[diskusi] Fungsi Sutta Bagi Umat Buddha :)

[Hikoza83]

sstttt..
bro ryu lg cari pengikut tuh..
sambil jualan kacang goyeng...
just a joke, bro ryu..


By : Zen

[ryu]

sstttt..
bro ryu lg cari pengikut tuh..
sambil jualan kacang goyeng...
just a joke, bro ryu..


By : Zen

lagi mikir gimana caranya bikin agama baru

[Hikoza83]

sstttt..
bro ryu lg cari pengikut tuh..
sambil jualan kacang goyeng...
just a joke, bro ryu..


By : Zen

lagi mikir gimana caranya bikin agama baru

sebetulnya gampang sih, bro ryu..
tinggal comot dikit2 di sana-sini..
lalu dipoles dikit biar cantik..
yg penting marketingnya kuat..
promo ke sana-sini..

but gw masih inget hukum karma..
takut ahh....


By : Zen

[SandalJepit]

sstttt..
bro ryu lg cari pengikut tuh..
sambil jualan kacang goyeng...
just a joke, bro ryu..


By : Zen

lagi mikir gimana caranya bikin agama baru

pake IMAN saja, jadi gak usah repot-repot mikirin polesan... , lantas kasih ancaman menakutkan kalau gak mau ikut, dan musti bayar 25% dari penghasilan, kalau mau mendapatkan tanah surgawi..  . terus kalo sudah sampe syurrrrga.. dikasih kenikmatan tanpa batas, : bidadari cantik, istana mewah, harta.. dll...  tok cer...

[cunda]

Apa disini ada yang udah baca semua isi tipitaka

namaste suvatthi hotu

lihat Tipitaka lengkap aja blom, apalagi baca

thuti

[hatRed]

sebenarnya yg dibilang melekat itu adalah kita yg termakan kata kata "SUCI" di kata "KITAB SUCI"

makanya isi buku2 dharma/tipitaka kek disucikan dan dipastikan BENAR. mungkin itulah yg dianggap si Hudoyo itu melekat.

sebenarnya tipitaka itu bukan untuk diamini secara langsung saja.

saya justru lebih ngeh dengan isi tipitaka sejak ikut forum DC ini

walau sayang ada yg masih mengatakan "Hal ini(mendebatkan sutta) tidak berguna" saya rasa orang2 yg seperti itulah orang yg melekat.

justru isi sutta akan dapat dicerap lebih baik saat kita mendebatkannya, dan apalagi kalau mempraktekkannya.

[K.K.]

Mendebatkan sutta, sebaiknya yang memang sesuai dengan kapasitas dan pengertiannya. Jika berdebat hanya spekulasi yang tidak ada dasarnya, maka debat itu akan jadi tidak bermanfaat.
Sama juga seperti orang-orang yang tidak memiliki kesaktian, tidak pernah membuktikan kesaktian, mendebatkan apa itu kesaktian, hal-hal apa saja yang bisa/tidak bisa dilakukan, dan lain sebagainya.

[hatRed]

setidaknya menambah wawasan gitu

[markosprawira]

jadi ingat mengenai cerita mengenai pertapa yg menguasai api

sewkt buddha bertanya berapa lama yg dia gunakan utk bisa "menguasai api"

dijawab 25 tahun

buddha berkata bhw jika si pertapa menggunakan wkt 25 tahun utk melaksanakan Dhamma, dia sudah mencapai kesucian

[K.K.]

setidaknya menambah wawasan gitu

Betul menambah wawasan. Tetapi debat hanya terjadi ketika orang sudah "menggenggam" satu argumen. Bagi yang hanya "menambah wawasan", tidak ada alasan baginya untuk mempertahankan satu argumen, jadi tidak akan ada debat. Sebaiknya memang debat yang sesuai dengan kapasitas kita saja, jangan yang di luar itu. Misalnya lagi debat mempertahankan pendapat alam itu jumlahnya 31, sementara kita lihat alam dewa Catumaharajjika saja tidak mampu.

[hatRed]

dalam berehipassiko pasti seseorang harus mempunyai dasar pengetahuan yg benar terlebih dahulu kan.

dalam contoh petapa penguasa api kan dia tidak mempunyai pengetahuan yg benar. makanya jurusannya gak maksimal

[at] kainyn

lihat lagi tujuan pribadi masing2 dalam berdebat. walau memperdebatkan sesuatu yg belum bisa dibuktikan, toh dapat memperkaya pengetahuan, karena dalam debat tersebut kita mendapat pengetahuan dari lawan debat. hal ini juga dapat mempengaruhi pandangan kita terhadap segala sesuatu.

kecuali orang yg berdebat gak punya tujuan yg benar, itu sih i setuju itu cuma membuang2 waktu aja.

[Sumedho]

Sang Buddha -> Kotbah -> Dihafal -> Lalu ditulis

Baca Sutta -> Dengar kotbah.

Sang Buddha berkotbah pada para mahluk tuk "menunjukkan jalan"

[hendrako]

Sutta = sarana komunikasi

Disebut kitab suci, karena mengkomunikasikan hal tentang menuju kesucian, walaupun kitab tersebut bukan kesucian itu sendiri, namun kitab suci.

Yang jelas berbeda dengan kitab ekonomi, kitab perang, kitab seni, dll.