What do u think? Buat gw agak weird... Opinion pls.....

Started by June, 21 August 2008, 04:26:39 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

June

 _/\_

Beberapa hari, eh beberapa minggu yg lalu ada seorang bhante yang datang dari luar negri ke Medan untuk memberikan dhammadesana (sory kl spellingnya salah). Tidak jelas topiknya apa, tapi beginilah yang disampaikan.

Banyak umat Buddha yang salah mengerti bahwa hidup mereka merupakan buah kamma mereka, baik kamma baik maupun kamma buruk. Sebenarnya 98% dari hidup manusia bukan karena kamma-nya. Jika hidup merupakan buah kamma, maka waktu kita menyebrang jalan harusnya tidak usah lihat kiri-kanan lagi, kalo tertabrak ya kamma-nya lo.... Kl selamat ya juga karena kamma-nya.... Agak bingung nih, maksud bhante-nya apa y?  ~X(

Trus, bhantenya bilang lg. Bukankah sangat tidak adil bagi mereka yang melakukan pelimpahan jasa atau patidana. Jika kita melimpahkan jasa kepada leluhur kita yang telah meninggal, kemudian mereka merasa berbahagia atas pelimpahan jasa yang kita lakukan, namun setelah berbahagia dia melakukan perbuatan jahat lagi. Sang Buddha tidak pernah mengajarkan untuk melakukan pelimpahan jasa... Benarkah Sang Buddha tidak pernah mengajarkan tentang pelimpahan jasa?  ::)

Help... Please.... Saya kurang mengerti maksud dari dhammadesana bhante-nya ini apa?
Thank u.....

_/\_

Buddhist newsletter

Indra

Quote from: June on 21 August 2008, 04:26:39 PM

Banyak umat Buddha yang salah mengerti bahwa hidup mereka merupakan buah kamma mereka, baik kamma baik maupun kamma buruk. Sebenarnya 98% dari hidup manusia bukan karena kamma-nya. Jika hidup merupakan buah kamma, maka waktu kita menyebrang jalan harusnya tidak usah lihat kiri-kanan lagi, kalo tertabrak ya kamma-nya lo.... Kl selamat ya juga karena kamma-nya.... Agak bingung nih, maksud bhante-nya apa y?  ~X(

Ini ada benarnya, tapi saya ragu soal 98%, darimana dapat angka ini? kalau dibalik mungkin lebih masuk akal.

Quote
Trus, bhantenya bilang lg. Bukankah sangat tidak adil bagi mereka yang melakukan pelimpahan jasa atau patidana. Jika kita melimpahkan jasa kepada leluhur kita yang telah meninggal, kemudian mereka merasa berbahagia atas pelimpahan jasa yang kita lakukan, namun setelah berbahagia dia melakukan perbuatan jahat lagi. Sang Buddha tidak pernah mengajarkan untuk melakukan pelimpahan jasa... Benarkah Sang Buddha tidak pernah mengajarkan tentang pelimpahan jasa?  ::)


Ini jelas ngawur. Silahkan baca RAPB mengenai latar belakang dari Tirokudda Sutta dimana Sang Buddha mengajarkan pelimpahan jasa kepada Raja Bimbisara.


ryu

Quote from: June on 21 August 2008, 04:26:39 PM
_/\_

Beberapa hari, eh beberapa minggu yg lalu ada seorang bhante yang datang dari luar negri ke Medan untuk memberikan dhammadesana (sory kl spellingnya salah). Tidak jelas topiknya apa, tapi beginilah yang disampaikan.

Banyak umat Buddha yang salah mengerti bahwa hidup mereka merupakan buah kamma mereka, baik kamma baik maupun kamma buruk. Sebenarnya 98% dari hidup manusia bukan karena kamma-nya. Jika hidup merupakan buah kamma, maka waktu kita menyebrang jalan harusnya tidak usah lihat kiri-kanan lagi, kalo tertabrak ya kamma-nya lo.... Kl selamat ya juga karena kamma-nya.... Agak bingung nih, maksud bhante-nya apa y?  ~X(

Trus, bhantenya bilang lg. Bukankah sangat tidak adil bagi mereka yang melakukan pelimpahan jasa atau patidana. Jika kita melimpahkan jasa kepada leluhur kita yang telah meninggal, kemudian mereka merasa berbahagia atas pelimpahan jasa yang kita lakukan, namun setelah berbahagia dia melakukan perbuatan jahat lagi. Sang Buddha tidak pernah mengajarkan untuk melakukan pelimpahan jasa... Benarkah Sang Buddha tidak pernah mengajarkan tentang pelimpahan jasa?  ::)

Help... Please.... Saya kurang mengerti maksud dari dhammadesana bhante-nya ini apa?
Thank u.....

_/\_


Ada sebagian orang hampir memandang/menyamakan Karma itu dengan Takdir, yang katanya tidak bisa dirubah :)

Kalo pelimpahan jasa keknya lebih ke fungsinya deh sebaiknya dimengerti itu untuk mengembangkan diri juga yah bukan ke yang dilimpahkan jasanya :)

CMIIW :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

Law of Karma

Ajahn Brahm
Sunday, 12 September 2004

Kebanyakan orang Barat salah mengerti tentang hukum karma. Secara keliru mereka beranggapan bahwa hukum karma adalah fatalisme (doktrin yang beranggapan bahwa semua sudah ditentukan oleh takdir dan tak bisa dirubah), dimana seseorang ditakdirkan untuk menderita atas kejahatan yang tak diketahui pada kehidupan lampau yang telah terlupakan. Itu tidaklah benar, seperti yang akan diceritakan berikut ini.

Dua orang wanita membuat kue.

Wanita pertama memiliki bahan-bahan yang menyedihkan. Tepung putih tua yang sudah berlumut, sehingga gumpalan-gumpalan hijaunya harus dibuangi terlebih dahulu. Mentega yang diperkaya kolesterol yang sudah agak masam. Dia harus menyisihkan bongkahan-bongkahan berwarna coklat dari gula pasirnya (karena seseorang memakai sendok bekas mengaduk kopi) dan satu-satunya buah yang dipakainya adalah kismis purba, sekeras uranium bekas. Dan dapurnya bergaya "pra-perang dunia". Adapun mengenai perang dunia yang mana masih perlu diselidiki lebih lanjut.

Wanita kedua memiliki bahan-bahan terbaik. Tepung whole-wheat hasil cocok tanam organik, dijamin bukan hasil rekayasa genetik. Dia mempunyai margarine bebas kolesterol, gula pasir dan buah-buahan segar langsung dari kebun sendiri. Dan dapurnya adalah dapur paling mutakhir, dengan segala peralatan super modern.

Wanita yang manakah yang membuat kue yang paling enak?

Seringkali bukan orang yang memiliki bahan-bahan terbaik yang bisa membuat kue terbaik, namun ini merupakan masalah ketrampilan membikin kue daripada sekadar bahan-bahannya. Kadang-kadang orang dengan bahan-bahan yang menyedihkan mengerahkan segala usaha, perhatian dan cintanya untuk memanggang kuenya sehingga menghasilkan kue yang lezat. Itulah yang kita lakukan dengan bahan-bahan yang ada.

Saya mempunyai beberapa teman yang memiliki "bahan-bahan" yang menyedihkan dalam hidupnya: mereka lahir dalam kemiskinan, korban kekerasan terhadap anak, tidak pintar di sekolah, mungkin cacat dan tidak atletis. Tapi beberapa karakteristik yang dimilikinya "dipanggang" dengan begitu baik, sehingga menghasilkan kue yang begitu mengagumkan. Saya sangat mengagumi mereka. Dapatkah anda mengenali orang-orang seperti itu?

Saya juga mempunyai beberapa teman yang memiliki bahan-bahan terbaik untuk mengisi hidup mereka. Keluarga yang berkecukupan dan saling mencinta, mereka cerdas di sekolahan, berbakat dalam olahraga, berpenampilan menarik dan popular, namun mereka menyia-nyiakan masa mudanya dengan obat-obatan terlarang atau alkohol. Dapatkah anda mengenali orang-orang seperti itu?

Setengah dari karma adalah bahan-bahan yang kita miliki. Setengah sisanya, bagian yang paling menentukan, adalah apa yang kita lakukan dengan bahan-bahan tersebut dalam hidup ini.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

ryu

Tambahan, kalo mau baca artikel tentang Karma ini linknya :

KARMA
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Quote from: June on 21 August 2008, 04:26:39 PM
Banyak umat Buddha yang salah mengerti bahwa hidup mereka merupakan buah kamma mereka, baik kamma baik maupun kamma buruk. Sebenarnya 98% dari hidup manusia bukan karena kamma-nya. Jika hidup merupakan buah kamma, maka waktu kita menyebrang jalan harusnya tidak usah lihat kiri-kanan lagi, kalo tertabrak ya kamma-nya lo.... Kl selamat ya juga karena kamma-nya.... Agak bingung nih, maksud bhante-nya apa y?  ~X(
benih (karma) juga masih memerlukan kondisi lain agar bisa tumbuh kan? mis: sinar matahari, suhu, kelembaban, dll... mungkin maksudnya kira2 begitu... soal 98% ga tau deh ;D

