News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Semadi Benar (Samma Samadhi)

Started by sukma, 23 December 2008, 11:06:12 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

sukma

Jalan Kebahagian Sejati, oleh Bhikku Bodhi ;

Jalan Utama Berunsur Delapan yang ke delapan :

Semadi Benar (Samma Samadhi)

Semadi Benar yang dalam bahasa Pali disebut Samma Samadhi. Konsentrasi merupakan penguatan factor mental yang ada dalam setiap kondisi kesadaran. Faktor mental ini, yaitu Keterpusatan Pikiran (citt ekaggata), berfungsi untuk menyatukan factor-faktor mental lainnya untuk melakukan proses kognitif. Faktor mental inilah yang memberikan aspek pembeda terhadap kesadaran, agar setiap citta atau perbuatan pikiran tetap terpusat pada obyeknya. Setiap saat pikiran pasti mengenali sesuatu ; pandangan, suara, bebauan, rasa, sentuhan, atau obyek mental. Keterpusatan pikiran akan menyatukan pikiran beserta factor-faktor mental penyertanya saat mengenali obyek tersebut. Serentak dengan itu, keterpusatan pikiran tersbut juga berfungsi untuk memusatkan semua bagian dari tindak kognitif tersebut pada Obyek itu. Keterpusatan pikiran menjelaskan kenyataan bahwa dalam setiap tindak kesadaran terdapat sbuah titik focus pusat yang ditunjukkan oleh keseluruhan data mengenai obyek tersebut.

Namun, Samadhi hanya merupakan salah satu jenis keterpusatan pikiran, dan tidak sama dengan keterpusatan pikiran secara keseluruhan. Bogarasa yang tengah mencicipi makanan, pembunuh yang hendak membantai korbannya, serdadu di medan laga –mereka semuanya bertindak dengan pikiran terkonsentrasi, nmun konsentrasi tersebut tidak bias dianggap Samadhi. Samadhi merupakan keterpusatan pikiran yang baik. Namun, pemahaman Samadhi lebih sempit daripada ini. Samadhi tidak meliputi semua bentuk konsentrasi yang baik, namun hanya meliputi konsentrasi yang dipertajam melalui usaha khusus untuk menempatkan pikiran pada tataran kesadaran yang lebih tinggi dan lebih murni.

Dalam kitab-kitab komentar, Samadhi di defenisikan sebagai pemusatan pikiran dan factor-faktor mental secara benar dan secara tepat pada satu Obyek. Samadhi, yang merupakan konsentrasi yang baik, akan menyatukan aliran keadaan mental yang biasanya terhambur dan terburai untuk menimbulkan konsentrasi batin. Kedua ciri utama dari pikiran yang terkonsentrasi adalah perhatian yang tak putus terhadap obyeknya serta ketenangan yang muncul dari fungsi-fungsi mental setelah itu. Kedua ciri itulah yang membedakan nya dengan pikiran yang tak terkonsentrasi. Pikiran yang tidak terlatih dalam konsentrasi akan bergerak secara serampangan. Buddha mengibaratkan pikiran ini seperti seekor ikan yang dikeluarkan dari air dan kemudian di lemparkan ke tanah, lalu menggelepar di sana. Pikiran seperti itu tidak dapat diam, nmun bergegas dari gagasan satu ke gagasan berikutnya, dari pikiran yang satu ke pikiran yang berikutnya, tanpa kendali batin. Pikiran yang kacau seperti ini juga merupakan pikiran yang kotor serta dipenuhi dengan kekhawatiran dan kemurungan, serta senantiasa menjadi kotoran  dari kotoran batin. Pikiran seperti ini memandang dunia secara terpotong-potong, dan di  selewengkan oleh riak-riak pemikiran yang tak terarah. Namun, sebaliknya pikiran yang telah terlatih dalam konsentrasi dapat tetap terfokus pada Obyeknya tanpa teralih. Tak teralihnya pikiran itu selanjutnya menimbulkan Kelembutan dan Ketenangan Batin yang bias membuat pikiran sebagai alat penembus yang efektif, Seperti halnya danau yang permukaannya tetap tenang tak terganggu oleh hembusan angina apapun, pikiran yang terkonsentrasi merupakan cermin sejati yang mencerminkan apapun yang ditempatkan di hadapannya persis seperti apa adanya.

Pengembangan konsentrasi ; .......

Sumedho

Quote from: http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
...
"Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar? (i) Dimana ada seorang bhikkhu — sepenuhnya melepaskan sensualitas, melepaskan kualitas (mental) tidak terampil — memasuki & berdiam dalam jhana pertama: kegirangan dan kenikmatan yang muncul dari pelepasan, disertai oleh pemikiran yang diarahkan & penilaian. (ii) Dengan menenangkan pemikiran yang diarahkan & evaluasi, dia memasuki & berdiam didalam jhana kedua: kegirangan dan kenikmatan muncul dari konsentrasi, penyatuan dari kesadaraan yang bebas dari pemikiran yang diarahkan & penilaian — kepastian dari dalam. (iii) Dengan hilangnya kegirangan, dia tetap dalam ketenangan, perhatian & awas, dan merasakan kenikmatan dengan tubuhnya. Dia memasuki & berdiam didalam jhana ketiga, yang dinyatakan oleh Yang Mulia, 'Ketenangan & perhatian, dia memiliki kenikmatan yang terus menerus.' (iv) Dengan meninggalkan kenikmatan & sakit — bersamaan hilangnya kebahagiaan & penderitaan yang sebelumnya — dia memasuki & berdiam didalam jhana keempat: kemurnian dari ketenangan & perhatian penuh, tidak nikmat ataupun sakit. Ini, para bhikkhu, yang disebut konsentrasi benar."
...
There is no place like 127.0.0.1

sukma

Terima-kasih buat sobat Sumedho atas referensi Jalan Utama Berunsur Delapan dari ;

SN 45.8
Magga-vibhanga Sutta
An Analysis of the Path
Translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu

Yup, Analisa of the Path diatas berbicara secara Macro tentang Jalan Utama Berunsur Delapan, sedang apa yang saya posting adalah bagian pelatihan khusus buat Semadi Benar (Micro) dari Bhikku Bodhi yang dilahirkan di kota New York thn 1944, pada penghujung thn 1972 Beliau pergi ke Sri Lanka dan di Thabiskan di sana oleh Yang Mulia Balangoda Ananda Maitreya Mahayanaka Thera. Beliau adalah penulis, penerjemah, dan penyunting banyak buku mengenai Buddhisme Theravada. Ungkapan Pengalaman Batin Bhikku Bodhi ini ditulis dengan gaya yang sederhana dan mudah di serap buat saya, "semoga" apa yang saya dapat dari Beliau "bisa" berguna juga bagi orang lain yang kebetulan bisa sesuai dengan pengalaman Batin Bhiku Bodhi favorit ku... :)

Pengembangan Konsentrasi ;

Konsentrasi bisa dikembangkan melalui dua cara ;

Pertama ;
Sebagai tujuan dari system latihan yang ditujukan secara langsung untuk mencapai konsentrasi mendalam pada tataran pencerapan.

Kedua ;
sebagai penyerta dari latihan Jalan Ariya untuk mencapai pandangan cerah.

Cara Pertama di sebut Pengembangan Keheningan (samatha-bhavana),sedangkan cara kedua di sebut Pengembangan Pandangan cerah (vipasana-bhavana). Kedua cara tersebut memiliki beberapa persyaratan awal yang sama. Untuk menempuh kedua cara tersebut, disiplin moral harus di murni-kan, dan pelbagai halangan harus disingkirkan. Sang meditator perlu menerima instruksi yang tepat (lebih baik lagi jika instruksi ini diberikan oleh guru pribadi), dan perlu mencari tempat yang bisa mendukung latihan tersebut. setelah semua persyaratan tersebut terpenuhi, meditator yang hendak melakukan pengembangan keheningan batin harus mencari sebuah Obyek meditasi yang bisa dipergunakan sebagai titik fokus untuk mengembangkan konsentrasi.

