NO AJAHN CHAH (PENCERMINAN)-PART 1

Started by Sunny Tan, 22 June 2010, 02:41:48 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sunny Tan

Suatu ketika ada seorang umat datang menemui Ajahn Chah dan bertanya, "Siapakah Ajahn Chah itu". Ajahn Chah melihat pengetahuan spiritual dari orang tersebut belumlah maju, maka ia menunjuk kepada dirinya sendiri, lalu ia berkata, "Inilah Ajahn Chah".
Pada kesempatan lain, Ajahn Chah ditanya dgn pertanyaan yg sama oleh umat yg lain. Karena ia melihat orang ini memiliki pengetahuan Dhamma lebih tinggi, maka ia mengatakan, "Ajahn Chah? Tidak ada Ajahn Chah"

"Buddha membabarkan kepada kita penyebab kesedihan di dalam pikiran kita dlm kehidupan ini. Kekotoran batin adl menyedihkan. Hal itu bukan krn pikiran yg sedih. Kita tdk tahu apa pikiran dan kekotoran batin itu. Dlm segala hal, kita tdk pernah puas. Dan kita tdk ingin berhubungan dgn hal tsb. Sebenarnya jalan hidup kita tdklah sulit. Yg menyebabkan kesulitan adl krn ketidakpuasan, tdk bersedia menerima keadaan. Sifat-sifat kekotoran batin itulah yg menyebabkan timbulnya kesulitan/penderitaan. Bila pikiranmu bahagia, kamu akan bahagia kemanapun kamu pergi. Bila kebijaksanaan bangkit dlm dirimu, kamu akan melihat kebenaran dimanapun kamu melihat. Kebenaran berada dimana saja. Sama halnya ketika kamu sedang belajar membaca – kamu dpt membaca kemana pun kamu pergi."

(kumpulan kutipan dibawah ini diambil dari: BODHINYANA; A TASTE OF FREEDOM; A STILL FOREST POOL; SAMADHI BHAVANA; SEEING THE WAY; LIVING DHAMMA; FOOD OF THE HEART; AND VENERABLE FATHER; A LIFE WITH AJAHN CHAH. Sedangkan beberapa kutipan lainnya berasal dari koleksi pribadi yg sampai sekarang belum diterbitkan.)


DAFTAR ISI
I.   KELAHIRAN DAN KEMATIAN
II.   BADAN JASMANI
III.   PERNAFASAN
IV.   DHAMMA
V.   HATI DAN PIKIRAN
VI.   KETIDAKKEKALAN (ANNICA)
VII.   KAMMA
VIII.   LATIHAN MEDITASI
IX.   ANATTA (TANPA DIRI)
X.   KETENANGAN
XI.   DUKKHA (PENDERITAAN)
XII.   GURU
XIII.   PANDANGAN (PENGERTIAN) DAN PAŃŃA (KEBIJAKSANAAN)
XIV.   KEBAJIKAN
XV.   SERBA-SERBI

