Dhamma Talk dan Retreat Luangpor Jumnean 8 - 13 Jun 2009

Started by Lily W, 02 June 2009, 05:24:04 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Lily W

Kabar gembira:

Setelah memerlukan lebih dari 2 tahun untuk mengundang beliau, maka akhirnya LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing kita di Indonesia. Tidaklah mudah untuk dapat bertemu beliau di Thailand dikarenakan beliau selalu mengembara ke berbagai penjuru dunia untuk membimbing Dhamma dan Meditasi. Untuk itu inilah saat yang tepat untuk dapat bertemu beliau.

Luangpor Jumnean di Thailand dikenal sebagai bhikkhu yang selalu ceria, yang mempunyai pancaran metta/cinta kasih yang tinggi dan di Thailand beliau juga dikenal sebagai bhikkhu yang "mengagumkan", tapi beliau selalu mengingatkan murid-muridnya untuk mengajar Dhamma, bukan "kesaktian". Beliau dikenal sebagai bhikkhu yang menjalankan tradisi hutan dimana tidak pernah tidur berbaring selama 30 tahun.

Sejak umur 6 tahun beliau sudah belajar meditasi dan juga berlatih sebagai seorang penyembuh tradisional dan pada umur 20 tahun ditahbiskan sebagai seorang bhikkhu Theravada. Beliau telah mengembara dan menguasai berbagai praktek-praktek meditasi dibawah bimbingan guru-guru terkenal di Thailand dan beliau dikenal sebagai master dalam meditasi samatha dan vipassana.

Tidak masalah teknik meditasi apa yang digunakan, akhirnya beliau akan mengarahkan murid-muridnya kembali berlatih vipassana untuk melihat proses alamiah dari batin dan jasmani dengan kesabaran dan hati yang merdeka

Luangphor Jumnean sudah berumur 73 tahun dan 52 vassa (masa kebhikkhuan). Sekarang ini beliau adalah kepala Wat Tam Sua di Krabi, Thailand. Pada tahun 1996, Jack Kornfield menulis buku "Living Dharma; Teaching of twelve Buddhist Master" dimana beliau merupakan salah satu dari guru besar Buddhis yang dimaksud. Dari wawancaranya dengan beliau, terlihat Luangpor Jumnean mempunyai wawasan yang luas mengenai meditasi dan kebijaksanaan yang tinggi.

Luangpor secara teratur mengajar di California, Chicago, Malaysia, India, Burma, Singapura, Germany, UK. Untuk kunjungan ke Indonesia ini, beliau membatalkan rencananya untuk membimbing di USA.

Acara-acara yang akan diadakan:

Dhamma Talk: "Seeking Happiness in Suffering"
Senin, 8 Juni 2009, jam 18.00 – selesai....
Tempat: Plaza Sentral lantai 11, Jl. Jend. Sudirman kav. 47, sebelum Universitas Atmajaya.

Dana tiket: Rp 30.000,-/orang, pengganti biaya makanan, buku dan untuk kegiatan Luangpor selama di Indonesia.

Tiket dapat diperoleh di Buddhist Fellowship Indonesia, Plasa Sentral Lt 10.

Jl Jenderal Sudirman Kev.47, Jakarta Selatan

Telp 021-529 20 965, Email: buddhist_fellowship_ind [at] yahoo.com

Contact Person

Aris:    0852 1021 1010
Rossi : 0852 8764 1636

Rudy : 0856 110 9984

Atau dapat juga menghubungi Rani:  0815 987 6668 dan charles: 0812 105 0996

Retret Meditasi 9 – 13 Juni 2009
Tempat: Kayagata-sati Meditation Centre – Cibodas

Pendaftaran: charles hardono, 0812 105 0996, vodhamma [at] gmail.com

Retret Meditasi ini tidak dipungut bayaran tertentu, semua berdasarkan atas dana sukarela

Terlampir terjemahan profil dari Ajahn Jumnean yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Silakan anda membacanya untuk lebih mengetahui siapa beliau.

