News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Pembahasan Lobha Dosa Moha

Started by Rico Tsiau, 09 September 2011, 10:54:59 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: bawel on 10 September 2011, 06:02:38 PM
hm.. iya kira-kira seperti itu, saya juga ragu :P.
ketika avijja maka LDM pasti timbul, tapi ketika tidak avijja maka LDM mulai terkikis ;D.

saya juga sejalan dengan pemikiran ini... seharusnya avijja lebih luas spektrum-nya tidak hanya berkaitan dengan moha saja...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Rico Tsiau

#16
ternyata pembahasan LDM tidak sesederhana pemikiran awal saya yach?
banyak cakupan dan kaitan yang berhubungan dengannya.

saya coba bongkar sana sini dan tanya sama mbah dukun google, trus dikasih ini :
saya kutip dari sebuah web

Akusala Citta

Akusala citta adalah kesadaran / pikiran yang mengandung akusala hetu.

Di dalam Buddha Dhamma dikenal ada 6 hetu (akar), yaitu:

1. Kusala hetu 3: Alobha, Adosa, dan Amoha.
3. Akusala hetu 3: Lobha, Dosa, dan Moha.


Pengertian masing-masing hetu di dalam Paramattha Dhamma:

1. Alobha adalah sikap batin yang tidak melekat terhadap objek.
    Catatan: sikap batin tidak melekat terhadap objek bukan berarti menolak objek.
2. Adosa adalah sikap batin yang tidak menolak terhadap objek.
    Catatan: sikap batin tidak menolak terhadap objek bukan berarti melekat terhadap objek.
3. Amoha adalah sikap batin bijaksana / panna.
4. Lobha adalah sikap batin yang melekat terhadap objek.
5. Dosa adalah sikap batin yang menolak terhadap objek.
6. Moha adalah sikap batin yang tidak bijaksana, tak dapat membedakan kusala dan akusala, tak dapat
    berpegang teguh pada objek serta tak dapat menetapkan hati atas kebenaran.


Di dalam maha kusala citta, maha vipaka citta, dan maha kiriya citta, telah dibahas mengenai peran kusala hetu, yaitu alobha, adosa, dan amoha; dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Pada saat alobha muncul, pasti adosa juga muncul bersama (kedua sikap batin ini muncul selalu muncul bersama di dalam citta yang sama). Sebagai contoh: pada saat seorang sedang memaafkan (adosa) pasti saat itu ia tidak melekat (alobha).
Pada saat alobha dan adosa muncul, belum tentu disertai Amoha. Sebagai contoh: pada saat seorang sedang memaafkan (adosa) dan tidak melekat (alobha) belum tentu berhubungan dengan pengetahuan benar (belum tentu orang itu mengerti hakekat perbuatannya itu).
Pada saat pikiran / kesadaran tidak berhubungan dengan pengetahuan benar, tidaklah berarti pikiran / kesadaran itu memiliki pandangan keliru.


Di dalam akusala citta, maka hetu yang terlibat (akusala hetu) berperan dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut:

Pada saat lobha muncul, pasti adosa tidak muncul bersama.
Pada saat lobha muncul, pasti moha muncul bersama.
Pada saat dosa muncul, pasti moha muncul bersama


Jenis Akusala citta:

Lobha-mula-citta, yaitu kesadaran / pikiran akusala yang dipimpin oleh lobha
Dosa-mula-citta, yaitu kesadaran / pikiran akusala yang dipimpin oleh dosa
Moha-mula-citta, yaitu kesadaran / pikiran akusala yang dipimpin oleh moha


Terdapat delapan jenis lobha-mula-citta , yaitu:

No.   Disertai perasaan     Persekutuan dengan           Spontan / Dgn. ajakan
        (vedana)                    Pandangan keliru

1.   Senang                    Dengan pandangan keliru   Spontan
2.   Senang                    Dengan pandangan keliru   Dengan ajakan
3.   Senang                    Tanpa pandangan keliru           Spontan
4.   Senang                    Tanpa pandangan keliru           Dengan ajakan
5.   Netral                    Dengan pandangan keliru   Spontan
6.   Netral                    Dengan pandangan keliru   Dengan ajakan
7.   Netral                    Tanpa pandangan keliru           Spontan
8.   Netral                    Tanpa pandangan keliru           Dengan ajakan

Contoh nomor 1: Dengan perasaan senang dan spontan, pikiran seorang anak menyebabkan memakan bakso dengan lahap, dengan pandangan bahwa perbuatannya ini bukan kamma buruk.