I.   KELAHIRAN DAN KEMATIAN
1.   Latihan yg baik adl bertanya kepada diri sendiri dgn sungguh-sungguh, "mengapa saya dilahirkan?". Bertanyalah kepada dirimu tiap pagi, sore, dan malam hari........setiap hari.
2.   Kelahiran dan kematian kita merupakan suatu ikatan. Kita tdk memiliki kematian tanpa kelahiran dan sebaliknya. Suatu hal yg lucu bila melihat kematian, orang-orang menangis dan sedih, tetapi menerima kelahiran dgn begitu bahagia dan gembira. Ini merupakan pikiran yg salah. Saya kira bila anda ingin menangis, lebih baik dilakukan pada saat seseorang dilahirkan. Menangislah di awal, krn jika tdk ada kelahiran, maka tdk akan ada kematian. Bisakah anda memahami hal ini?
3.   Anda bisa mengkaji, apakah orang akan mengerti bagaimana hidup di dalam kandungan seorang ibu? Betapa tidak nyamannya! Lihatlah, seperti tinggal di dlm sebuah gubug yg satu hari saja sulit utk dilalui. Bila anda mengunci semua pintu dan jendela, maka anda akan mati lemas. Bagaimana keadaan anda bila anda berada di dalam kandungan seorang ibu selama Sembilan bulan? Sekalipun demikian anda masih ingin dilahirkan kembali! Sangat tdk nyaman berada di dalam kandungan: kepala kamu akan menempel di dalam kandungan, juga leher kamu akan tersimpul sekali lagi.
4.   Mengapa kita dilahirkan? Kita dilahirkan supaya kita tdk terlahir kembali!
5.   Bila mereka tdk memahami kematian, hidup dapat menjadi sangat membingungkan.
6.   Buddha bersabda kepada Murid-Nya, Ananda, utk melihat ketidakkekalan, melihat kematian dlm setiap pernafasan. Kita harus mengetahui kematian! Kita harus mati supaya hidup. Apakah artinya ini? Mati adl mengakhiri semua keragu-raguan kita. Semua pertanyaan kita hanya sampai disini dgn realita yg ada. Anda tdk akan pernah mati besok! Anda harus mati sekarang. Dapatkah anda memahami hal ini? Jika anda dapat memahaminya, anda akan mengalami ketenangan dan tdk akan ada pertanyaan lagi.
7.   Kematian adl sama dekatnya seperti pernafasan kita.
8.   Bila anda telah terlatih dgn benar, anda tdk akan takut pada waktu anda jatuh sakit, juga tdk sedih bila seseorang meninggal dunia. Pada waktu anda pergi ke rumah sakit utk suatu perawatan, pasti dlm pikiran anda terbetik suatu pertanyaan, jika anda sembuh, itu hal yg baik; tetapi jika anda mati, itu juga hal yg baik. Saya pastikan jika dokter memberitahu saya bahwa saya menderita kanker dan akan segera mati dlm beberapa bulan, saya akan mengingatkan dokter tersebut, "hati-hati, krn kematian akan datang pada anda juga. Hanya ada satu pertanyaan, siapa yg akan mati terlebih dahulu dan siapa yg akan mati kemudian." Dokter itu tdk akan menyembuhkan kematian atau mencegah kematian. Hanya Buddhalah dokternya. Jadi mengapa tdk datang dan menggunakan obat Buddha?
9.   Jika anda takut terhadap penyakit, jika anda takut terhadap kematian, maka anda harus merenung sesaat, "darimana penyakit dan kematian itu berasal?" mereka timbul dari kelahiran. Jadi jgn bersedih bila seseorang mati – itu sesuatu yg alami, penderitaannya dlm kehidupan ini telah berakhir. Bila anda ingin bersedih, bersedihlah saat seseorang dilahirkan! Oh, tidak, mereka telah datang kembali. Mereka akan menderita dan mati kembali!
10.   Mereka yg telah mengerti, mengetahui dgn pasti bahwa semua fenomena yg terkondisi adl tdk penting. Jadi "mereka yg telah mengerti" tdk menjadi gembira atau sedih, tdk mengikuti perubahan keadaan. Tdk menjadi gembira krn kelahiran; tdk menjadi sedih krn kematian. Krn kita mati, maka kita dilahirkan kembali. Bila dilahirkan, kita akan mengalami kematian kembali. Kelahiran dan kematian berasal dari satu moment ke moment berikutnya dlm perputaran roda samsara yg belum berakhir.

