulit. Seandainya Sang Buddha berada di sinipun Beliau pasti akan menyetujui jawabanmu".

dari buku: Perdebatan Raja Milinda (Ringkasan Milinda Panha)


=================

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)