belajar kedermawanan dari pengemis ( gempa china )

Started by andrew, 26 May 2008, 11:33:37 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

andrew

Minggu, 25 Mei 2008,
Donatur-Donatur Unik yang Menyumbang untuk Korban Gempa Tiongkok

Pengemis dan Tukang Semir pun Serahkan Seluruh Uangnya
Banyak kisah menyentuh di balik gempa bumi di Tiongkok yang membawa korban puluhan ribu nyawa. Dua di antaranya adalah kisah pengemis dan tukang semir sepatu yang merelakan uangnya untuk didonasikan bagi penanganan korban bencana.

Xu Chao adalah pengemis berusia 60 tahun. Meskipun bukan pegawai kantoran yang berpenghasilan tetap, "profesi" yang dilakoni itu tidak menghalangi dia untuk mengulurkan tangan membantu korban gempa di negerinya.

Untuk memberikan bantuan, dia pun tidak segan mendatangi langsung tempat pengumpulan dana di Nanjing, Provinsi Jiangsu. Dengan baju lusuh dan rambut panjang abu-abunya yang tidak terawat, dia datang beberapa kali ke tempat tersebut. Karuan saja, hal itu menjadi pemandangan istimewa.

Apa yang dilakukan Xu itu menunjukkan bahwa dia memiliki empati yang sangat tinggi terhadap para korban gempa. Kondisi yang jauh dari memadai itu pun tidak menghalangi niatnya untuk mendermakan pendapatannya.

Rangkaian donasi yang diberikan Xu diawali dengan CNY 5 (sekitar Rp 6.700), yang dimasukkannya di kotak sumbangan di Departemen Urusan Masyarakat. Hal itu dia lakukan pada Sabtu (17/5) pagi.

Sore harinya, dia kembali melakukan hal serupa. Kali ini jumlahnya jauh lebih besar. Yakni, CNY 100 (sekitar Rp 134 ribu). Sambil memasukkan sumbangan, mulut Xu menggumamkan, "Untuk para korban di wilayah bencana."

Niat tulusnya untuk membantu para korban bencana gempa bumi itu pun akhirnya membuat dia terkenal. Bahkan, Xu mendapatkan ucapan terima kasih.

Kedermawanannya itu pun segera mengundang perhatian media setempat. Sejak dia diulas di media, setiap orang yang menjumpainya di jalanan menunjukkan kekaguman dan rasa terima kasih mereka.

Selain itu, banyak pula pengunjung yang tergerak atas sikap pengemis sepuh tersebut. Mereka lalu memberinya sejumlah uang. Lalu, Xu pun langsung menyumbangkannya.

Kali ini, jumlahnya jauh lebih besar, yakni CNY 340 (sekitar Rp 455 ribu). "Kondisi yang dialami para korban jauh lebih sulit dibandingkan saya. Jadi, saya ingin membantu mereka semampu saya," kata Xu tentang apa yang dilakukannya.

Hal serupa dilakukan seorang wanita yang mempunyai pekerjaan sebagai penyemir sepatu di kota Shuangfeng, Provinsi Hunan. Dia pun rela menyumbangkan seluruh penghasilannya seharian. Yakni, CNY 182 (sekitar Rp 243 ribu). "Ini bukan kali pertama saya lihat dia memasukkan uang ke kotak sumbangan. Saya tidak tahu pasti, tapi paling tidak, dia telah sepuluh kali melakukannya," ujar Wang Yang, pimpinan Departemen Amal di Shuangfeng.

Pagi harinya, wanita yang mangkal di dekat tempat pengumpulan sumbangan itu memasukkan CNY 60 (sekitar Rp 80 ribu). Lalu, dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Setiap menyemir sepasang sepatu, wanita itu mendapatkan CNY 1 (sekitar Rp 1.300) atau CNY 2 (sekitar Rp 2.600). Dan setiap mendapatkan CNY 20 (sekitar Rp 26.000), dia lalu meninggalkan "pos"-nya dan antre untuk memasukkan sumbangannya ke dalam kotak. Hal itu terjadi berkali-kali.

Kisah-kisah emosional seperti itu banyak terjadi di seluruh penjuru negeri itu pasca terjadinya gempa bumi. Kisah lain, kata Wang, dilakukan 30 orang sepuh yang tinggal di panti jompo. Mereka menyumbangkan CNY 1.120 (sekitar Rp 1,5 juta). "Padahal, mereka pun hidup dalam kemiskinan dan membutuhkan bantuan," kata Wang.