II.   BADAN JASMANI
1.   Bila badan jasmani dpt berbicara, dia akan berkata kepada kita setiap saat, "anda bukan tuan saya." Sebenarnya badan ini telah mengatakan kpd kita setiap saat, tetapi dlm bahasa Dhamma, sayang kita belum mampu memahaminya.
2.   Kondisi bukan milik kita. Kondisi mengikuti keadaan alam. Kita tdk dpt melakukan pekerjaan seperti yg dilakukan tubuh kita. Kita dapat mempercantiknya sedikit, membuatnya kelihatan menarik dan membersihkannya utk sesaat, seperti remaja putri yg memoles bibirnya dan membiarkan kuku jarinya menjadi panjang, tetapi bila usia tua tiba, setiap orang akan mengalami hal yg sama. Itulah cara tubuh bekerja. Kita tdk dpt mengubahnya. Tetapi kita dpt mengembangkan dan mempercantik pikiran kita.
3.   Bila tubuh kita sungguh-sungguh milik kita, tubuh ini akan mematuhi perintah kita. Bila saya katakan, "jangan menjadi tua!" atau "saya melarang kamu menjadi sakit", apakah tubuh ini akan mematuhi kita? Tidak! Tubuh ini tdk akan memperhatikan perintah kita. Kita hanya menyewa 'rumah' ini. Namun tdk memilikinya. Bila kita berpikir bahwa tubuh ini milik kita, maka kita akan menderita pada saat kita harus meninggalkannya. Tetapi kenyataannya, tdk ada diri yg kekal. Segala sesuatu pasti akan berubah, tdk ada sesuatu yg solid, yg dapat kita pakai utk berpegang.

III.   PERNAFASAN
1.   Mereka yg dilahirkan dan mati tdk pernah sekalipun sadar akan nafasnya yg keluar masuk ke dalam tubuhnya. Betapa jauh mereka hidup dari dirinya sendiri.
2.   Waktu adl pernafasan kita saat ini.
3.   Anda berkata bahwa anda terlalu sibuk utk bermeditasi. Apakah anda memiliki waktu utk bernafas? Meditasi adl pernafasan anda. Mengapa anda memiliki waktu utk bernafas, tetapi tdk memiliki waktu utk bermeditasi? Bernafas adl sesuatu yg vital bagi kehidupan seseorang. Bila anda mengetahui bahwa praktik Dhamma adl vital dlm kehidupan anda, maka anda akan merasakan bahwa bernafas dan praktik Dhamma adl sama penting.