Jika sang meditator mempunyai guru yang piawai, guru itu mungkin akan menetapkan suatu Obyek yang menurutnya sesuai dengan perangai meditator itu. Jika orang itu tidak memiliki guru, ia harus memilih Obyek meditasi itu sendiri, mungkin dengan mencoba-coba. Buku-buku petunjuk meditasi membagi Obyek dari meditasi ketenangan batin menjadi empatpuluh. Obyek-obyek ini disebut "tempat kerja" (kammatthana) karena mereka   merupakan tempat bagi sang meditator untuk melaksanakan latihannya, keempatpuluh obyek tersebut diseneraikan sbagai berikut ;

Sepuluh kasina
Sepuluh Obyek menjijikan (dasa asubha)
Sepuluh perenungan(dasa anussatiyo)
Empat keadaan luhur(cattaro brahmavihara)
Empat keadaan tanpa bentuk(cattaro arupa)
Satu pencerapan(eka sanna)
Satu analisis(eka vavatthana).

Kasina adalah wahana yang mewakili sifat-sifat pokok tertentu. Empat kasina mewakili unsur-unsur utama, yaitu kasina tanah, kasina air,kasina api dan kasina udara. Empat kasina berikutnya mewakili warna, yaitu kasina biru, kasina kuning, kasina merah,dan kasina putih. Dua kasina lainnya adalah kasina cahaya dan kasina ruang. Setiap kasina merupakan Obyek konkrit yang mewakili sifat Universal yang dilambangkan olehnya. Demikianlah, kasina tanah akan berupa piringan bulat yang dipenuhi dengan tanah liat. Untuk mengembangkan konsentrasi pada kasina tanah, sang meditator meletakan piringan itu dihadapannya, terus menerus menatapi piringan tersebut, dan merenungi dalam pikirannya 'tanah, tanah". Cara yang mirip dipakai juga untuk kasina lainnya setelah dilakukan perubahan yang tepat agar sesuai dengan situasinya.

Kesepuluh "Obyek menjijikkan" ....




sukma

Kesepuluh "Obyek Menjijikkan", terdiri dari mayat dalam tahap pembusukkan yang berbeda-beda. Obyek ini tampak mirip dengan perenungan terhadap pembusukkan mayat dalam meditasi perhatian murni terhadap tubuh. Malahan, pada zaman dulu tempat pemakaman dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk kedua jenis meditasi tersebut. Namun, kedua meditasi tersebut berbeda dalam penekanannya. Dalam meditasi perhatian murni terhadap tubuh, penekanannya diberikan untuk melakukan perenungan. Pemandangan mayat yang membusuk di gunakan sebagai dorongan untuk mempertimbangkan kematian dan kehancuran tubuh yang pasti akan terjadi bagi diri sendiri. Sebaliknya dalam latihan keheningan batin ini, perenungan jangan di lakukan.
Penekanannya di berikan untuk memperhatikan Obyek dalam Batin secara penuh, semakin sedikit pemikiran akan semakin baik.

Kesepuluh perenungan meliputi pelbagai hal. Tiga perenungan yang pertama merupakan meditasi puja bakti terhadap sifat-sifat dari Tiga Permata--Buddha, Dhamma, dan Sangha. Ketiganya menggunakan rumusan yang berasal dari sutta sebagai bakuan dasarnya. Ketiga perenungan berikutnya juga menggunakan rumusan lama, yaitu meditasi terhadap moralitas, kedermawaan, dan potensi diri untuk mencapai kesucian. Perenungan lainnya meliputi perhatian murni terhadap kematian, perenungan terhadap keburukkan tubuh, perhatian murni terhadap Nafas, dan yang terakhir adalah perenungan terhadap Ketentraman Hati, yaitu meditasi perenungan terhadap Nibbana.