Quote
Trus, bhantenya bilang lg. Bukankah sangat tidak adil bagi mereka yang melakukan pelimpahan jasa atau patidana. Jika kita melimpahkan jasa kepada leluhur kita yang telah meninggal, kemudian mereka merasa berbahagia atas pelimpahan jasa yang kita lakukan, namun setelah berbahagia dia melakukan perbuatan jahat lagi. Sang Buddha tidak pernah mengajarkan untuk melakukan pelimpahan jasa... Benarkah Sang Buddha tidak pernah mengajarkan tentang pelimpahan jasa?  ::)
menurut saya sih, perbuatan pelimpahan jasa didasari oleh niat ingin membahagiakan mahkluk lain. logikanya, si-pelimpah sedang menabur karma baik, sedangkan si penerima... benarkah ada penerima? ^-^
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

andry

Quote from: June on 21 August 2008, 04:26:39 PM
_/\_
Banyak umat Buddha yang salah mengerti bahwa hidup mereka merupakan buah kamma mereka, baik kamma baik maupun kamma buruk. Sebenarnya 98% dari hidup manusia bukan karena kamma-nya. Jika hidup merupakan buah kamma, maka waktu kita menyebrang jalan harusnya tidak usah lihat kiri-kanan lagi, kalo tertabrak ya kamma-nya lo.... Kl selamat ya juga karena kamma-nya.... Agak bingung nih, maksud bhante-nya apa y?  ~X(

IMO, mungkin arahnya kesini..
saya pernah lihat seorang ibu-ibu menyebrang jalan , sambil merekatkan tangannya didepan dada (beranjali) lalu saya lihat sambil komat-kamit , lalu menutupkan mata... trus nyebrang deh.. tanpa lihat kanan-kiri... buseeetttt ajaibnya ibu itu tak tertabrak. pada waktu itu lalu lintas lumayan macet.
atau, pandangan ini menghindarkan dari efek "pasrah" jadi orang tidak mau berbuat..
sebuah contoh kecil, mau kaya? rajinlah berdana...
dana aja terussss... tanpa bekerja... mungkinkah kaya? mungkin saja.. namun mungkin 1/100juta..kemungkinannya.. (CMIIW)

Quote from: June on 21 August 2008, 04:26:39 PM
Trus, bhantenya bilang lg. Bukankah sangat tidak adil bagi mereka yang melakukan pelimpahan jasa atau patidana. Jika kita melimpahkan jasa kepada leluhur kita yang telah meninggal, kemudian mereka merasa berbahagia atas pelimpahan jasa yang kita lakukan, namun setelah berbahagia dia melakukan perbuatan jahat lagi. Sang Buddha tidak pernah mengajarkan untuk melakukan pelimpahan jasa... Benarkah Sang Buddha tidak pernah mengajarkan tentang pelimpahan jasa?  ::)

Help... Please.... Saya kurang mengerti maksud dari dhammadesana bhante-nya ini apa?
Thank u.....

_/\_

satuju jeung akang ryu.. lebih ke diri kita pribadi seh..
namun masalah sang buddha pernah/tidak menganjurkan melakukan pelimpahan jasa, ya saya tidak tahu..
toh cerita2 sang buddha pun, ditulis oleh manusia.., (namun ini bukanlah pembenaran).
ya ambil positifnya saja lah.. selalu ingat akan keluarga/non keluarga yg telah meniggal.
Samma Vayama

