Ragukan semuanya, karena ragu pangkal cerah

Started by Suchamda, 13 September 2007, 01:29:55 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Suchamda

Hehehehe....thankyou morph!

Anda benar sampai satu tahap tertentu, tapi...........
ditahap lain, yaitu batu loncatan menuju pencerahan itu sendiri, batin sudah tidak mengalami keraguan lagi.

Kalau saya analisa dan renungkan, sepertinya tahapan seseorang belajar Buddhism adalah sbb:

0. Awam ---> I. Faith stage---> II. Analytic stage -->III. Direct Experience ---> IV.Synthesis Stage ---> V. Enlightenment


0. Awam : anggaplah orang2 yang belum tahu ttg Buddhism, atau belum percaya betul2 pd Buddhism --> zero faith.
I. Faith Stage : disini orang2 mulai memeluk kepercayaan Buddhism, mulai belajar teori2 dan praktek2 awal yg sifatnya ritualistik --> disini mulai muncul faith, dari yang mild hingga yang fanatik.
II. Analytic Stage : disini orang mulai mempelajari Dharma dengan menganalisa hubungan2 satu konsep dengan konsep lainnya, mulai meneliti makna2 Dharma. Konsep2 Dhamma dipecah2 menjadi komponen2 kecil utk diselidiki kebenaran bagian per bagiannya --> disini dibutuhkan keraguan yg sehat (healthy scepticism) yang tentu saja harus disertai dengan praktek bhavana sehingga kecerdasannya hingga taraf menembus. Disinilah faith berubah menjadi saddha (trust).
III. Direct Experience : disini orang2 tsb mendapatkan insight2 / mencapai nyana2 dalam vipassana ataupun penembusan2 dalam jhana2 samatha. Disini sudah tidak ada kepercayaan lagi karena sudah melihat segala sesuatunya secara langsung.
IV. Synthesis Stage : Disini mereka mulai bisa memahami secara menyeluruh keterhubungan dan fungsi2nya antara 'faith' - 'scepticism'- dengan 'insight'. Disini ybs menggabungkan semua komponen ajaran Buddha menjadi suatu pemahaman yg utuh. Disini batin ragu sudah hilang sama sekali, disini pula ia mematangkan 37 faktor2 pencerahan dan puncaknya dicapai pada taraf ke V.
V. Enlightenment

Jadi, kalimat "ragu pangkal cerah" memiliki kebenarannya dalam tahap tertentu. Tetapi dapat juga dikatakan dari sudut lain bahwa bila kita masih memiliki keraguan maka tidak akan tercerahkan. Semua itu harus dilihat dari prosesnya.

37 Bodhipakkhiyadhamma (37 komponen pencerahan) yang didalamnya a.l. adalah 7 faktor pencerahan, sama sekali tidaklah bertentangan dengan kenyataan bahwa salah satu faktor pendorong untuk mencapai pencerahan adalah keyakinan (faculty of faith pada 5 pancaindriyani dan 5 pancabala).

Argumentasi mendetail tentang ini bisa kita jelaskan apabila kita membedahnya dengan paradigma Abhidhammatic. Tetapi karena terlalu teknis, maka saya cukup katakan dengan penggambaran saya di atas tentang 5 tahapan tsb.

Apa yang dijelaskan sdr.Morpheus itu benar untuk tahapan II dan III, atau untuk merangsang orang yg ditahap I agar menginjak pada tahap yg lebih tinggi (II,III, dst).
Tapi selama kita masih belum bisa mendapat pengalaman langsung yg menghilangkan keraguan kita, maka pencerahan masih jauh.

So, "ragu pangkal cerah"?.......jangan katakan hal itu pada orang di tahap 0  :)) :))
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

morpheus

bang suchamda, kayaknya anda bener...

pangsa pasar saya emang untuk tahap2 intelektual. saya gak menulis untuk orang2 yg udah berada di jalan spiritual karena saya sendiri juga blom nyampe mana2. bukankah "pangkal" itu sendiri artinya "awal" atau "mengawali"? bukan berarti ragu itu adalah identik dengan pencerahan, namun ragu setidaknya adalah awal dari pendobrakan pemikiran2 yg dogmatis atau stage I yg anda sebutkan di atas...

penekanan kata "ragu" (doubt) yg saya pake adalah sebagai lawan kata "dogmatis", bukan ragu dalam arti "bingung" (confuse).
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Upaseno

"I. Faith stage---> II. Analytic stage -->III. Direct Experience ---> IV.Synthesis Stage"---Ini kan bisa terbolak-balik urutannya kalau di dunia nyata.  Ada yang ga pake Faith, tapi mengerti Dhamma juga.  Ada yang stop di Analytical saja, karena tidak mau experience.  Ada yang cuma Direct Experience aja, trus enlightened.  Ada yang langsung Synthesis stage aja langsung.

Suchamda

#18
Quote"I. Faith stage---> II. Analytic stage -->III. Direct Experience ---> IV.Synthesis Stage"---Ini kan bisa terbolak-balik urutannya kalau di dunia nyata.  Ada yang ga pake Faith, tapi mengerti Dhamma juga.  Ada yang stop di Analytical saja, karena tidak mau experience.  Ada yang cuma Direct Experience aja, trus enlightened.  Ada yang langsung Synthesis stage aja langsung

Bhante, itu hanya bentukan konseptual belaka untuk membantu pemahaman kita atas fenomena umum (general). Tentu dalam kenyataannya tidak terjadi ideal spt yang digambarkan. Dengan pemahaman konseptual spt itu ditujukan agar pembaca memahami mengapa skeptisisme yg sehat (keraguan) dapat diterima dalam proses tsb.
Lagipula kematangan / parami seseorang juga berbeda-beda sehingga pijakan awal dan kecepatan prosesnya juga berbeda.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Hikoza83

Quote from: Upaseno on 25 September 2007, 07:50:05 AM
"I. Faith stage---> II. Analytic stage -->III. Direct Experience ---> IV.Synthesis Stage"---Ini kan bisa terbolak-balik urutannya kalau di dunia nyata.  Ada yang ga pake Faith, tapi mengerti Dhamma juga.  Ada yang stop di Analytical saja, karena tidak mau experience.  Ada yang cuma Direct Experience aja, trus enlightened.  Ada yang langsung Synthesis stage aja langsung.
setuju, bhante.

semuanya kembali ke kebutuhan kita masing2.
mau gmn enaknya, yg tau kan kita sendiri.
kalo masi bingung biasanya dibimbing oleh Guru.
yg penting tujuan akhirnya tercapai, ga nyasar ke tempat lain... :P


By : Zen
Aku akan melaksanakannya dengan tubuhku,
Karena apa gunanya hanya membaca kata-kata belaka?
Apakah mempelajari obat-obatan saja
Dapat menyembuhkan yang sakit?
[Bodhicaryavatara, Bodhisattva Shantideva]