IV.   DHAMMA
1.   Apakah artinya Dhamma? Dhamma adl suatu kebenaran.
2.   Bagaimana Dhamma menuntun ke jalan kehidupan yg benar? Dhamma menunjukkan jalan kehidupan. Dhamma mempunyai banyak jalan utk memperlihatkan kehidupan - ada di batu karang atau di pohon atau tepat di depanmu. Dhamma adl suatu ajaran, bukan kata-kata. Jadi tenangkan pikiran, hati, dan belajar utk melihatnya. Anda akan menemukan seluruh Dhamma yg menampakkan dirinya di sini dan sekarang ini. Apa yg akan anda lihat di lain waktu dan lain tempat?
3.   Pertama, mengerti Dhamma dgn pikiran anda. Bila anda mulai menegrti Dhamma, maka anda akan melaksanakannya. Dan pada saat anda melihatnya, anda adl Dhamma dan anda telah memiliki cinta kasih Sang Buddha.
4.   Dhamma harus dicari dgn melihatnya di dalam hatimu sendiri dan melihat yg mana kebenaran dan yg mana bukan kebenaran, yg mana keseimbangan dan yg mana bukan keseimbangan.
5.   Sulit menemukan mereka yg mendengarkan Dhamma, yg mengingat Dhamma, dan yg mempraktikan Dhamma, yg mencapai Dhamma dan yg melihatnya.
6.   Tanpa menghiraukan waktu dan tempat, semua praktik Dhamma menuju tempat penyelesaian dimana tdk ada sesuatu. Ini adl tempat pelepasan, pengosongan, dan peletakan beban. Ini adl suatu akhir penyelesaian.
7.   Dhamma itu tidaklah jauh. Dhamma itu ada bersama kita. Dhamma bukan tentang Dewa-Dewa di langit atau semacamnya. Dhamma adl mengenai diri kita, mengenai apa yg sedang kita kerjakan saat ini. Amatilah dirimu! Kadang-kadang bahagia, kadang-kadang menderita, kadang-kadang nyaman, kadang-kadang sakit.........................inilah Dhamma. Apakah anda melihatnya? Utkmengetahui Dhamma ini, anda harus merasakannya dari pengalaman anda sendiri.
8.   Sang Buddha ingin kita berhubungan dgn Dhamma, tetapi orang-orang hanya berhubungan dgn kata-kata, buku-buku dan kitab suci. Hubungan ini adl tentang "teori Dhamma", dan bukan berhubungan dgn "Dhamma yg sesungguhnya", yg diajarkan oleh Guru Agung kita. Bagaimana mungkin dapat mengatakan bahwa mereka sedang praktik Dhamma dgn baik dan benar bila mereka hanya melakukan hal itu? Mereka masih berada jauh dari Dhamma.
9.   Bila kamu mendengarkan Dhamma, kamu harus membuka hatimu dan bawalah dirimu ke hatimu. Jgn coba mengakumulasi apa yg kamu dengar atau berusaha dgn sungguh-sungguh menyimpan apa yg kamu dengar melalui memori. Biarlah Dhamma mengalir ke dalam hatimu, seperti Dhamma telah menampakkan dirinya, dan menjagamu tiada hentinya, terus mengalir hingga saat ini. Apa yg telah siap disimpan, biarlah berjalan dgn sendirinya, dan hal ini akan terajdi secara alamiah bukan melalui usaha yg dipaksakan.
10.   Sama halnya ketika kamu membabarkan Dhamma, kamu tdk harus memaksa dirimu. Dhamma harus terjadi dgn sendirinya dan mengalir secara spontan dari moment dan lingkungan saat ini. Setiap orang memiliki tingkat kemampuan menerima yg berbeda, dan ketika kamu berada di tingkat yg sama, maka Dhamma itu akan mengalir. Sang Buddha memiliki kemampuan mengenal temperamen dan kemampuan menerima seseorang. Beliau menggunakan metode pengajaran yg spontan, bukan krn beliau memiliki tenaga khusus yg melebihi manusia utk mengajarkan umat, tetapi beliau sensitif terhadap kebutuhan spiritual umat yg datang pada-Nya. Jadi, Beliau mengajarkan ajaran yg disesuaikan dgn umat-Nya.