Keempat sifat luhur atau "kediaman surgawi" merupakan sikap sosial yang di tujukkan keluar diri --Cinta Kasih, Welas Asih, Bela Suka, dan Tenang Seimbang-- dikembangkan menjadi Pancaran Semesta yang secara bertahap diperluas jangkauannya sampai meliputi segenap mahluk hidup. Keempat keadaan tanpa materi merupakan dasar Obyektif bagi tataran penyerapan mendalam tertentu ; dasar dari ruang nirbatas, dasar dari kesadaran nirbatas, dasar dari kesunyaan, dan dasar dari bukan pencerapan dan bukan pula bukan pencerapan. Semua nya ini dapat di gunakan sebagai Obyek hanya oleh mereka yang telah mahir melakukan konsentrasi.

Obyek meditasi "satu pencerapan" merupakan pencerapan terhadap kejijikan makanan, yaitu bahan renungan yang ditujukan untuk mengurangi kemelekatan terhadap lezatnya makanan.

Obyek meditasi 'satu analisis" merupakan perenungan terhadap tubuh yang terdiri dari empat unsur utama. Ketika beragam Obyek meditasi tersebut disajikan, calon meditator yang tidak mempuyai guru mungkin akan bingung menentukan Obyek mana yang akan dipilih. Buku-buku petunjuk meditasi membagi keempat puluh Obyek meditasi tersebut menurut kesesuaiannya terhadap jenis kepribadian yang berbeda-beda. Karena itu Obyek yang menjijikan serta perenungan terhadap bagian-bagian tubuh dianggap sangat sesuai bagi orang yang dipenuhi Nafsu, meditasi Cinta-Kasih dianggap sangat baik bagi orang yang suka membenci, meditasi terhadap sifat-sifat dari Tiga Permata dianggap sangat efektif bagi orang yang penuh bakti, dan sebagainya.

Namun, untuk praktisnya, pemula meditasi secara umum dapat dianjurkan untuk memulai dengan Obyek sederhana yang bisa mengurangi pemikiran yang tak terarah. Kekacauan batin yang di sebabkan oleh Kegelisahan dan pemikiran yang tak terarah adalah masalah umum yang dihadapi orang-orang dengan pelbagai jenis sifat. Karena itu meditator dengan watak apapun dapat mengambil manfaat dari Obyek yang bisa memperlambat dan menenangkan proses pemikiran. Umumnya perhatian murni terhadap nafas dianjurkan untuk hal ini karena efektif untuk menyingkirkan pemikiran tak terarah dari pikiran. Karena itu perhatian murni terhadap Nafas dapat dianggap sebagai Obyek yang paling sesuai bagi pemula dan juga bagi para meditator yang sudah berpengalaman yang menginginkan pendekatan langsung untuk mencapai konsentrasi mendalam.

Setelah pikiran tenang dan pola pemikiran menjadi lebih mudah untuk diamati, kita kemudian bisa menggunakan Obyek-obyek lainnya untuk mengatasi masalah khusus yang timbul ; meditasi Cinta-kasih bisa dipakai untuk meredakan kemarahan dan niat buruk, perhatian murni terhadap bagian-bagian tubuh untuk memperlemah Nafsu inderawi, perenungan terhadap Buddha untuk menimbulkan keyakinan dan bakti, meditasi terhadap kematian untuk menimbulkan perasaan mendesak bhwa tak seorang pun akan terhindar dari kematian. Diperlukan keahlian untuk Memilih Obyek yang sesuai situasinya. Keahlian ini akan berkembang melalui latihan, seringkali dengan mencoba-coba secara sederhana.

Tahap-Tahap Konsentrasi ; .............

sukma

Tahap-Tahap Konsentrasi ;

Konsentrasi tidak dapat dicapai dengan serta merta, namun berkembang secara bertahap. Agar penjelasan ini dapat mencakup seluruh tahap-tahap konsentrasi, kita akan meninjau kasus seorang meditator yang mengikuti keseluruhan jalan meditasi keheningan batin dari awal sampai akhir, dan yang akan mencapai kemajuan yang lebih cepat dari pada para meditator yang umum nya kita jumpai.

