kisah perjalanan pertapaan sangg buddha kenapa banyak versi?

Started by wang ai lie, 13 May 2011, 10:47:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

wang ai lie

mana yang benar ya? pertanyaan ini timbul setelah posting di tread sebelah dan di beritahu adanya kesalahan, walaupun sepele mungkin bisa berakibat fatal. jadi saya ingin tanyakan versi seaslinya.

saya pernah mendapatkan kisah perjalanan sang buddha seperti ini:
[spoiler]http://id.wikipedia.org/wiki/Siddhartha_Gautama[/spoiler] 
[spoiler]http://silviana94indriani.wordpress.com/2008/10/23/sejarah-hidup-sidharta-gautama/[/spoiler]

Masa pengembaraan
Pangeram Siddharta mencukur rambutnya dan menjadi pertapa, relief Borobudur.
Patung Buddha dari Gandhara, abad ke-1 atau abad ke-2.

Didalam pengembaraannya, pertapa Gautama mempelajari latihan pertapaan dari pertapa Bhagava dan kemudian memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa Alara Kalama dan pertapa Udraka Ramputra. Namun setelah mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum ditemukan jawaban yang diinginkannya. Sehingga sadarlah pertapa Gautama bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan mencapai Pencerahan Sempurna. Kemudian pertapa Gautama meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke Magadha untuk melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruwela, di tepi Sungai Nairanjana yang mengalir dekat Hutan Gaya. Walaupun telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di Hutan Uruwela, tetap pertapa Gautama belum juga dapat memahami hakikat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.

Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seorang tua sedang menasihati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakan:
"    Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu.    "

Nasehat tersebut sangat berarti bagi pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa Gautama melanjutkan samadhinya di bawah pohon bodhi (Asetta) di Hutan Gaya, sambil ber-prasetya, "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan, tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna."

Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Beliau putus asa menghadapi godaan Mara, setan penggoda yang dahsyat. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan iman yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur.

Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Sammasam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Raya di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut kalender lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM). Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Sang Siddharta memancar enam sinar Buddha (Buddharasmi) dengan warna biru yang berarti bhakti; kuning mengandung arti kebijaksanaan dan pengetahuan; merah yang berarti kasih sayang dan belas kasih; putih mengandung arti suci; jingga berarti giat; dan campuran kelima sinar tersebut.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8965.0

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6525.0

Saat kesehatan Petapa Gotama sudah pulih, ia kembali melakukan pertapaannya. Petapa Gotama merenungkan tentang cara-caranya selama ini, dan berusaha untuk mencari jalan yang benar agar dapat menemukan cara menghindari usia tua, sakit dan mati. Ketika ia sedang merenungkan hal ini, lewatlah serombongan penari ronggeng yang berjalan sambil berbincang-bincang. Salah satu dari penari ronggeng itu kemudian berkata:

"Kalau kecapi dipetik terlalu keras, maka talinya akan putus sehingga lagunya hilang. Kalau dipetik terlalu lemah, maka suaranya tidak akan harmonis. Orang yang dapat memainkan kecapi dengan baik adalah orang yang dapat memetik kecapi dengan tepat, sehingga lagunya harmonis."

Mendengar ucapan salah satu penari ronggeng itu, Petapa Gotama mendapatkan pencerahan situasional.
Ia kemudian menemukan jalan yang akan diterapkan guna mencapai Penerangan Agung atau Pencerhana Sempurna. Kemudian Petapa Gotama pun menggunakan jalan tengah yang ia temukan untuk mencapai Pencerahan Sempurna itu.


mohon pencerahannya  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

adi lim

tidaklah heran, kisah ini sudah berlangsung +2500 tahun yang lalu,
para penulis pasti akan 'menambah/mengubah' versi agar terlihat 'berbeda' dan hal ini tidak bisa dicegah.

coba kita bandingkan dengan keadaan sekarang, jika ada 'sesuatu hal terjadi',
isu yang keluar yang muncul pasti banyak versi, sebelum ada pernyataan resmi dari sumber.

bagi yang masih ragu atau pemula bolehlah baca RAPB, bisa 'membantu' karena diceritakan cukup jelas dan bahasa yang mudah dimengerti
sumber RAPB adalah Tipitaka (nikaya + komentar).

BTP
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

kakao

koq kecapi?? perasaan gitar atau sitar deh?? ;D kecapi bukannya dari negri china???
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img][url="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif"]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[/url][img]

Mokau Kaucu

Quote from: kakao on 14 May 2011, 12:42:58 PM
koq kecapi?? perasaan gitar atau sitar deh?? ;D kecapi bukannya dari negri china???

Mungkin ( dugaan loh) tanah kelahiran penterjemahnya adalah tanah Sunda, maka dia menggunakan kata kecapi sebagai kata ganti sitar.

Kalau dia menggunakan kata Gitar, ntar dikira ronggengmya adalah Elvis Presley atau The Beatles.  :))
~Life is suffering, why should we make it more?~

seniya

Menurut Bhikkhu Bodhi dalam Kronologi Hidup Buddha, kisah perumpamaan kecapi tsb tidak ditemukan dalam Kanon Pali mana pun. Hanya ada dalam Mahavagga, Vinaya Pitaka, di mana Sang Buddha memberikan perumpamaan kecapi kepada Bhikkhu Sona Kolivisa yg berlatih terlalu keras. Dalam RAPB jg tidak ada kisah perumpamaan kecapi ini....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

ryu

tapi mau gimana lagi sepertinya sejarah lebih memilih versi sitar gini, dan sudah terlanjur pada percaya seperti ini.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

adi lim

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

waliagung

iyalah bahasa makin lama makin dal;am walapun sebenarnya itu-itu juga maksudnya
namanya perkembangan jaman hanya kalau dipikir lagi banyak tabrakan
baca intinya maka kita satu pemikiran bila baca kulitnya siap-siap pada ngotot heheheheheh