News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Rangkuman Ceramah Bhante Uttamo di Bali

Started by bond, 11 March 2010, 06:45:33 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

bond

Safari Dhamma ke-8
Oleh : YM UTTAMO MAHATHERA
"SENI MENGHADAPI PERUBAHAN"

Safari Dhamma ke-8 ini, mengambil tema "Seni Menghadapi Perubahan". Selama 3 hari berturut-turut, pada tempat yang berbeda, YM Uttamo Mahathera memberi bimbingan kepada kita bagaimana menghadapi perubahan dengan beberapa cara.

Balai Budaya, Gianyar (Jumat, 5 Maret 2010)

Perubahan itu bisa dilihat dari 2 sudut. Sudut baik dan sudut jelek. Seni menghadapi perubahan adalah bagaimana kita selalu melalui setiap perubahan dari sudut pandang yang menyenangkan. Sehingga bertemu dengan yang dicintai akan berbahagia, berpisah dengan yang dicintai, juga bahagia.

Dimana letak kebahagiaan itu semua tergantung dari pola pikir kita. Cara menyikapi perubahan itulah yang membuat kita bahagia atau menderita. Hidup selalu berubah, tapi pola pikir kita yang penting. Seni menyikapi perubahan adalah bagaimana kita selalu bahagia menghadapi perubahan.

Kalau perlu, buat catatan di buku, segala sesuatu yang membahagiakan. Mulai dari hal-hal yang kecil. Cara sederhana, gunakan mantra 'UNTUNG". Kita harus selalu melihat segala sesuatu dari segi positif.
Gunakan mantra "UNTUNG" ini sebanyak-banyaknya. Jadikan kehidupan kita ini, semua pengharapan kita sebagai pelajaran. Kalau sekarang kita mengalami kerugiaan, UNTUNG rugi cuma segini. Saya akan belajar agar tidak terjadi kerugian di masa depan. Sehingga semakin lama kita gunakan teori UNTUNG ini, semakin bahagia kehidupan kita, di rumah tangga, pekerjaan dan dimana saja.
Kalau kita bahagia, kita menularkan senyuman kepada keluarga, lingkungan, masyarakat. Sehingga semakin banyak menggunakan teori UNTUNG, semakin banyak orang mempunyai seni menghadapi perubahan, semakin banyak yang tersenyum dalam masyarakat. Sehingga akan menjadi masyarakat yang ramah. Karena selalu bisa mengatakan UNTUNG, UNTUNG dan UNTUNG sebagai seni menghadapi perubahan.


Hotel Banyu Alit, Singaraja (Sabtu, 6 Maret 2010)

YM Uttamo Mahathera menghubungkan perubahan dengan perpisahan. Ada pertemuan, ada perpisahan. Kemudian ada kelahiran, ada kematian. Ada bumi terbentuk, ada kiamat. Perubahan itu adalah milik kita semua.

Kiamat itu juga dibagi menjadi: kiamat besar adalah bumi kita, kiamat menengah adalah kematian dan kiamat kecil adalah perpisahan.

Di setiap pertemuan, entah itu pertemuan untuk sebentar atau sepanjang hidup kita atau, pertemuan sepanjang bumi ini berada, LAKUKANLAH KEBAJIKAN, semaksimal mungkin, dengan badan, ucapan dan pikiran. Sehingga jika pertemuan itu berakhir sebagai kiamat kecil, maka akan menjadi kiamat yang berkesan. Karena pada saat pertemuan itu kita telah melakukan KEBAJIKAN dengan badan ucapan dan pikiran.
Ketika terjadi kiamat menengah, yaitu kematian, maka kematian itu akan jadi kematian yg berkesan bagi keluarga dan teman yang ditinggalkan, sekaligus juga akan menjadi pelatihan yg berkesan karena kita akan terlahir di alam yang lebih baik.
Demikian juga dengan kiamat bumi, maka kita akan terlahir ke alam yang lebih baik karena kita telah banyak melakukan KEBAJIKAN melalui badan , ucapan dan pikiran.


Hongkong Garden Restaurant, Denpasar (Minggu, 7 Maret 2010)

Dalam kehidupan ini, kita harus bisa menerima hal baik dan buruk. Bahagia-Menderita, Sehat-Sakit, Untung-Rugi, adalah saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa mengharapkan yang menguntungkan, menolak yang merugikan. Tidak akan pernah bisa. Kita harus bisa menerima kedua-duanya. Sesungguhnya perubahan di dalam kehidupan ini, adalah kenyataan yang tidak bisa ditolak.
Lantas bagaimana kita menghadapi perubahan? KASIH adalah kunci untuk menyikapi perubahan. KASIH itu adalah kiat, seni menghadapi perubahan.
Apa yg disebut KASIH? KASIH itu adalah memberi. Sikap kita untuk menerima perubahan, dimulai, dilatih, dikondisikan, dengan kemampuan melepas sebagian dari milik kita. Ketika kita memiliki barang, kita ingat dengan pihak lain yang tidak memiliki. Ini adalah latihan berbagi, memberi, mengasihi lingkungan kita.

Hukum di alam itu, kita menanamkan KASIH, baru menerima KASIH. Kalau kita memberi baru kita akan mendapat. Tetapi dalam masyarakat, sering kita mendengar terima kasih, artinya kalau kita bertemu dengan seseorang, lalu di dalam batin kita berpikir, "saya bisa menerima apa dari kamu sehingga nanti aku baru bisa memberi sesuatu kepada kamu".

Tapi ada kasih yang lebih dalam lagi yang berhubungan dengan perubahan ini, adalah memberikan EGO kita, yang sesungguhnya menjadi dasar kesiapan mental kita menghadapi perubahan. Kita takut menghadapi perubahan karena EGO. Tidak mau melepas, zona kenyamanan (comfort zone) yang telah kita miliki. Padahal kita tahu bahwa petemuan pasti berakhir dengan perpisahan. Kita harus terima itu sebagai kenyataan. Kita tidak bisa merubah "perubahan". Yang bisa kita ubah adalah sikap mental kita menghadapi perubahan, yang dapat dilatih dengan pelepasan.

Segala sesuatu selalu berubah setiap saat, tapi kalau kita bisa mengendalikan batin kita, EGO kita, maka kita tidak akan melekat pada masa lampau,tidak juga terlalu ketakutan akan masa depan. Tapi kita akan selalu hidup masa kini mengikuti proses yang terjadi setiap saat.

Masa lampau dijadikan pelajaran untuk diperbaiki saat ini, masa depan menjadi tujuan untuk melangkah secara pasti, saat ini adalah kehidupan, saat ini perubahan, saat inilah pelaksanaan kasih untuk mencapai kebahagaian.


Semoga rangkuman ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.

Dirangkum oleh : Citra
Officer BUC Bali Denpasar
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada