Orang Brengsek Guru Sejati

Started by Yumi, 28 July 2008, 05:23:03 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Yumi

Entah apa dan di mana menariknya, Bank Indonesia amat senang
mengundang saya untuk menyampaikan presentasi dengan judul Dealing
With Difficult People.
Yang jelas, ada ratusan staf bank sentral ini yang demikian tertarik
dan tekunnya mendengar ocehan saya.
Motifnya, apa lagi kalau bukan dengan niat untuk sesegera mungkin jauh
dan bebas dari manusia-manusia sulit seperti keras kepala, suka
menghina, menang sendiri, tidak mau kerja sama, dll.

Di awal presentasi, hampir semua orang bernafsu sekali untuk membuat
manusia sulit j adi baik.
Dalam satu hal jelas, mereka yang datang menemui saya menganggap
dirinya bukan manusia sulit, dan orang lain di luar sana sebagian
adalah manusia sulit.

Namun, begitu mereka saya minta berdiskusi di antara mereka sendiri
untuk memecahkan persoalan kontroversial, tidak sedikit yang
memamerkan perilaku-perilaku manusia sulit.

Bila saya tunjukkan perilaku mereka; seperti keras kepala, menang
sendiri, dll dan kemudian saya tanya apakah itu termasuk perilaku
manusia sulit, sebagian dari mereka hanya tersenyum kecut.

Bertolak dari sinilah, maka sering saya menganjurkan untuk
membersihkan kaca mata terlebih dahulu, sebelum melihat orang lain.

Dalam banyak kasus, karena kita tidak sadar dengan kotornya kaca mata
maka orangpun kelihatan kotor.

Dengan kata lain, sebelum menyebut orang lain sulit, yakinlah kalau
bukan Anda sendiri yang sulit.

Karena Anda amat keras kepala, maka orang berbeda pendapat sedikit
saja pun jadi sulit.

Karena Anda amat mudah tersinggung, maka orang yang tersenyum sedikit
saja sudah membuat Anda jadi kesal.

Nah, pembicaraan mengenai manusia sulit hanya boleh dibicarakan dalam
keadaan kaca mata bersih dan bening.

Setelah itu, saya ingin mengajak Anda masuk ke dalam sebuah pemahaman
tentang manusia sulit.

Dengan meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah
guru kehidupan, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah
manusia-manusia super sulit.

Terutama karena beberapa alasan.

Pertama, manusia super sulit sedang mengajari kita dengan menunjukkan
betapa menjengkelkannya mereka.

Bayangkan, ketika orang-orang ramai menyatukan pendapat, ia mau menang
sendiri.

Tatkala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan
menghina orang lain.

Semakin sering kita bertemu orang-orang seperti ini, sebenarnya kita
sedang semakin diingatkan untuk tidak berperilaku sejelek dan
sebrengsek itu.

Saya berterimakasih sekali ke puteri Ibu kost saya yang amat kasar dan
suka menghina dulu.

Sebab, dari sana saya pernah berjanji untuk tidak mengizinkan
putera-puteri saya sekasar dia kelak.

Sekarang, bayangan tentang anak kecil yang kasar dan suka menghina,
menjadi inspirasi yang amat membantu pendidikan anak-anak di rumah.

Sebab, saya pernah merasakan sendiri betapa sakit hati dan tidak
enaknya dihina anak kecil.

Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita
jadi orang sabar.

Sebagaimana sering saya ceritakan, badan dan jiwa ini seperti karet.

Pertama ditarik melawan, namun begitu sering ditarik maka ia akan
longgar juga.

Dengan demikian, semakin sering kita dibuat panas kepala,
mengurut-urut dada, atau menarik nafas panjang oleh manusia super
sulit, itu berarti kita sedang menarik karet ini ( baca : tubuh dan
jiwa ini ) menj adi lebih longgar ( sabar ).

Saya pernah mengajar sekumpulan anak-anak muda yang tidak saja amat
pintar, namun juga amat rajin mengkritik.

Setiap di depan kelas saya diuji, dimaki bahkan kadang dihujat.

Awalnya memang membuat tubuh ini susah tidur.

Tetapi lama kelamaan, tubuh ini jadi kebal.

Seorang anggota keluarga yang mengenal latar belakang masa kecil saya,
pernah heran dengan cara saya menangani hujatan-hujatan orang lain.

Dan gurunya ya itu tadi , manusia-manusia pintar tukang hujat di atas.

Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan.
Semakin sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia
sulit, ia akan menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya
kontribusinya.
Saya tidak mengecilkan peran sekolah bisnis, tetapi pengalaman
memimpin dan dipimpin oleh manusia sulit, sudah terbukti membuat
banyak sekali orang
menj adi pemimpin jempolan.

Rekan saya menj adi jauh lebih asertif setelah dipimpin lama oleh
purnawirawan jendral yang amat keras dan diktator.

Keempat, disadari maupun tidak manusia sulit sedang memproduksi kita
menj adi orang dewasa.

Lihat saja, berhadapan dengan tukang hina tentu saja kita memaksa diri
untuk tidak menghina balik.

Bertemu dengan orang yang berhobi menjelekkan orang lain tentu membuat
kita berefleksi, betapa tidak enaknya dihina orang lain.

Kelima, dengan sedikit rasa dendam yang positif manusia super sulit
sebenarnya sedang membuat kita j adi hebat.

Di masa kecil, saya termasuk orang yang dibesarkan oleh
penghina-penghina saya.

Sebab, hinaan mereka membuat saya lari kencang dalam belajar dan berusaha.

Dan kemudian, kalau ada kesempatan saya bantu orang-orang yang
menghina t adi .

Dan betapa besar dan hebatnya diri ini rasanya, kalau berhasil
membantu orang yang t adi nya menghina kita.

***
Sumber :

Orang Brengsek Guru Sejati,

oleh : Gede Prama
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

andry

Memang betulll...
namun prakteknya tak semudah teorinya..
Samma Vayama

FZ

Wah.. so lucky to read this..
Thanks 4 share

June

Thanks.... Very motivating......
Buddhist newsletter

only4u

Thanks for sharing :)

Best regards,
me, only a human

dh14n

sungguh artikel yg bermanfaat.... makasih banyak.
moga2 makin banyak artikel yg bermanfaat.
dan ulasan2 yg bermanfaat. hehe..
peace.

Pitu Kecil

Smile Forever :)

53121f4n71

this too will pass