Mereka yang berkantong tebal pun tidak ketinggalan merogoh koceknya untuk memberikan bantuan. Misalnya, seorang pria paro baya yang berumur 40-an tahun. Dia menyumbangkan uang tunai CNY 50 ribu (sekitar Rp 67 juta).(Chinadaily/dia/ruk)

http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=343372

Fudotakika

#1
Ini juga saya langsung menyaksikan sendiri pada saat saya berjalan di pedestrian kota shenzhen, gak jauh dari tempat saya tinggal, di seberang rumah ada sekolahan anak anak setingkat SD. Anak2 membentuk team 5-8 orang, tiap berapa team diawasi oleh 1 guru, rame rame mengumpulkan barang di tong sampah umum, yang bisa di daur ulang. Dengan memakai penutup mulut dan sarung tangan karet, mereka kumpulin dan sisihkan, botol minum bekas, koran bekas dan kaleng minuman bekas. Tujuannya, untuk dijual jadikan duit, dan duit itu mereka sumbangkan semuanya buat korban gempa Wenzhuan. Ini memang gak susah dilakukan, karena tempat sampah di sini udah dipisahkan antara recycleable ato non-recycleable. Saya tanyakan ke guru pengawasnya, ini kegiatan resmi yang dianjurkan sekolah ato apa? Guru mereka menjawab, oh, ini atas inisiatif mereka sendiri. Pada saat saya bertanya ke mereka, apakah gak susah? di bawah terik matahari dan tong sampah bau begitu? Anak anak jawabnya, ' gak susah, sama sekali ga susah, mereka temen temen di lokasi bencana, jauh lebih susah dari kita, kita cuman bisa bantu sebatas ini, seandainya kita lebih dewasa, pasti akan langsung mengulurkan tangan sendiri buat mereka.'

Contoh laen, 1 1/2 jam setelah gempa, perdana menteri Wen Jia Bao langsung memimpin 50,000 tentara, dari berbagai penjuru, terbang ke lokasi gempa, 1 pesawat kargo isi bala bantuan, juga ikut terbang ke lokasi, herannya, cepat sekali mereka menyiapkan bahan bantuan seperti tenda, makanan dan alat alat medis

Terakhir saya liat di tv, korban gempa yang anak anak...mereka udah didirikan tempat sekolah sementara, jauh lebih memadai dari sekolah SD di indo yang saya baca berita roboh sana roboh sini. Seluruh pekerja di pabrik pembuatan tenda rela kerja lembur buat siapin tenda ke lokasi bencana.

Dan ternyata, banyak sekali peralatan Made in China yang canggih canggih..cari korban gempa pun pake life detector. :))

Jadi terharu...Terpikir lagi, saya orang Indonesia, lahir dan besar di Indonesia, gak pernah ada anak anak orang kaya di negara sendiri yang begitu menaruh perhatian ke teman teman mereka pada saat bencana melanda Indonesia.. Kemungkinanb esar pun, dana dan bahan bantuan itu di-korup...
Bahkan Presiden RI sendiri pun hanya mengirimkan pesan belasungkawa. Beda banget deh dengan negara yang ditanamkan nasionalisme tinggi... komunis sih komunis. tapi rasa persaudaraan mereka tinggi.. bahkan jauh lebih tinggi dari 'persaudaraan agama'  ;D

_/\_
THE WORLD IS JUST AWESOME

F.T

Walau Komunis, Mereka pun mempunyai hati nurani, dan mereka ikut tersentuh melihat penderitaan sesamanya ... :jempol: Don't look the book just from the Cover - Tukul Arwana MSC MSD MCD :))



Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

hartono238

tidak heran kalau itu di china, karena mereka prinsip sama rata sama rasa, jangankan gempa dichina, waktu tsunami di indonesia pun mereka berlomba lomba sumbang untuk indonesia, itu sy tahu dari cerita teman teman sy disana, waktu tsunami di indonesia, di shanghai para supir diwajibkan sumbang satu orang RMB 100,-,

hoops, china ? nanti ada yg protes, tiongkok maksud sy :)

F.T

wah sumbangan ke aceh ? :hammer:, sampai sekarang sumbangan aceh entah dimana .. Hanya sebagian saja kota aceh yang di bangun, masih banyak yang terlantar padahal dana sumbangan mencapai Trilyunan. hm...


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] [url="//yahoo.com"]yahoo.com[/url]

Edward

 [at]  Hartono
Sebetulanya term 'china' itu tidak masalah. Setahu saya , kata yang dianggap menghina adalah 'cina' yagn diambil dari bahasa Jepang, yang kalau kaga salah artinya 'manusia rendah'
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Riky_dave

Saya tidak bercomment...
Biarlah waktu yg membayar setiap "kebajikkan" yg dilakukan mereka...
Bukan oleh siapapun,tetapi biarkanlah waktu yg membuktikannya...
_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...