Setelah Obyek meditasi di tentukan oleh guru atau oleh diri sendiri, sang meditator harus menyendiri di tempat sunyi. Di sana ia duduk dengan postur meditasi yang tepat --kaki disilangkan dengan nyaman, tubuh bagian atas berada dalam posisi tegak lurus, telapak tangan yang satu ditempatkan diatas telapak tangan yang lain pada pangkuan, kepala berada dalam posisi tetap, mulut dan mata ditutup (kecuali jika kasina atau Obyek visual lainya tengah di pakai), nafas mengalir secara alami dan teratur melalui lubang hidung. Ia lalu memusatkan pikirannya pada Obyek tersebut dan mencoba untuk mempertahankan pemusatan pikirannya itu, terus menerus dan tetap awas. Jika pikirannya berkelana , ia akan mengetahui dengan cepat, menangkapnya, lalu mengembalikannya pada Obyek itu lagi dengan lembut namun tegas. Ia melakukan hal ini berulang kali selama diperlukan. Tahap awal ini di sebut konsentrasi awal (parikkamma-samadi) dan Obyek tersebut disebut tanda awal (parikkamma-nimitta)

Setelah gejolak awal pikiran itu mereda dan pikiran mulai tenang dalam latihan tersebut, kelima rintangan mungkin akan timbul, muncul dari dalam lubuk batin ke permukaaan. Terkadang rintangan tersebut muncul sebagai pemikiran, terkadang sebagai Citra, dan terkadang sebagai emosi obsesif seperti hentakan Nafsu, kemarahan dan kebencian, beratnya pikiran, gejolak pikiran, serta keraguan. Rintangan-rintangan tersebut merupakan halangan berat, namun dengan kesabaran dan usaha yang berkesinambungan semuanya dapat diatasi. Untuk mengatasinya sang meditator haruslah piawai. Kadang, takkala rintangan tertentu menguat, mungkin ia harus mengesampingkan Obyek meditasi utamanya, lalu mengambil Obyek lainnya yang sifatnya berlawanan langsung terhadap rintangan tersebut. Pada saat lainnya ia harus bertahan dengan Obyek Utama itu kendatipun terdapat gejolak sepanjang usahanya itu dengan mengembalikan pikirannya kembali berkali-kali.

Selagi ia berusaha keras melakukan konsentrasi, pengerahan usahanya itu akan mengaktifkan kelima faktor mental yang bisa membantu uasahanya. Faktor-faktor ini kadang-kadang muncul dalam kesadaran biasa yang tidak di-arahkan, namun mereka tidak memiliki ikatan pemersatu dan karenanya tidak memainkan peranan khusus apa pun. Akan tetapi bila di-aktifkan melalui upaya meditasi, ke-lima faktor tersebut akan memperoleh daya, berhubungan satu sama lain, dan akan menuntun pikiran menuju semadhi. Faktor-faktor ini, yang kemudian disebut sebagai "faktor-faktor Jhana" atau Faktor-Faktor Penyerapan(jhananga) akan menentukan samadhi tersebut. Ke-lima Faktor tersebut di-urutkan secara umum sebagai berikut ;

1 .Penempatan Awal Pikiran (VITAKA)
2 .Penempatan Pikiran Secara berkesinambungan (VICARA)
3 .Kegiuran (PITI)
4 .Kebahagian (SUKHA0
5 .Keterpusatan Pikiran (EKAGGATA)

Penempatan Awal pikiran akan menuntun pikiran pada Obyek tersebut. Faktor ini akan membawa pikiran, mengangkat, serta menuntunnya menuju Obyek tersebut sebagaimana seseorang menembuskan palu ke dalam sebalok kayu. Setelah itu, penempatan pikiran secara berkesinambungan akan menjauhkan pikiran pada pada Obyek itu dan tetap menjaga pikiran supaya terpaku pada Obyek tersebut melalui tugasnya, yaitu untuk melakukan penyelidikkan . Untuk memperjelas perbedaan dari kedua faktor ini, penempatan awal pikiran dapat di-ibaratkan seperti pemukulan sebuah lonceng, sementara penempatan pikran secara berkesinambungan di-ibaratkan seperti Gaung dari Lonceng tersebut.