V.   HATI DAN PIKIRAN
1.   Hanya adl satu buka yg patut dibaca, yaitu: Sang Hati.
2.   Sang Buddha membabarkan kepada kita penyebab kesedihan di dalam pikiran kita dalam kehidupan ini. Kekotoran batin adl menyedihkan. Hal ini bukan karena pikiran yg sedih. Kita tdk tahu apa pikiran dan kekotoran batin itu. Dalam segala hal, kita tdk pernah puas. Dan kita tdk ingin berhubungan dgn hal tsb. Sebenarnya jalan hidup kita tidaklah sulit. Yg menyebabkan kesulitan adl karena ketidakpuasan, tdk bersedia menerima keadaan. Sifat-sifat kekotoran batin itulah yg menyebabkan timbulnya kesulitan/penderitan.
3.   Dunia berada dalam keadaan sangat demam. Pikiran berubah dari suka menjadi tdk suka krn demam dunia. Bila kita dapat belajar membuat pikiran kita tenang, hal ini merupakan bantuan yg sangat besar bagi dunia.
4.   Bila pikiranmu bahagia, kamu akan bahagia kemana pun kamu pergi. Bila kebijaksanaan bangkit dalam dirimu, kamu akan melihat kebenaran dimana pun kamu melihat. Kebenaran berada dimana saja. Sama halnya ketika kamu sedang belajar membaca -  kamu dapat membaca kemana pun kamu pergi.
5.   Bila kamu alergi terhadap suatu tempat, kamu akan alergi dimana pun kamu berada. Tetapi yg bermasalah bukanlah tempat di luar dirimu, yg bermasalah adl "tempat" yg berada di dalam dirimu.
6.   Lihatlah ke dalam pikiranmu sendiri. Orang yg membawa barang-barang berpikir bahwa dirinya telah mendapatkan barang-barang tsb, tetapi mereka yg berpikir seperti itu hanya melihatnya sebagai beban semata. Buanglah pikiran seperti itu, biarlah ia menghilang dan carilah penerangan.
7.   Pikiran itu sebenarnya tenang. Diluar ketenangan itu, kegelisahan dan kecemasan telah lahir. Bila seseorang melihat dan mengenali kecemasan ini, maka pikirannya akan menjadi tenang kembali.
8.   Agama Buddha adl agama hati. Hanya itu. Seseorang yg berlatih mengembangkan hatinya adl orang yg telah mempraktikkan agama Buddha.
9.   Bila lampu itu buram (tdk terang), tdk mudah melihat sarang laba-laba tua di sudut-sudut ruangan. Tetapi bila lampu itu teran, kamu dpt melihatnya dgn jelas dan dapat membersihkan sarang laba-laba itu. Ketika pikiranmu terang, kamu juga dapat melihat kekotoran batin di dalam dirimu dgn jelas, maka bersihkanlah kekotoran batin itu.
10.   Menguatkan pikiran tdklah dilakukan dgn membawa pikiran itu berputar-putar, seperti mengencangkan otot-otot tubuh, tetapi bawalah pikiran itu berhenti, biarkan pikiran itu beristirahat (mengendap).
11.   Krn orang-orang tdk bercermin pada diri mereka sendiri, maka mereka melakukan semua jenis perbuatan buruk. Mereka tdk melihat pada pikiran mereka sendiri. Bila mereka ingin berbuat sesuatu yg buruk, mereka akan melihat dahulu ke sekitar mereka, apakah ada seseorang yg sedang melihatnya. "apakah ibu saya akan melihat saya?", "apakah suami saya akan melihat saya?", " apakah anak-anak saya akan melihat saya?", "apakah istri saya akan melihat saya?", bila tdk ada seorang pun yg sedang memperhatikan, mereka maju dan melakukan perbuatan buruk itu. Ini sangat memalukan. Mereka mengatakan tdk seorangpun memperhatikannya. Jadi mereka cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan mereka sebelum orang lain melihatnya. Dan bagaimana dgn diri mereka sendiri? Bukankah mereka adl orang-orang yg sedang memperhatikan?
12.   Gunakan hatimu utk mendengarkan Ajaran, bukan telingamu.
13.   Ada orang yg bertarung dgn kekotoran batin dan menenangkannya. Ini disebut berperang ke dalam. Mereka yg berperang ke luar membawa bom dan senjata, melempar dan menembak. Mereka dapat menaklukkan dan ditaklukkan. Menaklukkan orang lain adl cara dunia. Di dalam praktik Dhamma, kita tdk semestinya berperang dgn orang lain, tetapi ke dalam diri sendiri: taklukkanlah pikiranmu sendiri, bersabar menahan semua suasana hati dari dalam dirimu.
14.   Darimana asalnya hujan? Hujan berasal dari air kotor yg menguap dari tanah, seperti urine dan air yg kamu buang setelah cuci kaki. Bukankah menakjubkan bagaimana langit dapat menyerap air kotor dan merubahnya menjadi murni, air bersih? Pikiranmu pun dapat melakukan hal yg sama terhadap kekotoran batin yg ada di dalam dirimu, jika kamu menginginkannya.
15.   Buddha mengatakan kepada kita utk menghakimi diri sendiri dan tdk menghakimi orang lain, tdk memeprsoalkan apakah mereka baik atau jahat. Sang Buddha hanya mengajarkan hal-hal pokok utk keluar dari cara itu, sabda-Nya, "Kebenaran adl seperti ini." Sekarang, apakah pikiranmu seperti ini atau tidak?   

