News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Apa yang dimaksud Avijjapaccaya sankhara?

Started by Peacemind, 25 April 2010, 08:27:01 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Peacemind

Sesuai dengan topik di atas, ada beberapa pertanyaan yang bisa dibahas yakni:

1. Apa yang dimaksud avijjā?
2. Apa yang dimaksud saṅkharā?
3. Mengapa avijjā menjadi kondisi (paccayā) munculnya saṅkharā?

Pembahasan di atas penting karena sangat relevan dengan praktik Dhamma. Hayo kita bahas!

7 Tails

avijja : kebodohan, delusi
suhu siapa yg menilai avijja ? dan bisa kasih contoh tentang nya

[spoiler]Btw aye :jempol: pertama[/spoiler]
korban keganasan

g.citra

Ikut kasih pendapat...

1. Avijjā yang saya tau adalah kegelapan batin atau saya lebih enak menyebutnya sebagai ketidak tahuan

2. Saṅkharā yang saya tau adalah bentuk pikiran atau saya lebih enak menyebutnya sabagai pergerakan pikiran

3. Dari sebab Avijjā (ketidaktahuan) inilah maka Saṅkharā (pergerakan pikiran) terus menerus mewarnai obyek sehingga obyek menjadi seolah-olah kehilangan 'warna sejatinya' ...

salam,

Peacemind

Hmm... apparently just two persons are interested with this topic. :) Anyway, dikomentari sendiri aja.

Pernah beberapa kali saya berdiskusi dengan salah seorang guru meditasi. Beliau sering kali mengatakan avijjāpaccayā saṅkharā - dikondisikan oleh  ketidak-tahuan, muncullah berbagai aktifitas batin. Avijjā secara sederhana adalah ketidak-tahuan terhadap Empat Kesunyataan Mulia dan terhadap karakteristik alam yakni ketidak-kekalan, penderitaan dan tanpa diri. Dengan kata lain, avijjā juga merupakan ketidak-tahuan terhadap sifat fenomena batin dan jasmani sesungguhnya. Karena ketidak-tahuan ini, seseorang selalu beraktifitas dan beraktifitas, melakukan perbuatan buruk maupun baik (pāpāpuñña) seperti seorang buta yang kadang berjalan di jalan benar, terkadang salah. Dalam kaitannya dengan meditasi, karena ketidak-tahuan ini, pikiran terus beraktifitas, berpikir, berimaginasi, terbawa oleh kecenderungan-kecenderungan laten dan selalu mencampuri (get involved) fenomena yang muncul. Hanya ketika seorang mulai tahu melalui pengalamannya sendiri bahwa pikiran2 dan kecenderungan2 demikian tidak pantas untuk dituruti dan dilekati setelah  berbasis pada pengetahuan bahwa mereka tidak kekal, penyebab penderitaan dan bukan milik, hanya pada saat itu, seseorang mulai melepaskan dan tidak melekat terhadap aktifitas2 batin tersebut. Secara natural, ia mulai melihat setiap fenomena yang muncul sebagai sekedar fenomena, sebagaimana adanya, tanpa harus mencampuri  fenomena tersebut. Ia melihat fenomena tersebut hanya sebagai sesuatu yang muncul dan lenyap tanpa terbawa di dalamnya untuk berpikir, berimaginasi atau berkonsep. Demikianlah, semakin pengetahuan atau pandangan benar muncul atau dengan kata lain semakin ketidak tahuan terkikis, semakin aktifitas batin (sankhara) akan meredam. Dengan demikian, suatu saat, ketika mencapai kesempurnaannya, sesuai dengan yang sering dikatakan oleh Sang Buddha, seseorang akan mencapai nibbāna, keadaan di mana semua sankhara teredam (sabbe saṅkarasamatha).

Mettacittena.

gajeboh angek

Terima kasih penjelasannya samanera.
Btw, kalau cuma 2 yang jawab, belum tentu yang lain tidak tertarik loh. Semoga cuma 2 yang reply tidak membuat patah arang dalam memberikan sesuatu.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Sumedho

bukan not interested sih, tapi pas sedang tidak pada waktu dan tempat yg pas :)

dalam SN 12.2: Paticca-samuppada-vibhanga Sutta: Analysis of Dependent Co-arising

Avijjāpaccayā, bhikkhave, saṅkhārā;


QuoteKatame ca, bhikkhave, saṅkhārā? Tayome, bhikkhave, saṅkhārā – kāyasaṅkhāro, vacīsaṅkhāro, cittasaṅkhāro. Ime vuccanti, bhikkhave, saṅkhārā.

"And what are fabrications? These three are fabrications: bodily fabrications, verbal fabrications, mental fabrications. These are called fabrications.

Quote''Katamā ca, bhikkhave, avijjā? Yaṃ kho, bhikkhave, dukkhe aññāṇaṃ, dukkhasamudaye aññāṇaṃ, dukkhanirodhe aññāṇaṃ, dukkhanirodhagāminiyā paṭipadāya aññāṇaṃ. Ayaṃ vuccati, bhikkhave, avijjā.
"And what is ignorance? Not knowing stress, not knowing the origination of stress, not knowing the cessation of stress, not knowing the way of practice leading to the cessation of stress: This is called ignorance.


tentang mengapa ignorance mengkondisikan sankhara yah karena ada kelahiran itu sendiri maka sankhara ada.
There is no place like 127.0.0.1

fabian c

Quote from: Peacemind on 25 April 2010, 06:47:00 PM
Hmm... apparently just two persons are interested with this topic. :) Anyway, dikomentari sendiri aja.

Pernah beberapa kali saya berdiskusi dengan salah seorang guru meditasi. Beliau sering kali mengatakan avijjāpaccayā saṅkharā - dikondisikan oleh  ketidak-tahuan, muncullah berbagai aktifitas batin. Avijjā secara sederhana adalah ketidak-tahuan terhadap Empat Kesunyataan Mulia dan terhadap karakteristik alam yakni ketidak-kekalan, penderitaan dan tanpa diri. Dengan kata lain, avijjā juga merupakan ketidak-tahuan terhadap sifat fenomena batin dan jasmani sesungguhnya. Karena ketidak-tahuan ini, seseorang selalu beraktifitas dan beraktifitas, melakukan perbuatan buruk maupun baik (pāpāpuñña) seperti seorang buta yang kadang berjalan di jalan benar, terkadang salah. Dalam kaitannya dengan meditasi, karena ketidak-tahuan ini, pikiran terus beraktifitas, berpikir, berimaginasi, terbawa oleh kecenderungan-kecenderungan laten dan selalu mencampuri (get involved) fenomena yang muncul. Hanya ketika seorang mulai tahu melalui pengalamannya sendiri bahwa pikiran2 dan kecenderungan2 demikian tidak pantas untuk dituruti dan dilekati setelah  berbasis pada pengetahuan bahwa mereka tidak kekal, penyebab penderitaan dan bukan milik, hanya pada saat itu, seseorang mulai melepaskan dan tidak melekat terhadap aktifitas2 batin tersebut. Secara natural, ia mulai melihat setiap fenomena yang muncul sebagai sekedar fenomena, sebagaimana adanya, tanpa harus mencampuri  fenomena tersebut. Ia melihat fenomena tersebut hanya sebagai sesuatu yang muncul dan lenyap tanpa terbawa di dalamnya untuk berpikir, berimaginasi atau berkonsep. Demikianlah, semakin pengetahuan atau pandangan benar muncul atau dengan kata lain semakin ketidak tahuan terkikis, semakin aktifitas batin (sankhara) akan meredam. Dengan demikian, suatu saat, ketika mencapai kesempurnaannya, sesuai dengan yang sering dikatakan oleh Sang Buddha, seseorang akan mencapai nibbāna, keadaan di mana semua sankhara teredam (sabbe saṅkarasamatha).

Mettacittena.
Sadhu... Sadhu... Sadhu... Samanera, tolong sampaikan sujud saya kepada beliau.  ^:)^

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Peacemind

Quote from: fabian c on 25 April 2010, 10:05:13 PM
Quote from: Peacemind on 25 April 2010, 06:47:00 PM
Hmm... apparently just two persons are interested with this topic. :) Anyway, dikomentari sendiri aja.

