perasaan atau logika?

Started by pendekar kuning, 20 March 2009, 09:30:26 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

pendekar kuning

ketika fakta berbicara dan memang harus mengambil keputusan, mana yang lebih berperan perasaan atau logiika?


kalau wanita kan kebanyakkan mikir pake perasaan dan emosi terlibat d dalamnya, bahkan ketika fakta yang pahit sudah berbicara, tapi terkadang yang menang tuh malah perasaan.

kalau laki-laki walaupun ada perasaan tetap aja terkadang yang menang tuh logika.

pernah ga sih ada pertentangan antara perasaan dan logika? n yang menang akhirnya yang mana perasaan atau logika? atau malah terjadi kebimbangan dalam mengambil suatu keputusan?
mohon pencerahan nya.
__________________

ENCARTA

mana yang ada pakai salah satu. pake ya dua2 nya lah, biar seimbang gitu :P

markosprawira

Quote from: pendekar kuning on 20 March 2009, 09:30:26 AM
ketika fakta berbicara dan memang harus mengambil keputusan, mana yang lebih berperan perasaan atau logiika?


kalau wanita kan kebanyakkan mikir pake perasaan dan emosi terlibat d dalamnya, bahkan ketika fakta yang pahit sudah berbicara, tapi terkadang yang menang tuh malah perasaan.

kalau laki-laki walaupun ada perasaan tetap aja terkadang yang menang tuh logika.

pernah ga sih ada pertentangan antara perasaan dan logika? n yang menang akhirnya yang mana perasaan atau logika? atau malah terjadi kebimbangan dalam mengambil suatu keputusan?
mohon pencerahan nya.
__________________

secara buddhism, dalam setiap citta/kesadaran/pikiran, ada vedana/perasaan
jadi sebenarnya tidak ada pertentangan antara logika dan perasaan.

yang ada hanyalah pikiran yg muncul silih berganti, dengan percampuran faktor2 batin seperti vedana, sanna, dsbnya yang berbeda2.....

kondisinya mirip seperti pada pengambilan keputusan lainnya aja kok

semoga dimengerti

metta


tesla

kayanya pertanyaannya bukan mengenai perasaan dan logika (pikiran)... namun lebih cocok antara "emosi" dan "rasional" :)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

goddevil

kyknya lebih pas kalo pake LOGIKA, kan sudah diperhitungkan n ada faktanya
perasaan payah, tar ga bisa dipertanggung jawabkan (perasaan sapa yg tau?)
semoga semua makhluk berbahagia......
sadhu.. sadhu.... sadhu......

pendekar kuning


aitristina

logika vs perasaan = 2  : 1....

toss sm goodevl... ada lagi?

Quote from: goddevil on 20 March 2009, 04:24:45 PM
kyknya lebih pas kalo pake LOGIKA, kan sudah diperhitungkan n ada faktanya
perasaan payah, tar ga bisa dipertanggung jawabkan (perasaan sapa yg tau?)
Life is about living...

lophenk

Quote from: goddevil on 20 March 2009, 04:24:45 PM
kyknya lebih pas kalo pake LOGIKA, kan sudah diperhitungkan n ada faktanya
perasaan payah, tar ga bisa dipertanggung jawabkan (perasaan sapa yg tau?)

pake logika , kalo perasaan tar berubah2 ..
thanks Buddha...

Nevada

Banyak mitos yang beredar di masyarakat seputar wanita, salah satunya adalah mitos tentang perasaan wanita. Mitos ini bukanlah sekedar mitos. Jika Anda memang jeli, fakta memang menunjukkan bahwa wanita lebih menggunakan sisi perasaannya daripada pemikiran logis. Hampir semua pikiran, ucapan dan perbuatan wanita didasari dengan mempertimbangkan perasaannya. Kecenderungan mekanisme batin ini sering membuat komunikasi antara wanita dengan pria kadang tidak selaras, karena pada umumnya pria lebih menggunakan sisi pemikiran logis.

Perasaan terdiri dari 3 jenis; yaitu perasaan bahagia, perasaan tidak bahagia dan perasaan netral. Perasaan muncul karena adanya akumulasi emosi di batin seseorang. Emosi ini pun tidak berdiri sendiri, karena emosi ini pun terkait dengan faktor gagasan, konsepsi dan ide di pikiran. Hal ini pun muncul dikarenakan adanya proses pencerapan setelah indera melakukan kontak dengan dunia luar.

Perasaan merupakan akumulasi dari berbagai emosi. Manusia memiliki beberapa macam emosi fundamental, seperti : senang, kaget, sedih, marah, malu dan takut. Perasaan adalah hasil dari gabungan beberapa emosi. Misalnya stres adalah perasaan yang dihasilkan oleh akumulasi emosi sedih, marah dan takut. Artinya, perasaan merupakan reaksi baru dari paduan berbagai macam emosi. Wanita hidup dengan dan sangat bergantung dari reaksi-reaksi ini. Wanita cenderung berbuat suatu hal untuk memuaskan perasaannya. Karenanya tidak jarang wanita mengalami konflik batin : "perasaan vs pemikiran logis".  Ketika konflik ini terjadi, biasanya wanita pun masih tetap memilih perasaannya.

Pria cenderung mendominasi aktivitas batinnya dengan pengamatan indera. Apa yang ditangkap oleh indera, itulah yang menjadi basis responnya. Ketika sampai di perasaan, pria pada umumnya akan meneruskan impuls dan mengunyahnya di pemikiran logis. Setelah dicerna dan dibandingkan dengan dunia luar, pria akan berespon dan melakukan perbuatan. Sedangkan wanita umumnya akan meneruskan impuls dari pemikiran logis untuk dipertimbangkan lagi di sisi perasaan. Ibarat kerja dua kali. Setelah menyimpulkan suatu hal secara logis, wanita cenderung kembali mengauditnya lewat perasaan. Karenanya wanita terlihat lebih sensitif.

Apa yang menyebabkan wanita lebih menggunakan perasaannya? Ketika wanita merasakan suatu hal, impuls akan membuat perasaan bekerja dengan sistem limbic hingga naik ke neokorteks. Impuls ini akan naik lagi sampai di otak kanan. Sampai di sini, impuls juga akan diteruskan lewat jaringan corpus callosum menuju otak kiri. Otak perempuan memiliki enam sampai tujuh pusat bahasa di belahan kanan dan kiri. Perempuan juga kadang tidak membutuhkan lintas belahan ini untuk mengekspresikan perasaannya secara verbal. Selain itu, hormon estrogen juga mempengaruhi pola pikir perempuan tentang perasaannya.

Fakta bahwa perempuan bekerja dengan sistem perasaan ini memberikan gambaran jelas bahwa sebenarnya wanita lebih egois daripada pria. Ya, wanita lebih mementingkan perasaannya sendiri. Wanita lebih mudah untuk hanyut dalam perasaan, lebih mudah mengasihani diri sendiri, dan juga lebih mudah untuk mengabaikan realita. Namun jangan salahakan keegoisan wanita ini. Ini semua adalah keunikan sebagai seorang wanita. Di balik keegoisan wanita, terdapat banyak sekali keramahan dan kelembutan yang mengembang. Oleh karena itulah seorang wanita bisa menjadi seorang ibu yang penuh metta pada anak-anaknya.


Lebih berlogika,
upasaka