Contoh nomor 3: Dengan perasaan senang dan spontan, pikiran seorang anak menyebabkan memakan bakso dengan lahap.

Perhatikan:

Satu pikiran / kesadaran lobha yang disertai perasaan senang akan memberikan efek / akibat lebih berat dibandingkan dengan yang disertai perasaan netral
Satu pikiran / kesadaran lobha yang bersekutu dengan pandangan keliru akan memberikan efek / akibat lebih berat dibandingkan dengan tidak bersekutu dengan pandangan keliru
Satu pikiran / kesadaran lobha yang muncul spontan akan memberikan efek / akibat lebih berat dibandingkan dengan yang muncul dengan ajakan.


Setelah kita membahas mengenai pikiran / kesadaran lobha dan jika diperbandingkan dengan pikiran maha kusala / maha vipaka dan maha kiriya, maka perlu kita perhatikan beberapa hal sebagai berikut:

Perasaan senang dapat muncul baik di dalam kusala citta maupun di dalam akusala citta. Jadi perasaan senang tidak selalu bersifat kusala.
Perasaan senang patut dikembangkan apabila menyertai pikiran / kesadaran kusala, sedangkan perasaan senang tidak patut dikembangkan apabila menyertai pikiran / kesadaran akusala.
Apabila terpaksa berpikiran lobha, maka harus berupaya agar kecenderungan pikiran lobha tersebut hanya disertai perasaan netral, jadi tidak bergembira di dalam berpikiran lobha.
Contoh kasus: Ketika bangun pagi, terdengar suara burung bersiul. Amir (bukan nama sebenarnya) tersenyum mendengar suara burung bersiul tersebut dengan pandangan bahwa kamma burung tersebut telah menyebabkan burung tersebut gembira. Namun, Amat (juga bukan nama sebenarnya) tersenyum mendengar suara burung bersiul tersebut dengan pandangan betapa senangnya menikmati pagi hari yang indah ceria itu. Kedua orang itu memiliki pikiran yang disertai perasaan senang, namun kualitas pikiran / kesadarannya tersebut berbeda. Amir berpikiran kusala dan disertai dengan pandangan benar, sedangkan Amat berpikiran akusala.



Jenis-jenis senyum dan tertawa
Dari perasaan senang, maka mengkondisikan senyuman atau tertawa. Senyuman atau tertawa dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan tingkatan batin seseorang, yaitu:

Sita = senyuman tidak terlihat gigi dari seorang Buddha
Hasita = senyuman terlihat gigi, yang mungkin dialami oleh Arahat, Anagami, Sakadagami, Sotapana dan mahluk awam
Vihasita = tertawa dengan suara perlahan dari Anagami, Sakadagami, Sotapana dan mahluk awam.
Atihasita = tertawa dengan suara besar dari Sakadagami, Sotapana dan mahluk awam.
Apahasita = tertawa sampai badan berguncang dari mahluk awam.
Upahasita = tertawa sampai mengeluarkan air mata dari mahluk awam.


Penyebab yang mengkondisikan lobha-mula-citta:

Tumimbal lahir dengan kekuatan kamma yang memiliki lobha sebagai pengiring.
Meninggal dari alam yang dominan diliputi lobha.
Selalu dapat mencerap objek yang baik.
Dapat mengalami objek yang menjadi kesenangannya.


Penyebab yang mengkondisikan pandangan keliru:

Mempunyai kebiasaan berpandangan keliru
Suka bergaul dengan mahluk / orang yang selalu berpandangan keliru.
Tidak suka belajar Dhamma.
Suka berpikir pada hal yang keliru.
Tidak mempertimbangkan objek secara seksama dan sesuai keadaan yang sesungguhnya.


copas dari : http://www.buddhistonline.com/dsgb/ad09.shtml