VI.   ANNICA (KETIDAKKEKALAN)
1.   Kondisi ada melalui perubahan. Kamu tdk bisa mencegahnya. Coba pikirkan, bisakah kamu mengeluarkan nafas tanpa menghirup udara? Apakah hal ini baik? Atau dapatkah kamu hanya menghirup udara? Kita menginginkan semuanya itu permanen, tetapi tdk bisa. Itu merupakan hal yg tdk mungkin.
2.   Bila kamu tahu bahwa semuanya itu tdk kekal, maka cara berpikirmu akan berangsur-angsur berubah, tdk menjadi berbelit-belit, dan kamu tdk perlu berpikir terlalu banyak. Bilamana suatu hal terjadi, yg perlu kamu katakan adl, "Oh, yg lainnya!" Hanya itu.
3.   Ungkapan apa saja yg mengabaikan ketidakpastian bukan berasal dari seorang pujangga.
4.   Bila kamu sungguh-sungguh melihat ketidakpastian dgn jelas, kamu akan melihat sesuatu yg pasti. Kepastian adl sesuatu yg tdk mungkin dihindari dan diubah menjadi ketidakpastian dan mereka tdk dapat dibalik. Dapatkah hal ini dipahami? Hanya dgn mengenali hal ini dgn baik, kamu dapat mengenali Sang Buddha, kamu akan menghormati Sang Buddha dgn benar.
5.   Bila pikiranmu mencoba memberitahumu bahwa seseorang telah mencapai tingkat Sotapanna, datang dan menghormatlah kepadanya. Ia sendiri yg akan memberitahumu tentang semua ketidakpastian. Jika kamu bertemu dgn seorang Sakadagami, datang dan menghormatlah kepadanya. Bila melihatmu, ia akan berkata, "Bukan suatu hal yg pasti." Bila ada seorang Anagami, datang dan menghormatlah. Ia hanya akan memberitahumu satu hal, "Ketidakpastian". Bahkan jika kamu bertemu dgn seorang Arahat, datang dan menghormatlah. Ia bahkan akan mengatakan dgn tepat "Itu semua bahkan lebih tdk pasti!". Dan kamu akan mendengar kata-kata yg paling utama, "Segala sesuatu itu tdk pasti Jangan berpegang pada benda apapun." 
6.   Kadang-kadang saya suka pergi dan melihat tempat-tempat keagamaan yg tua dgn vihara-vihara yg kuno. Di beberapa tempat bangunan itu tampak retak. Mungkin salah satu teman saya akan berkata, "Alangkah memalukannya, bukan? Bangunan itu retak." Saya akan menjawab, "Bila bangunan-bangunan itu tdk retak, berarti tdk sama dgn ajaran Sang Buddha. Tdk ada Dhamma. Bangunan itu retak seperti ini, karena itulah sesungguhnya ajaran Sang Buddha."
7.   Kondisi terjadi secara alamiah. Pada saat kita tertawa atau menangis, maka kondisi tsb terjadi apa adanya. Tdk ada ilmu pengetahuan yg dapat mencegah kondisi itu terjadi. Kamu bisa meminta bantuan dokter gigi utk memeriksa gigi-gigimu, tetap tetap saja gigi-gigi itu tumbh secara alamiah. Akhirnya bahkan dokter gigi itupun mengalami hal yg sama. Segala sesuatunya juga berakhir.
8.   Apa yg dapat kita pegang utk kepastian? Tidak ada! Tdk ada suatu apapun, kecuali perasaan. Penderitaan muncul, berkembang, lalu lenyap. Kemudian kebahagiaan menggantikan penderitaan – hanya ini. Di luar hal ini, tdk ada apapun. Tetapi kita adl orang-orang sesat yg sedang berlari dan merampas perasaan terus-menerus. Padahal perasaan itu bukanlah sesuatu yg nyata, dia tdk lebih hanyalah perubahan-perubahan.


