II. PENGINGATAN
11 (1) Mahānāma (1) <2214>
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di antara para penduduk Sakya Di Kapilavatthu di Taman Pohon Banyan. Pada saat itu sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah untuk Sang Bhagavā, dengan berpikir bahwa setelah jubah selesai, di akhir tiga bulan [masa kediaman musim hujan], Sang Bhagavā akan melakukan perjalanan. Mahānāma orang Sakya yang mendengar hal ini mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepadanya:
“Bhante, aku mendengar: ‘Sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah untuk Sang Bhagavā, dengan berpikir bahwa setelah jubah selesai, di akhir tiga bulan [masa kediaman musim hujan], Sang Bhagavā akan melakukan perjalanan.’ Bhante, dengan segala kesibukan kami, bagaimanakah kami harus berdiam?”<2215> [329]
“Bagus, bagus, Mahānāma! Adalah selayaknya bagimu seorang anggota keluarga untuk mendatangi Sang Tathāgata dan bertanya: ‘Bhante, dengan segala kesibukan kami, bagaimanakah kami harus berdiam?’
(1) “Mahānāma, seorang yang berkeyakinan berhasil, bukan seorang yang tanpa keyakinan. (2) Seorang yang bersemangat berhasil, bukan seorang yang malas. (3) Seorang yang dengan perhatian ditegakkan berhasil, bukan seorang yang berpikiran-kacau. (4) Seorang yang terkonsentrasi berhasil, bukan seorang yang tidak terkonsentrasi. (5) Seorang yang bijaksana berhasil, bukan seorang yang tidak bijaksana. setelah menegakkan kelima kualitas ini dalam dirimu, engkau lebih jauh lagi harus mengembangkan enam hal.
(6) “Di sini, Mahānāma, engkau harus mengingat Sang Tathāgata sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, berbahagia, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat Sang Tathāgata, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada Sang Tathāgata. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus mendapatkan inspirasi dalam makna, mendapatkan inspirasi dalam Dhamma, mendapatkan kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Ketika ia gembira, maka sukacita muncul. Pada seorang yang pikirannya bersukacita, jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Ini disebut seorang siswa mulia yang berdiam dalam keseimbangan di tengah-tengah populasi yang tidak seimbang, yang berdiam tanpa menderita di tengah-tengah populasi yang menderita. Sebagai seorang yang telah memasuki arus Dhamma, ia mengembangkan pengingatan pada Sang Buddha.
(7) “Kemudian, Mahānāma, engkau harus mengingat Dhamma sebagai berikut: ‘Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagavā, terlihat langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat Dhamma, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, [330] kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada Dhamma. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus mendapatkan inspirasi dalam makna, mendapatkan inspirasi dalam Dhamma, mendapatkan kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Ketika ia gembira, maka sukacita muncul. Pada seorang yang pikirannya bersukacita, jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Ini disebut seorang siswa mulia yang berdiam dalam keseimbangan di tengah-tengah populasi yang tidak seimbang, yang berdiam tanpa menderita di tengah-tengah populasi yang menderita. Sebagai seorang yang telah memasuki arus Dhamma, ia mengembangkan pengingatan pada Dhamma.
(8 ) Kemudian, Mahānāma, engkau harus mengingat Saṅgha sebagai berikut: ‘Saṅgha para siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang baik, mempraktikkan jalan yang lurus, mempraktikkan jalan yang benar, mempraktikkan jalan yang selayaknya; yaitu empat pasang makhluk, delapan jenis individu - Saṅgha para siswa Sang Bhagavā ini layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima penghormatan, lahan jasa yang tiada taranya di dunia.’ ’ Ketika seorang siswa mulia mengingat Saṅgha, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada Saṅgha. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus mendapatkan inspirasi dalam makna, mendapatkan inspirasi dalam Dhamma, mendapatkan kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Ketika ia gembira, maka sukacita muncul. Pada seorang yang pikirannya bersukacita, jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Ini disebut seorang siswa mulia yang berdiam dalam keseimbangan di tengah-tengah populasi yang tidak seimbang, yang berdiam tanpa menderita di tengah-tengah populasi yang menderita. Sebagai seorang yang telah memasuki arus Dhamma, ia mengembangkan pengingatan pada Saṅgha.
(9) “Kemudian, Mahānāma, engkau harus mengingat perilaku bermoralmu sendiri sebagai tidak rusak, tanpa cacat, tanpa noda, tanpa bercak, membebaskan, dipuji oleh para bijaksana, tidak digenggam, mengarah pada konsentrasi. Ketika seorang siswa mulia mengingat perilaku bermoralnya, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau [331] delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada perilaku bermoral. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus mendapatkan inspirasi dalam makna, mendapatkan inspirasi dalam Dhamma, mendapatkan kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Ketika ia gembira, maka sukacita muncul. Pada seorang yang pikirannya bersukacita, jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Ini disebut seorang siswa mulia yang berdiam dalam keseimbangan di tengah-tengah populasi yang tidak seimbang, yang berdiam tanpa menderita di tengah-tengah populasi yang menderita. Sebagai seorang yang telah memasuki arus Dhamma, ia mengembangkan pengingatan pada perilaku bermoral.
(10) “Kemudian, Mahānāma, engkau harus mengingat kedermawananmu sendiri sebagai berikut: ‘Sungguh keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa dalam populasi yang dikuasai oleh noda kekikiran, aku berdiam di rumah dengan pikiran yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam pelepasan, menekuni derma, bersenang dalam memberi dan berbagi.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat kedermawanannya, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada kedermawanan. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus mendapatkan inspirasi dalam makna, mendapatkan inspirasi dalam Dhamma, mendapatkan kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Ketika ia gembira, maka sukacita muncul. Pada seorang yang pikirannya bersukacita, jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Ini disebut seorang siswa mulia yang berdiam dalam keseimbangan di tengah-tengah populasi yang tidak seimbang, yang berdiam tanpa menderita di tengah-tengah populasi yang menderita. Sebagai seorang yang telah memasuki arus Dhamma, ia mengembangkan pengingatan pada kedermawanan.
(11) “Kemudian, Mahānāma, engkau harus mengingat para dewata sebagai berikut: ‘Ada para deva [yang dipimpin oleh] empat raja deva, para deva Tāvatiṃsa, para deva Yāma, para deva Tusita, para deva yang bersenang dalam penciptaan, para deva yang mengendalikan ciptaan para deva lain, para deva kumpulan Brahmā, dan para deva yang lebih tinggi daripada para deva ini. Dalam diriku juga terdapat keyakinan seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, [332] mereka terlahir kembali di sana; dalam diriku juga terdapat perilaku bermoral … pembelajaran … kedermawanan … kebijaksanaan seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka terlahir kembali di sana.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat keyakinan, perilaku bermoral, pembelajaran, kedermawanan, dan kebijaksanaan dalam dirinya dan dalam diri para dewata itu, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada para dewata. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus mendapatkan inspirasi dalam makna, mendapatkan inspirasi dalam Dhamma, mendapatkan kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Ketika ia gembira, maka sukacita muncul. Pada seorang yang pikirannya bersukacita, jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Ini disebut seorang siswa mulia yang berdiam dalam keseimbangan di tengah-tengah populasi yang tidak seimbang, yang berdiam tanpa menderita di tengah-tengah populasi yang menderita. Sebagai seorang yang telah memasuki arus Dhamma, ia mengembangkan pengingatan pada para dewata.”
12 (2) Mahānāma (2)
[Pembukaan seperti pada 11:11, hingga:] [333]
setelah menegakkan kelima kualitas ini dalam dirimu, engkau lebih jauh lagi harus mengembangkan enam hal.
(6) “Di sini, Mahānāma, engkau harus mengingat Sang Tathāgata sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah … Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat Sang Tathāgata, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada Sang Tathāgata. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus mendapatkan inspirasi dalam makna, mendapatkan inspirasi dalam Dhamma, mendapatkan kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Ketika ia gembira, maka sukacita muncul. Pada seorang yang pikirannya bersukacita, jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Mahānāma, engkau harus mengembangkan pengingatan pada Sang Buddha ini ketika sedang berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring. Engkau harus mengembangkannya ketika sedang melakukan pekerjaan dan ketika sedang berada di rumah yang penuh dengan anak-anak. [334]
(7) “Kemudian, Mahānāma, engkau harus mengingat Dhamma … (8 ) … Saṅgha … (9) … perilaku bermoralmu sendiri … (10) … kedermawananmu sendiri … (11) … para dewata sebagai berikut … Ketika seorang siswa mulia mengingat keyakinan, perilaku bermoral, pembelajaran, kedermawanan, dan kebijaksanaan dalam dirinya dan dalam diri para dewata itu, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada para dewata. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus mendapatkan inspirasi dalam makna, mendapatkan inspirasi dalam Dhamma, mendapatkan kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Ketika ia gembira, maka sukacita muncul. Pada seorang yang pikirannya bersukacita, jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Mahānāma, engkau harus mengembangkan pengingatan pada para dewata ini ketika sedang berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring. Engkau harus mengembangkannya ketika sedang melakukan pekerjaan dan ketika sedang berada di rumah yang penuh dengan anak-anak.
13 (3) Nandiya
Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di antara penduduk Sakya di Kapilavatthu di Taman Pohon Banyan. Pada saat itu Sang Bhagavā hendak memasuki masa kediaman musim hujan di Sāvatthī. Nandiya orang Sakya mendengar hal ini kemudian [335] ia berpikir: “Aku juga akan memasuki masa kediaman musim hujan di Sāvatthī.<2216> Di sana aku akan melakukan urusan-urusanku dan dari waktu ke waktu pergi mengunjungi Sang Bhagavā.”
Kemudian Sang Bhagavā memasuki masa kediaman musim hujan di Sāvatthī. Nandiya orang Sakya juga memasuki masa kediaman musim hujan di Sāvatthī, di mana ia melakukan urusan-urusannya dan dari waktu ke waktu pergi mengunjungi Sang Bhagavā. Pada saat itu sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah untuk Sang Bhagavā, dengan berpikir bahwa setelah jubah selesai, di akhir tiga bulan [masa kediaman musim hujan], Sang Bhagavā akan melakukan perjalanan. Nandiya orang Sakya yang mendengar hal ini mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepadanya:
“Bhante, aku mendengar: ‘Sejumlah bhikkhu sedang membuat jubah untuk Sang Bhagavā, dengan berpikir bahwa setelah jubah selesai, di akhir tiga bulan [masa kediaman musim hujan], Sang Bhagavā akan melakukan perjalanan.’ Bhante, dengan segala kesibukan kami, bagaimanakah kami harus berdiam?”
“Bagus, bagus, Nandiya! Adalah selayaknya bagimu seorang anggota keluarga untuk mendatangi Sang Tathāgata dan bertanya: ‘Bhante, dengan segala kesibukan kami, bagaimanakah kami harus berdiam?’
(1) “Nandiya, seorang yang berkeyakinan berhasil, bukan seorang yang tanpa keyakinan. (2) Seorang yang bermoral berhasil, bukan seorang yang tidak bermoral. (3) Seorang yang bersemangat berhasil, bukan seorang yang malas. (4) Seorang yang dengan perhatian ditegakkan berhasil, bukan seorang yang berpikiran-kacau. (5) Seorang yang terkonsentrasi berhasil, bukan seorang yang tidak terkonsentrasi. (6) Seorang yang bijaksana berhasil, bukan seorang yang tidak bijaksana. setelah menegakkan keenam kualitas ini dalam dirimu, engkau lebih jauh lagi harus menegakkan perhatian secara internal sehubungan dengan lima hal.
(7) “Di sini, Nandiya, engkau harus mengingat Sang Tathāgata sebagai berikut: [336] ‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, berbahagia, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Demikianlah engkau harus menegakkan perhatianmu secara internal berdasarkan pada Sang Tathāgata.
(8 ) “Kemudian, Nandiya, engkau harus mengingat Dhamma sebagai berikut: ‘Dhamma telah dibabarkan dengan baik oleh Sang Bhagavā, terlihat langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.’ Demikianlah engkau harus menegakkan perhatianmu secara internal berdasarkan pada Dhamma.
(9) Kemudian, Nandiya, engkau harus mengingat teman-teman baik sebagai berikut: ‘Sungguh keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa aku memiliki teman-teman baik yang berbelas kasihan padaku, yang menginginkan kebaikanku, yang menasihati dan mengajariku.’ Demikianlah engkau harus menegakkan perhatianmu secara internal berdasarkan pada teman-teman baik.
(10) “Kemudian, Nandiya, engkau harus mengingat kedermawananmu sendiri sebagai berikut: ‘Sungguh keberuntungan dan nasib baik bagiku bahwa dalam populasi yang dikuasai oleh noda kekikiran, aku berdiam di rumah dengan pikiran yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam pelepasan, menekuni derma, bersenang dalam memberi dan berbagi.’ Demikianlah engkau harus menegakkan perhatianmu secara internal berdasarkan pada kedermawanan.
(11) “Kemudian, Nandiya, engkau harus mengingat para dewata sebagai berikut: ‘Para dewata itu yang telah terlahir kembali dalam tubuh ciptaan-pikiran dalam kumpulan para deva yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan tidak melihat apa pun dalam diri mereka yang masih harus dilakukan atau [apa pun yang perlu] ditingkatkan atas apa yang telah dilakukan,<2217>demikianlah para dewata itu yang telah terlahir kembali dalam tubuh ciptaan-pikiran dalam kumpulan para deva yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan.’<2218> [337] Demikianlah engkau harus menegakkan perhatianmu secara internal berdasarkan pada para dewata itu.
“Nandiya, seorang siswa mulia yang memiliki kesebelas kualitas ini meninggalkan kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat dan tidak mengambilnya. Seperti halnya sebuah kendi yang dibalikkan tidak menerima kembali air yang telah dituang ke luar, dan seperti halnya api yang tidak terkendali<2219> membakar hutan kayu yang kering dan tidak mengembalikan apa yang telah dibakar, demikian pula, seorang siswa mulia yang memiliki kesebelas kualitas ini meninggalkan kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat dan tidak mengambilnya.”