ryu

KITA ADALAH
PENYELAMAT DIRI KITA SENDIRI
Sebagai seorang bhikkhu, kadang aku diminta datang untuk membacakan doa pada upacara kematian. Aku merasa kasihan pada mereka yang berduka tetapi kadang aku juga merasa tak berdaya karena ada banyak kerancuan mengenai peran seorang bhikkhu pada upacara kematian.
Suatu hari ada seorang wanita muda menghampiriku. Ayahnya telah meninggal dunia pagi itu, umurnya barn 42 tahun. Wanita itu memohon kepadaku dalam bahasa Hokkian: "Tolong lai liam keng, khuih for hor wah-eh-pah." Artinya: "Tolong datang dan bacakan doa. Bukalah jalan bagi ayahku." Dengan mengumpulkan rasa kasih sayangku, aku memandangnya. Aku dapat merasakan kebingungan dan penderitaannya. Umurnya pasti sekitar 20-an tahun, pikirku, dan dia adalah anak perempuan yang sah dari almarhum. Dalam hati aku berkata kepada diriku sendiri: "Oh, bagaimana caranya aku membuka jalan bagi seseorang. Jalan khayalan apa yang akan kuukirkan di udara untuk dilalui oleh jiwa ayahnya yang juga hanya imajinasi? Bagaimana aku dapat memberitahu wanita muda yang sedang sedih dan kalut ini bahwa tidak ada jalan seperti yang mungkin telah dibayangkannya."
Sang Buddha pernah mengalami hal seperti ini dan bagaimana Beliau menganggapinya? Nah, suatu hari seorang lelaki muda menghampiri dan bertanya kepada Sang Buddha: "Oh Buddha, ayahku telah meninggal. Mohon datang dan bacakan doa untuknya. Bangkitkanlah jiwanya sehingga dia dapat masuk surga. Para Brahmana melakukan ritual demikian tetapi Kau Buddha jauh lebih hebat daripada mereka. Jika Kau melakukannya, jiwa ayahku pastilah akan langsung terbang menuju surga."
Sang Buddha menjawab: "Baiklah. Pergilah ke pasar dan bawakan aku dua buah pot yang terbuat dari tanah Liat dan sejumlah mentega." Lelaki muda tersebut sangat gembira karena Sang Buddha bersedia melakukan keajaiban untuk menyelamatkan jiwa ayahnya. Dia bergegas ke kota dan mendapatkan apa yang diminta. Kemudian Sang Buddha memberikan instruksi kepadanya: "Masukkanlah mentega itu di satu pot dan di pot lainnya diisi dengan batu-batuan. Kemudian lemparkanlah ke dua pot tersebut ke dalam kolam." Lelaki itu melakukan apa yang diminta, dan ke dua pot tenggelam ke dasar kolam. Kemudian Sang Buddha melanjutkan: "Sekarang ambillah sebuah tongkat dan pukullah pot-pot di dasar kolam tersebut." Lelaki itu melakukan apa yang disuruh Sang Buddha. Pot-pot tersebut pecah dan mentega di dalamnya saking ringannya mengambang, sementara batu-batu karena beratnya, tetap di tempatnya di dasar kolam.
Kemudian Sang Buddha berkata: "Sekarang cepat, pergi dan kumpulkanlah seluruh pendeta. Katakan kepada mereka untuk datang dan berdoa sehingga mentega itu dapat turun dan batu-batu itu dapat mengambang." Lelaki muda menatap Sang Buddha, terkejut. "Sang Buddha," katanya, "Kau main-main. Tentu saja kau tidak dapat mengharapkan mentega yang ringan tenggelam dan batubatu yang berat mengambang. Itu adalah melawan hukum alam."
Sang Buddha tersenyum dan berkata: "Demikianlah, anakku, tidakkah kau sadari bahwa ayahmu telah menjalani hidup dengan baik, dan perbuatannya akan menjadi seringan mentega itu, jadi tidak peduli apapun, dia akan masuk surga. Tak seorang pun yang dapat menghalanginya, bahkan tidak juga Aku. Karena tidak seorang pun dapat melawan hukum alam kamma. Namun jika ayahmu telah menjalani hidup yang buruk, maka seperti batu-batu yang berat tadi, dia akan jatuh ke neraka. Tidak peduli banyaknya doa yang dibacakan para pendeta yang luar biasa dari seluruh dunia pun dapat menyebabkan hal itu terjadi sebaliknya."
Lelaki muda itu mengerti. Dia mengkoreksi konsepnya yang salah dan berhenti berkeliling meminta hal yang tidak mungkin. Contoh perumpamaan dari Sang Buddha ini telah menyadarkan kita akan satu hal: Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan kita, terlebih lagi setelah kita mati. Sesuai dengan hukum kamma, kita adalah pemilik perbuatan kita sendiri, pewaris perbuatan kita sendiri. Perbuatan kita adalah harta kita yang sesungguhnya. Mereka adalah penyelamat kita yang sesungguhnya, keluarga kita yang sesungguhnya. Mereka adalah rahim dari mana kita timbul. Ketika kita meninggal, kita tidak dapat membawa satu Ben pun bersama kita atau harta milik pribadi lainnya. Tidak juga orang yang kita cintai dapat menemani kita. Sama seperti ketika kita datang sendiri sesuai dengan kamma kita, kita harus pergi sendiri. Jika kita telah mengerti hukum karma dengan baik, maka kita akan menghargai betapa pentingnya menjalani hidup dengan baik selagi kita masih hidup. Karena jika menunggu sampai kita mati, akan sudah terlambat. Tak banyak yang dapat dilakukan pada saat itu.

Dari Loving & Dying Dhammacita link e-book
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

June

Quote from: morpheus on 21 August 2008, 04:45:33 PM
Setengah dari karma adalah bahan-bahan yang kita miliki. Setengah sisanya, bagian yang paling menentukan, adalah apa yang kita lakukan dengan bahan-bahan tersebut dalam hidup ini.

[at]  bro Morpheus _/\_ Mendalam banget maknanya....
[at]  bro Ryu  _/\_ juga Ceritanya bagus bngt.....

Trima kasih bngt buat smuanya, I understand....  _/\_

[at]  bro Indra... Cerita ttg Raja Bimbisara, sepertinya pernah dengar. Krn kmrn bhante jug ada blng. Later, i'll try to find from RAPB. Thanks  _/\_
Buddhist newsletter