Pernikahan dalam agama Buddha

Started by priskilawang, 08 June 2012, 05:09:04 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

priskilawang

Namo Buddhaya..

Saya ingin tahu adakah kriteria khusus dalam memilih pasangan dalam agama Buddha? Maksud saya karena saya latar belakang dari 2 agama (keluarga Islam dan saya sendiri Kristiani), mereka masing2 mengajarkan ada kriteria khusus seperti: Sudah akil baligh (mampu membedakan yg baik dan benar), cukup umur, satu iman dan siap mengikuti kelas pra nikah +/- 6 bulan..

Apakah ada kelas pra nikah juga di dalam ajaran agama Buddha seperti di kr****n?

Mohon pencerahannya

Anumodana _/\_
"Mempelajari segala sesuatu untuk mencapai pada kebenaran"

William_phang

#1
Quote from: priskilawang on 08 June 2012, 05:09:04 PM
Namo Buddhaya..

Saya ingin tahu adakah kriteria khusus dalam memilih pasangan dalam agama Buddha? Maksud saya karena saya latar belakang dari 2 agama (keluarga Islam dan saya sendiri Kristiani), mereka masing2 mengajarkan ada kriteria khusus seperti: Sudah akil baligh (mampu membedakan yg baik dan benar), cukup umur, satu iman dan siap mengikuti kelas pra nikah +/- 6 bulan..

Apakah ada kelas pra nikah juga di dalam ajaran agama Buddha seperti di kr****n?

Mohon pencerahannya

Anumodana _/\_

Setahu saya untuk memilih pasangan hidup sebaiknya memiliki kesetaraan dalam 4 hal:
1. Keyakinan
2. Moralitas
3. Kedermawanan
4. Kebijaksanaan...


Silahkan baca disini:

http://dhammacitta.org/perpustakaan/rumah-tangga-bahagia/


priskilawang

Adakah kelas pra nikah bagi pasangan yang akan menikah di agama Buddha?
"Mempelajari segala sesuatu untuk mencapai pada kebenaran"

adi lim

#3
Quote from: priskilawang on 08 June 2012, 05:25:44 PM
Adakah kelas pra nikah bagi pasangan yang akan menikah di agama Buddha?

tidak harus
sepertinya pernah diadakan di satu organisasi Buddhis, hanya ikut2an, tidak wajib seperti di agama 'tetangga'
nikah secara sah hanya utk formal dan legalitas hukum di Indonesia
sebenarnya ajaran Buddha tidak mengenal anak haram (anak lahir diluar nikah)

manusia boleh saja berikrar utk membentuk rumah tangga tanpa ada peresmian/sah, tidak ada larangan dan hukuman dari mahluk tuhan, tidak ada haram seperti agama tetangga.
bebas kumpul kebo, istilah pasangan hidup tidak resmi nikah
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

senbudha

At Priskila. Anda masih ingat dengan peringatanku? Yang baik kamu ambil,yang tidak sesuai hati nuranimu,jangan dipedulikan. Ingat,ada berbagai karakter manusia,jadi pintar-pintarlah kamu memilah.

will_i_am

Quote from: adi lim on 08 June 2012, 06:53:16 PM
tidak harus
sepertinya pernah diadakan di satu organisasi Buddhis, hanya ikut2an, tidak wajib seperti di agama 'tetangga'
nikah secara sah hanya utk formal dan legalitas hukum di Indonesia
sebenarnya ajaran Buddha tidak mengenal anak haram (anak lahir diluar nikah)

manusia boleh saja berikrar utk membentuk rumah tangga tanpa ada peresmian/sah, tidak ada larangan dan hukuman dari mahluk tuhan, tidak ada haram seperti agama tetangga.
bebas kumpul kebo, istilah pasangan hidup tidak resmi nikah
yang harus dicatat disini hubungan tanpa nikah tetap harus dilandasi oleh komitmen untuk bersama, bukan hanya mencari pemuasan nafsu semata...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

adi lim

Quote from: will_i_am on 08 June 2012, 10:25:18 PM
yang harus dicatat disini hubungan tanpa nikah tetap harus dilandasi oleh komitmen untuk bersama,

idealnya begitu

Quote
bukan hanya mencari pemuasan nafsu semata...
walaupun komitmen utk bersama baik nikah ataupun tanpa nikah tapi 'hubungan suami istri' tetap utk pemuasan nafsu kok :))



Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

priskilawang

 
Quote from: senbudha on 08 June 2012, 07:39:40 PM
At Priskila. Anda masih ingat dengan peringatanku? Yang baik kamu ambil,yang tidak sesuai hati nuranimu,jangan dipedulikan. Ingat,ada berbagai karakter manusia,jadi pintar-pintarlah kamu memilah.

Masih [at] senbudha, saya hanya ingin mengetahui pendapat teman-teman di sini tentang pernikahan dalam agama buddha. Saya akan menerima semua masukkan yang positif, apabila tidak sesuai dengan hati nurani saya, saya tidak mengambil saran tersebut.

♡âηύ♍σđªņă♡
_/\_
"Mempelajari segala sesuatu untuk mencapai pada kebenaran"

Mas Tidar

salah satu alasan menikah adalah pemuasan nafsu
tapi nafsu apa dulu yang ingin dipuaskan, silaken diperjelas sehingga khayalak ramai mengerti nafsu yang Anda maksoedkén ...

Quote from: will_i_am on 08 June 2012, 10:25:18 PM
yang harus dicatat disini hubungan tanpa nikah tetap harus dilandasi oleh komitmen untuk bersama, bukan hanya mencari pemuasan nafsu semata...
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Alucard Lloyd

hanya opini saya
menurut saya pernikahan dalam pandangan budis adalah suatu komitmen perjanjian dalam menjalankan kehidupan dalam bermasyarakat yang dianggap baik oleh hukum negara dan masyarakat agar tidak terjadi pelanggaran hukum negara dan adat istiadat setempat sehingga tidak terjadi pelanggaran sila ke tiga dalam panca sila budis yaitu tidak melanggar keasusilaan. jadi jangan beranggapan dalam budis umat nya boleh kumpul kebo tanpa ikatan pernikahan seenaknya. karena ia akan mendapat karma buruk dari orang tua yang tidak dapat menerimanya. dalam ajaran buddha emang tidak ada ajaran tentang harus menikah karena sang buddha mengajarkan kehidupan secara universal menikah hanya opsi dalam kehidupan bermasyarakat karena dalam kisah hidup sang buddha sebelum mencapai kebuddhaan nya pangeran sidartha pun menikah dan mempunyai anak dan boleh saya pakai tanda " masih menikah" karena tidak ada kata cerai dicerai atau pun berpisah menurut hukum kita sekarang tidak tau sewaktu zaman buddha dulu. jangan karena tradisi dan hukum negara ajaran sang buddha di salah gunakan karena ajaran sang buddha adalah universal dan sangat luhur maknanya.
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

will_i_am

Quote from: adi lim on 09 June 2012, 05:40:30 AM
idealnya begitu
walaupun komitmen utk bersama baik nikah ataupun tanpa nikah tapi 'hubungan suami istri' tetap utk pemuasan nafsu kok :))

ada kata semata-nya... ;D

Quote from: Mas Tidar on 09 June 2012, 09:43:34 AM
salah satu alasan menikah adalah pemuasan nafsu
tapi nafsu apa dulu yang ingin dipuaskan, silaken diperjelas sehingga khayalak ramai mengerti nafsu yang Anda maksoedkén ...

nafsu indria... ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Forte

#11
coba baca di sini saja ya dulu : RUMAH TANGGA BAHAGIA

Dan kalau saya pribadi, lebih baik merujuk ke Sigalovada Sutta.. yaitu

Keenam arah itu harus dipandang sebagai berikut:

1.   Ibu dan ayah sebagai arah timur;
2.   Para guru sebagai arah selatan;
3.   Isteri dan anak sebagai arah barat;
4.   Sahabat dan kawan sebagai arah utara;
5.   Pelayan dan buruh sebagai arah bawah;
6.   Petapa dan brahmana sebagai arah atas.

Dan untuk yang bagian barat
Quote
Dalam lima cara seorang isteri harus diperlakukan sebagai arah barat oleh
suaminya:

1.   Dengan perhatian;
2.   Dengan keramah-tamahan;
3.   Dengan kesetiaan;
4.   Dengan menyerahkan kekuasaan kepadanya;
5.   Dengan memberikan barang-barang perhiasan kepadanya.

Dalam lima cara ini sang isteri membalas cinta suaminya sebagai arah barat:

1.   Kewajiban-kewajibannya dilakukan dengan sebaik-baiknya
2.   Berlaku ramah-tamah kepada sanak keluarga dari kedua pihak;
3.   Dengan kesetiaan
4.   Menjaga barang-barang yang ia bawa
5.   Pandai dan rajin mengurus segala pekerjaan rumah tangga.

Selengkapnya di : SIGALOVADA SUTTA

Mas Tidar

#12
sedikit OOT, mohon tanggapannya & pencerahannya.
bagaimana dengan kondisi MODERN saat ini ketika penghasilan si Misua tidak mencukupi dan si Istri memiliki tanggung jawab lebih untuk menjaga keutuhan rumah tangga dari sisi DHUIT (finansial) ?

kasus diatas diluar jangkauan sigalovada sutta.

QuoteDalam lima cara seorang isteri harus diperlakukan sebagai arah barat oleh
suaminya:

1.   Dengan perhatian;
2.   Dengan keramah-tamahan;
3.   Dengan kesetiaan;
4.   Dengan menyerahkan kekuasaan kepadanya;
5.   Dengan memberikan barang-barang perhiasan kepadanya.

Dalam lima cara ini sang isteri membalas cinta suaminya sebagai arah barat:

1.   Kewajiban-kewajibannya dilakukan dengan sebaik-baiknya
2.   Berlaku ramah-tamah kepada sanak keluarga dari kedua pihak;
3.   Dengan kesetiaan
4.   Menjaga barang-barang yang ia bawa
5.   Pandai dan rajin mengurus segala pekerjaan rumah tangga.

Quote from: Forte on 09 June 2012, 12:37:22 PM
coba baca di sini saja ya dulu : RUMAH TANGGA BAHAGIA

Dan kalau saya pribadi, lebih baik merujuk ke Sigalovada Sutta.. yaitu

Keenam arah itu harus dipandang sebagai berikut:

1.   Ibu dan ayah sebagai arah timur;
2.   Para guru sebagai arah selatan;
3.   Isteri dan anak sebagai arah barat;
4.   Sahabat dan kawan sebagai arah utara;
5.   Pelayan dan buruh sebagai arah bawah;
6.   Petapa dan brahmana sebagai arah atas.

Dan untuk yang bagian barat
Selengkapnya di : SIGALOVADA SUTTA
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Forte

#13
Quote from: Mas Tidar on 09 June 2012, 01:07:24 PM
sedikit OOT, mohon tanggapannya
bagaimana dengan kondisi MODERN saat ini ketika penghasilan si Misua tidak mencukupi dan si Istri memiliki tanggung jawab lebih untuk menjaga keutuhan rumah tangga dari sisi DHUIT (finansial) ?

Maksudnya ? Si istri turut bekerja menjadi wanita karir ? Betul.. dan kalau dibaca postingan di sana, ada juga koq yang membahas mengenai kasus2 itu.. dan intinya :

Quote from: Sumedho on 31 July 2007, 10:45:06 AM
Itu kan guideline masa lampau, tentu tidak bisa diambil bulat2x.

Harus dilihat apa makna dibalik itu.
1. Bagaimana sang buddha merubah cara berpikir/pandang tanpa merubah kebiasaan di sigalovada
2. menghormati mereka yang berharga dan berguna dengan menjalankan kewajiban kita masing-masing.

mungkin kalau ada kasus2, bisa  dibahas di thread Sigalovada saja.. lumayan kan.. membangkitkan thread tahun 2007 :P