Pernah beberapa kali saya berdiskusi dengan salah seorang guru meditasi. Beliau sering kali mengatakan avijjāpaccayā saṅkharā - dikondisikan oleh  ketidak-tahuan, muncullah berbagai aktifitas batin. Avijjā secara sederhana adalah ketidak-tahuan terhadap Empat Kesunyataan Mulia dan terhadap karakteristik alam yakni ketidak-kekalan, penderitaan dan tanpa diri. Dengan kata lain, avijjā juga merupakan ketidak-tahuan terhadap sifat fenomena batin dan jasmani sesungguhnya. Karena ketidak-tahuan ini, seseorang selalu beraktifitas dan beraktifitas, melakukan perbuatan buruk maupun baik (pāpāpuñña) seperti seorang buta yang kadang berjalan di jalan benar, terkadang salah. Dalam kaitannya dengan meditasi, karena ketidak-tahuan ini, pikiran terus beraktifitas, berpikir, berimaginasi, terbawa oleh kecenderungan-kecenderungan laten dan selalu mencampuri (get involved) fenomena yang muncul. Hanya ketika seorang mulai tahu melalui pengalamannya sendiri bahwa pikiran2 dan kecenderungan2 demikian tidak pantas untuk dituruti dan dilekati setelah  berbasis pada pengetahuan bahwa mereka tidak kekal, penyebab penderitaan dan bukan milik, hanya pada saat itu, seseorang mulai melepaskan dan tidak melekat terhadap aktifitas2 batin tersebut. Secara natural, ia mulai melihat setiap fenomena yang muncul sebagai sekedar fenomena, sebagaimana adanya, tanpa harus mencampuri  fenomena tersebut. Ia melihat fenomena tersebut hanya sebagai sesuatu yang muncul dan lenyap tanpa terbawa di dalamnya untuk berpikir, berimaginasi atau berkonsep. Demikianlah, semakin pengetahuan atau pandangan benar muncul atau dengan kata lain semakin ketidak tahuan terkikis, semakin aktifitas batin (sankhara) akan meredam. Dengan demikian, suatu saat, ketika mencapai kesempurnaannya, sesuai dengan yang sering dikatakan oleh Sang Buddha, seseorang akan mencapai nibbāna, keadaan di mana semua sankhara teredam (sabbe saṅkarasamatha).

Mettacittena.
Sadhu... Sadhu... Sadhu... Samanera, tolong sampaikan sujud saya kepada beliau.  ^:)^

_/\_

Yap, nanti pas saya ke hutan tersebut di mana bhikkhu tersebut tinggal, saya akan menyampaikan sujud anda ke beliau.

Be happy.

Jerry

Bukannya cuman 2 orang tertarik, tapi karena waktu dan tempat yaitu akhir pekan, di mana ST paling sepi biasanya.. :D

1.Idem spt yang diutarakan teman2 di atas.
Selain ketidaktahuan terhadap Empat Kebenaran Mulia, di kesempatan lainnya Sang Buddha mengatakan avijja merupakan ketidaktahuan terhadap sebab-musabab yang saling bergantungan. Karena tidak tahu, maka orang lalu mengarahkan perenungan/perhatiannya pada hal-hal yang tidak tepat dan muncullah berbagai kondisi-kondisi atau proses-proses (sankhara) yang diawali oleh pandangan. Seperti apakah aku ada? Apakah aku tidak ada? dst.
N.B:Ketidaktahuan (avijja) tidak sama dengan kegelapan batin/delusi (moha) menurut saya. :)

2. Sankhara
Secara generalnya adalah rangkaian kondisi, rangkaian proses batin.

3. Sudah ada pada pendapat saya untuk nomer 1 di atas.

Sukhi hotu,
_/\_
appamadena sampadetha

gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Jerry

Ha? st? mksdnya ya spt pertanyaan2 "Apakah diri ada? tidak ada? Apakah dunia eternal? tidak eternal? Apakah tathagata ada setelah meninggal? tidak ada? dst dst" ;D
appamadena sampadetha