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Lily W

LUANGPOR  JUMNEAN CHONSAKHORN

Biodata ini diterjemahkan dari kutipan buku
Living Dharma:
Teachings of 12 Buddhist Masters
karya Jack Kornfield
terbitan Shambala, tahun 1996
ACHAAN JUMNIEN, Bab 15, hl. 272 - 285

Lahir di pedesaan, saat berusia muda beliau sempat berguru kepada seorang umat tunanetra yang berprofesi sebagai tabib tradisional dan juru ramal. ACHAAN JUMNIEN telah mulai berlatih meditasi semenjak ia berusia 6 tahun. Arahan meditasi pertama yang diberikan kepadanya adalah teknik meditasi samatha (samatha-bhavana) dan meditasi cinta kasih (metta-bhavana). Ia juga berlatih sebagai tabib tradisional dan selalu diingatkan untuk tetap berlatih meditasi dan hidup selibat / tidak berumah tangga. Beranjak dewasa, banyak penduduk desa sekitar yang meminta pertolongannya dan pada usia 20 tahun beliau ditahbiskan menjadi seorang Bhikkhu Theravada. Beliau melanjutkan latihan bermacam-macam teknik meditasi samatha dengan guru-guru terkemuka di Thailand, mengembara sebagai bhikkhu dhutanga, dan kemudian mempelajari secara intensif meditasi vipasana dengan arahan dari Achaan (Lee) Dhammadaro di Wat Tow Kote.

Ketika beliau diminta untuk mengajar, beliau baru berusia 30-an tahun dan dikenal oleh masyarakat setempat karena kebijaksanaannya dalam menjelaskan Dhamma dan kekuatan cinta kasih (metta)-nya. Penduduk di Wat Sukontawas secara khusus meminta beliau untuk datang dan mengajar. Daerah ini pada saat itu sedang mengalami masalah yang serius dimana daerah yang berupa hutan lebat dan perkebunan karet di sebelah selatan Thailand adalah pusat pertikaian sengit yang kerap terjadi antara pihak pemerintah Thailand dengan para kaum pemberontak komunis. Saat beliau tiba dan mulai mengajar, beliau diancam harus segera meninggalkan daerah itu atau akan ditembak, tetapi beliau tetap saja tinggal dan mengajar. Dengan kekuatan Dhamma-nya, beliau akhirnya bisa mengajar prajurit-prajurit pemerintah di kota dan kemudian beliau juga diundang oleh pemberontak komunis yang bermarkas di hutan untuk mengajar. Kedua pihak bahkan menawarkan untuk melindungi vihara beliau. Beliau menjawab: "Hidup harmonis sejalan dengan Dhamma sejati adalah satu-satunya perlindungan yang beliau butuhkan."

ACHAAN JUMNIEN adalah guru yang sangat terbuka untuk menggunakan berbagai macam teknik latihan meditasi. Beliau telah banyak belajar dan tidak hanya fokus kepada satu teknik meditasi saja tetapi beliau akan mengajarkan teknik yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan, kepribadian dan karakter kemelekatan murid-murid beliau. Meskipun teknik-teknik awalnya berbeda, beliau pada akhirnya selalu mengarahkan kembali ke latihan meditasi vipasana, melihat sifat alamiah proses batin dan jasmani sebagai sesuatu yang selalu berubah, tidak memuaskan dan tanpa aku. Adalah bagian dari pengajaran Beliau di mana tidak hanya satu jalan saja yang benar. Beliau mengajarkan pengembangan pada Dhamma sebagai eksperimen dan penyelidikan pada nafsu keinginan dan ketidak-puasan kita, mengamati kemajuan meditasi kita sebagai salah satu aspek dari pengembangan pandangan terang. Beliau membimbing murid-muridnya secara seksama, terlebih ketika mereka sedang berada dalam tingkat konsentrasi yang tinggi atau sedang mengatasi rasa sakit di saat praktek meditasi yang intensif (dua di antara cara khususnya dalam berlatih). Beliau selalu mengingatkan jalan kita di dalam Dhamma adalah pengamatan dan penyelidikan tiada henti. Seperti yang beliau katakan: Sangat penting untuk diketahui bahwa kita harus bertanggung jawab atas perkembangan Dhamma di dalam diri kita masing-masing. Berlatih hanya untuk diri sendiri dan ini merupakan suatu proses selama sepanjang hidup kita, meskipun kita boleh menggunakan satu teknik meditasi tertentu untuk suatu waktu, penghentian selamanya dari semua keinginan, kedamaian akhir, adalah merupakan kesimpulan akhir yang hakiki dari latihan spiritual kita.

Wat Sukontawas adalah daerah lereng pegunungan dimana kuti-kuti para yogi dibangun di antara barisan pepohonan karet. Selama musim hujan, sebanyak seratus hingga dua ratus orang bikkhu dan anagarini belajar dibawah bimbingan ACHAAN JAMNIEN. Sebanyak setengah lusin Bikkhu dari negara barat juga pernah belajar di sana; meskipun beliau tidak bisa berbahasa inggris, biasanya penterjemah selalu saja ada. ACHAAN JUMNIEN adalah sosok pribadi yang menyegarkan, penuh canda dan bersahaja.

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Elin

c'Lily... Elin tambahin fotonya ACHAAN JUMNIEN yach..
keknya masih banyak yg blm pernah liat fotonya :)