Kegiuran faktor ketiga, merupakan kesukaan dan kegembiraan yang menyertai minat yang tinggi terhadap Obyek tersebut, sementara kebahagian, faktor keempat, merupakan perasaan yang menyenangkan yang menyertai keberhasilan dari konsentrasi. Karena kegiuran dan Kebahagian memiliki sifat-sifat yang mirip, keduanya cenderung salah dikenal, namun keduanya tidaklah sama. Perbedaan antara keduanya dapat digambarkan dengan meng-ibaratkan kegiuran terhadap kebahagian dari seorang yang menempuh perjalanan di gurun pasir yang melihat mata air dikejauhan, sedangkan kebahagian di-ibaratkan sebagai kepuasan yang diperolehnya ketika minum dari kolam air itu dan beristirahat di bawah naungan pepohonan. Faktor Pencerapan Kelima dan yang terakhir adalah keterpusatan pikiran, yang memiliki fungsi yang sangat penting untuk menyatukan pikiran dengan Obyek tersebut.(lihat Vism. IV, 88-109)

Setelah konsentrasi terbentuk, kelima faktor tersebut muncul dan menghalangi kelima rintangan. Setiap faktor penyerapan akan menentang rintangan tertentu. Melalui tugasnya untuk mengangkat pikiran supaya terfokus pada Obyeknya, penempatan awal pikiran akan melawan kemalasan dan kelesuan. Penempatan pikiran secara berkesinambungan, dengan menjauhkan pikiran pada Obyek tersebut, akan menghalau keraguan. Kegiuran akan mengenyahkan Niat Buruk, Kebahagian akan menyingkirkan Kegelisahan dan Kemurungan, dan keterpusatan pikiran akan menentang keinginan inderawi yang merupakan pemancing yang paling memikat untuk menimbulkan kekacauan pikiran. Karena itu dengan diperkuatnya faktor-faktor penyerapan , semua rintangan tersebut akan memudar dan mereda. Rintangan-rintangan tersebut belum tercabut dari akarnya --lenyapnya semua rintangan tersebut hanya dapat dicapai melalui KEBIJAKSANAAN, bagian ketiga dari Jalan Ariya--, namun, mereka telah diperlemah sampai menjadi diam dan tak lagi mampu menggangu Kemajuan dari KONSENTRASI.

Seiring dengan dikalahkannya Rintangan-Rintangan tersebut dalam pikiran oleh Faktor-Faktor Jhana, disisi Obyek tersebut juga terjadi beberapa perubahan. Obyek Awal dari konsentrasi tersebut "tanda awal" (Parikamma-Nimitta), merupakam Obyek fisik yang bersifat kasar. Untuk kasina, Obyeknya berupa piringan yang mewakili unsur atau warna yang telah dipilih, untuk perhatian murni terhadap Nafas, Obyek nya berupa rasa sentuhan Nafas, dan sebagainya. Namun dengan diperkuatnya konsentrasi, Obyek awal tersebut akan menimbulkan Obyek lainnya yang di sebut "Tanda Pengetahuan" (Uggaha-Nimitta). Untuk Kasina, Obyek ini akan berupa Citra Batin dari piringan tersebut yang tampak dalam pikiran sama jelasnya dengan Obyek sebenarnya yang tertampak oleh mata. Untuk Nafas, Obyek tersebut akan berupa Citra cerminan yang timbul dari rasa sentuhan dari Aliran Udara yang bergerak di sekitar lubang hidung.


Saat Tanda-Tanda Pengetahuan timbul.......

Hermanto

saya mau tanya bahwa ada buku yang berjudul samma samdhi.. apakah ada yang memiliki buku tersebut??? konon buku itu sangat bagus untuk mencapai tingkatan jhana... tolong dibantu ya untuk mencari buku samma samdhinya thx :)

_/\_