~continue~

Sunny Tan

#1
~Lanjutan PART 1~

VII.   KAMMA
1.   Bila mereka tdk mengerti Dhamma, maka mereka dapat berbuat tdk baik, mereka melihat sekitar utk meyakinkan tdk ada orang sekitar yg memperhatikan. Tetapi kamma kita selalu memperhatikan. Kita sungguh-sungguh tdk bisa lari darinya.
2.   Perbuatan baik membawa hasil yg baik, perbuatan buruk membawa hasil yg buruk. Jangan berharap para Dewa melakukan suatu hal utkmu, atau peri-peri atau Dewa penolong melindungimu, atau hari-hari yg dipercaya membawa kemakmuran dapat membantu. Semua hal ini tdk benar. Jangan mempercayai semua itu. Bila kamu mempercayainya, kamu akan menderita. Kamu akan selalu menunggu hari yg baik, bulan yg baik, tahun yg baik, peri-peri atau dewa penolong. Kamu akan menderita krn hal itu. Lihatlah pada ucapan dan perbuatanmu, lihatlah kamma-mu sendiri. Dengan berbuat kebaikan, kamu akan mewarisi hal yg baik. Dgn berbuat jahat, kamu akan mewarisi hal yg buruk.
3.   Dengan praktik yg benar kamu telah mengakhiri kamma lama di kehidupan lampau. Mengetahui bagaimana segala sesuatu muncul dan lenyap, kamu akan sadar dan membiarkan segala sesuatu berjalan apa adanya. Bagaikan dua pohon, yg satu diberi pupuk dan disiram sedangkan yg satunya lagi tdk dirawat, tdk usah ditanya lagi, mana yg akan tumbuh dgn baik dan mana yg akan mati.
4.   Sebagian dari anda datang dari tepat yg jauhnya ribuan mil, Eropa, Amerika, dan tempat jauh lainnya utk mendengar Dhamma disini, di Vihara Nang Pah Pong. Mengingat anda datang dari tempat yg jauh dan telah melewati begitu banyak kesulitan utk sampai kesini. Kami juga memiliki tamu (pendengar) yg tinggal hanya di luar dinding vihara ini, yg sekarang juga berada di Baktisala ini. Itulah yg membuat anda lebih menghargai kamma baik, bukankah demikian?
5.   Ketika kamu melakukan perbuatan buruk, tdk ada tempat bagimu utk bersembunyi, meskipun tdk ada yg melihatnya. Seandainya orang lain tdk melihatmu, kamu harus melihat dirimu sendiri. Meskipun kamu pergi ke lubang yg dalam, kamu masih bisa melihat dirimu sendiri. Tdk ada jalan utk melakukan perbuatan buruk dan melarikan diri darinya. Dgn cara yg sama, mengapa kamu tdk melakukan hal tsb utk melihat kesucian? Kemu bisa melihat semua itu: ketenangan, kegelisahan, pembebasan, perbudakan. Kamu melihat semuanya ini utk dirimu sendiri.

