Surga: Tidak lepas dari diskriminasi

Started by dhammasiri, 05 July 2010, 11:09:07 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

NOYA

Quotearti kata punna apa tuh ya beda dngan kusala?

Puñña berbeda dengan kusala

Sebelum berbicara lebih lanjut perlu ditandaskan dulu bahwa perbedaannya adalah hanya pada kadar loba, dosa dan moha yang menyertainya saja. Pada dasarnya keduanya adalah perbuatan baik.

Puñña berarti 'merit' atau perbuatan jasa. Apabila kita melakukan perbuatan baik yang masih disertai pamrih, masih ada kadar lobha, dosa dan mohanya walaupun sedikit, itu masih dikategorikan sebagai puñña dan bukan kusala. Perbuatan baik yang dilakukan dengan tujuan masuk surga adalah juga termasuk puñña. Lihat saja penjelasan di dalam Dhammapada Yamaka Vagga syair 18 yang menyatakan bahwa puñña membuat seseorang terlahir di alam surga (Idha nandati pecca nandati, katapuñño ubhayattha nandati, puñaṃ me kata''nti nandati, bhiyyo nandati suggatiṃ gato).

Kusala berarti; clever, expert, good, right, skilfull, meritorious, profitable dan wholesome . Kusala ini berarti perbuatan yang telah terbebas dari lobha, dosa dan moha serta mendekatkan pada perealisasian Nibbāna. (Sannath Nanakara. Encyclopaedia of Buddhism.  Vol VI. Sri Lanka: The Government of Sri  Lanka. 1996. Hal. 258.) Pengertian kusala yang di dalam Tipiṭaka misalnya didapat di dalam Aṅgutara Nikaya I. 263. Di dalam Aṅgutarra Nikāya ini dijelaskan bahwa praktik kusala yang bercirikan alobha, adosa dan amoha mengantarkan pada perealisasian Nibbāna.

Di dalam Aṅguttara disebutkan sebagai berikut: Alobho nidānaṃ kammānaṃ samudayāya, adoso nidānaṃ kammānaṃ samudayāya, amoho nidānaṃ kammānaṃ samudayāya. Yaṃ, bhikkhave, alobhapakataṃ kammaṃ alobhajaṃ alobhanidānaṃ alobhasamudayaṃ, taṃ kammaṃ kusalam taṃ kammaṃ anavajjaṃ taṃ kammaṃ sukhavipākaṃ, taṃ kammaṃ kammanirodhāya saṃvattati, na taṃ kammaṃ kammasamudayāya saṃvattati. Yaṃ, bhikkhave, adosapakataṃ................. Yaṃ, bhikkhave, amohapakataṃ.............. taṃ kammaṃ kusalam taṃ kammaṃ anavajjaṃ taṃ kammaṃ sukhavipākaṃ, taṃ kammaṃ kammanirodhāya saṃvattati, na taṃ kammaṃ kammasamudayāya saṃvattati. Imāni kho, bhikkhave, tīṇi nidānāni kammānaṃ samudayāyā''ti.

Dengan demikian menurut saya, setiap puñña bukan merupakan kusala. Kusala lebih tinggi dari puñña.


_/\_

Peacemind

Quote from: NOYA on 06 July 2010, 09:38:13 AM
Quotearti kata punna apa tuh ya beda dngan kusala?

Puñña berbeda dengan kusala

Sebelum berbicara lebih lanjut perlu ditandaskan dulu bahwa perbedaannya adalah hanya pada kadar loba, dosa dan moha yang menyertainya saja. Pada dasarnya keduanya adalah perbuatan baik.

Puñña berarti 'merit' atau perbuatan jasa. Apabila kita melakukan perbuatan baik yang masih disertai pamrih, masih ada kadar lobha, dosa dan mohanya walaupun sedikit, itu masih dikategorikan sebagai puñña dan bukan kusala. Perbuatan baik yang dilakukan dengan tujuan masuk surga adalah juga termasuk puñña. Lihat saja penjelasan di dalam Dhammapada Yamaka Vagga syair 18 yang menyatakan bahwa puñña membuat seseorang terlahir di alam surga (Idha nandati pecca nandati, katapuñño ubhayattha nandati, puñaṃ me kata''nti nandati, bhiyyo nandati suggatiṃ gato).

Kusala berarti; clever, expert, good, right, skilfull, meritorious, profitable dan wholesome . Kusala ini berarti perbuatan yang telah terbebas dari lobha, dosa dan moha serta mendekatkan pada perealisasian Nibbāna. (Sannath Nanakara. Encyclopaedia of Buddhism.  Vol VI. Sri Lanka: The Government of Sri  Lanka. 1996. Hal. 258.) Pengertian kusala yang di dalam Tipiṭaka misalnya didapat di dalam Aṅgutara Nikaya I. 263. Di dalam Aṅgutarra Nikāya ini dijelaskan bahwa praktik kusala yang bercirikan alobha, adosa dan amoha mengantarkan pada perealisasian Nibbāna.

Di dalam Aṅguttara disebutkan sebagai berikut: Alobho nidānaṃ kammānaṃ samudayāya, adoso nidānaṃ kammānaṃ samudayāya, amoho nidānaṃ kammānaṃ samudayāya. Yaṃ, bhikkhave, alobhapakataṃ kammaṃ alobhajaṃ alobhanidānaṃ alobhasamudayaṃ, taṃ kammaṃ kusalam taṃ kammaṃ anavajjaṃ taṃ kammaṃ sukhavipākaṃ, taṃ kammaṃ kammanirodhāya saṃvattati, na taṃ kammaṃ kammasamudayāya saṃvattati. Yaṃ, bhikkhave, adosapakataṃ................. Yaṃ, bhikkhave, amohapakataṃ.............. taṃ kammaṃ kusalam taṃ kammaṃ anavajjaṃ taṃ kammaṃ sukhavipākaṃ, taṃ kammaṃ kammanirodhāya saṃvattati, na taṃ kammaṃ kammasamudayāya saṃvattati. Imāni kho, bhikkhave, tīṇi nidānāni kammānaṃ samudayāyā''ti.

Dengan demikian menurut saya, setiap puñña bukan merupakan kusala. Kusala lebih tinggi dari puñña.


_/\_

Berkaitan dengan kalimat yang dibold di atas, apakah benar bahwa semua kusala pasti merupakan perbuatan yang terbebas dari lobha, dosa dan moha?  Coba lihat kalimat di bawah ini:


''Atha kho tesaṃ, bhikkhave, sattānaṃ evaṃ bhavissati – 'mayaṃ kho akusalānaṃ dhammānaṃ samādānahetu evarūpaṃ āyataṃ ñātikkhayaṃ pattā. Yaṃnūna mayaṃ kusalaṃ kareyyāma. Kiṃ kusalaṃ kareyyāma? Yaṃnūna mayaṃ pāṇātipātā virameyyāma, idaṃ kusalaṃ dhammaṃ samādāya vatteyyāmā'ti. Te pāṇātipātā viramissanti, idaṃ kusalaṃ dhammaṃ samādāya vattissanti. Te kusalānaṃ dhammānaṃ samādānahetu āyunāpi vaḍḍhissanti, vaṇṇenapi vaḍḍhissanti. Tesaṃ āyunāpi vaḍḍhamānānaṃ vaṇṇenapi vaḍḍhamānānaṃ dasavassāyukānaṃ manussānaṃ vīsativassāyukā puttā bhavissanti.

Atha kho tesaṃ, bhikkhave, sattānaṃ evaṃ bhavissati – 'mayaṃ kho kusalānaṃ dhammānaṃ samādānahetu āyunāpi vaḍḍhāma, vaṇṇenapi vaḍḍhāma. Yaṃnūna mayaṃ bhiyyosomattāya kusalaṃ kareyyāma. Kiṃ kusalaṃ kareyyāma? Yaṃnūna mayaṃ adinnādānā virameyyāma... kāmesumicchācārā virameyyāma... musāvādā virameyyāma... pisuṇāya vācāya virameyyāma... pharusāya vācāya virameyyāma... samphappalāpā virameyyāma... abhijjhaṃ pajaheyyāma... byāpādaṃ pajaheyyāma... micchādiṭṭhiṃ pajaheyyāma... tayo dhamme pajaheyyāma – adhammarāgaṃ visamalobhaṃ micchādhammaṃ... yaṃnūna mayaṃ matteyyā assāma petteyyā sāmaññā brahmaññā kule jeṭṭhāpacāyino, idaṃ kusalaṃ dhammaṃ samādāya vatteyyāmā'ti. Te matteyyā bhavissanti petteyyā sāmaññā brahmaññā kule jeṭṭhāpacāyino, idaṃ kusalaṃ dhammaṃ samādāya vattissanti.

Tampaknya perbuatan kusala di atas masih diliputi lobha (meskipun halus) sehingga sebagai akibatnya mereka berumur panjang. Ada pendapat?

Johsun

 [at] noya, seingat saya, kusala dan akusala masih belum terlepas dari LDM, kalau udah terbebas dari LDM, mungkin bukan kusala lagi namanya, tapi kiriya, cmiiw ...
CMIIW.FMIIW.

Mr. pao

di surga ada internet ga?
kalo ga bisa main net, akan sangat membosankan.
kalo ana det kita kan bisa ganti istana kita dengan tema yang kita suka.   :))
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Adhitthana

Quote from: Peacemind on 05 July 2010, 09:44:49 PM
Quote from: Sumedho on 05 July 2010, 11:17:34 AM
bhante, apakah ada rujukan yg mengatakan bagaimana pria terlahir sebagai wanita atau kebalikannya? dalam hubungan dengan topik ini yah bisa jadi wanita terlahir jadi dewa?

Cerita Theri Isidasi dalam Therigāthā mengisahkan bagaimana pada salah satu kehidupan lampaunya, theri ini adalah seorang laki. Berkaitan dengan wanita terlahir jadi dewa bisa dilihat dari cerita dewi Mahamaya, ibunda Pangeran Siddhatta. Ia dilahirkan menjadi seorang dewa (bukan dewi) di alam Tavatimsa.
Ralat .... Samanera  _/\_ ;D

Ibunda Pangeran Siddhatta ... dewi Mahamaya
terlahir sebagai Deva .... di Surga Tusita  :)
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Peacemind

Quote from: Virya on 07 July 2010, 02:06:00 AM
Quote from: Peacemind on 05 July 2010, 09:44:49 PM
Quote from: Sumedho on 05 July 2010, 11:17:34 AM
bhante, apakah ada rujukan yg mengatakan bagaimana pria terlahir sebagai wanita atau kebalikannya? dalam hubungan dengan topik ini yah bisa jadi wanita terlahir jadi dewa?

Cerita Theri Isidasi dalam Therigāthā mengisahkan bagaimana pada salah satu kehidupan lampaunya, theri ini adalah seorang laki. Berkaitan dengan wanita terlahir jadi dewa bisa dilihat dari cerita dewi Mahamaya, ibunda Pangeran Siddhatta. Ia dilahirkan menjadi seorang dewa (bukan dewi) di alam Tavatimsa.
Ralat .... Samanera  _/\_ ;D

Ibunda Pangeran Siddhatta ... dewi Mahamaya
terlahir sebagai Deva .... di Surga Tusita  :)

Yap betul. Trims, telah mengoreksinya.

NOYA

QuoteKusala ini berarti perbuatan yang telah terbebas dari lobha, dosa dan moha serta mendekatkan pada perealisasian Nibbāna.

Hehehe....I admit my fault dech. Kayaknya saya gak boleh menggunakan kata terlepas karena belum sepenuhnya terlepas dari tiga kekotoran  ini. Saya seharusnya menggunakan kata "LEBIH SEDIKIT" lobha, dosa dan mohanya dibandingkan dengan puñña. Dan setelah saya baca artikelnya lagi, yang dinamakan telah terbebas dari lobha, dosa dan moha itu adalah Nibbānanya. Jadi kusala adalah perbuatan yang MENJURUS pada terkikisnya lobha, dosa dan moha dan perealisasian Nibbāna.

Dan satu hal yang penting yaitu, puñña bukan berarti tidak berguna sama sekali. Puñña ternyata adalah preliminary praktik untuk pengembangan kusala.


QuoteTampaknya perbuatan kusala di atas masih diliputi lobha (meskipun halus) sehingga sebagai akibatnya mereka berumur panjang. Ada pendapat?

Iya, setuju dengan argumentasi seperti tersebut dia tas. Apalagi kalau melihat uraian macam-macam perbuatan kusala di dalam Abhidhammatasangaha.


Quote[at] noya, seingat saya, kusala dan akusala masih belum terlepas dari LDM, kalau udah terbebas dari LDM, mungkin bukan kusala lagi namanya, tapi kiriya, cmiiw ...

Iya sih, kalau kusala dalam konteks pembahasan tentang macam-macam citta, dimana menurut Theravāda  Abhidhamma ada 89/121 citta yang terbagi dalam Kamavacara Citta: 54,  Rupavacara-Citta: 15, Arupavacara-Citta: 12 dan Lokuttara-Citta: 8 atau 40, maka ada kusala citta yang masih bersekutu (sahetuka) dengan lobha, dosa, dan moha. Ini semakin memperkuat bahwa saya salah dan seharusnya saya  menggunakan statement bahwa Kusala "LEBIH SEDIKIT" lobha, dosa dan mohanya daripada puñña.

Jika ada yang mau memberi penjelasan lebih baik tentang puñña dan kusala, all are welcome.

_/\_

Johsun

Stlh baca sekilas memang punna digunakan untk ditujukan kpd tindakan yg mengharapkan imbalan seperti surgawi..sdangkan kusala ditujukan untk ke arah nibbana, mgkin istilah lainnya memupuk parami dlm jalur bodhisatta..
Dikatakan, punna merupakan tindakan landasan selanjutnya untk terjdinya sebuah tindakan kusala..cmiiw..
CMIIW.FMIIW.