VIII.   LATIHAN MEDITASI
1.   Bila kamu hanya menunggu bertemu Buddha yg akan datang, tetapi tidak mempraktikkan ajaran-Nya, mungkin kamu hanya berputar-putar cukup lama menunggu Beliau datang.
2.   Saya pernah mendengar orang berkata, "Oh Tuhan, ini adl tahun yg jelek (tdk menguntungkan) bagi saya, bagaimana bisa terjadi demikian?", "saya sakit sepanjang tahun. Saya sama sekali tdk bisa berlatih." Jika mereka tdk berlatih pada saat kematian sudah dekat, lantas kapan mereka akan berlatih?. Tdk, mereka tersesat dlm kegembiraan. Bila mereka menderita, mereka juga tetap tdk berlatih. Mereka tersesat dlm penderitaan juga. Saya tdk tahu, kapan orang-orang itu merasa perlu berlatih.
3.   Saya sudah menggelar jadwal dan peraturan Vihara. Jgn berlebihan dgn standar yg ada. Siapapun yg berlatih bukanlah orang yg datang dgn tujuan utk berlatih dgn sungguh-sungguh. Apa yg diharapkan oleh orang seperti itu dgn melihat-lihat? Bahkan bila ia tidur di dekat saya setiap hari, ia tdk akan melihat saya. Meskipun ia tidur dekat Sang Buddha, ia tdk akan melihat Beliau, bila ia tdk berlatih.
4.   Janganlah mengira bahwa hanya dgn duduk santai menutup mata itu sudah berlatih. Bila kamu berpikir demikian, cepatlah merubah cara berpikirmu. Berlatih yg benar adl menjaga kesadaran dlm setiap bentuk (posisi) tubuh, apakah duduk, berjalan, berdiri, atau berbaring. Bila bangkit dari duduk, jgn menganggap kamu keluar dari meditasi, tetapi kamu hanya merubah posisi tubuh. Bila kamu berpikir seperti ini, kamu akan merasa tenang. Dimana pun kamu berada, kamu akan memiliki sikap latihan seperti ini, sehingga secara terus-menerus kamu akan selalu memiliki kesadaran (sati) yg selalu bersamamu.
5.    Selama saya belum mencapai Pencerahan Sempurna, saya tdk akan bangkit dari tempat ini, meskipun darah saya mengering." Membaca pernyataan demikian di buku ini, kamu akan berpikir utk mencobanya sendiri. Kamu akan melakukannya seperti Buddha. Tetapi kamu tdk mempertimbangkan bahwa kendaraanmu hanyalah kendaraan yg kecil. Kendaraan Sang Buddha adl kendaraan yg sangat besar, Beliau dapat melakukan semuanya seketika. Hanya dgn kendaraan yg kecil itu, bagaimana mungkin kamu dapat melakukannya sekaligus? Ini merupakan hal yg benar-benar berbeda.
6.   Saya pergi mencari tempat utk meditasi. Saya tdk menyadari bahwa tempat-tempat itu sudah ada disini, di hati saya. Semua yg berkenaan dgn meditasi ada di dalam batinmu. Kelahiran, usia tua, sakit, dan mati ada disana, di dalam dirimu. Saya berkelana ke seluruh dunia hingga saya hampir mati karena keletihan. Hanya pada saat berhenti mencari, saya benar-benar menemukan apa yg saya cari.....di dalam diri saya sendiri.
7.   Kita tdk bermeditasi utk melihat surga, tetapi utk mengakhiri penderitaan.
8.   Jangan melekat pada penampakan-penampakan atau cahaya di dalam meditasi. Jangan timbul dan tenggelam bersamanya. Apa hebatnya cahaya-cahaya itu? Lampu senter saya juga memiliki cahaya terang itu. Hal itu tdk akan menolong kita utk mengurangi penderitaan kita.
9.   Kamu buta dan tuli tanpa meditasi. Dhamma tidaklah mudah dilihat. Kamu harus bermeditasi utk melihat apa yg kamu tdk pernah lihat. Apakah begitu dilahirkan kamu sudah menjadi seorang guru? Tidaklah demikian. Kamu harus belajar dahulu. Sebuah jeruk lemon asam rasanya bila kamu sendiri yg merasakannya.
10.   Ketika duduk dlm meditasi, katakana, "itu bukan urusan saya" pada setiap bentuk pikiran yg datang.
11.   Pada saat kita malas bermeditasi, seharusnya kita tetap berlatih, jgn hanya pada saat kita merasa energik atau pada saat suasana hati sedang baik (senang). Inilah latihan yg sesuai dgn ajaran Sang Buddha. Tetapi kita hanya menuruti suasana hati kita. Kita berlatih hanya pada saat hati kita sedang senang. Bagaimana kita mencapai kemajuan batin kalau kita berlatih seperti itu? Kapan kita akan memotong arus kekotoran batin kita, jika kita berlatih hanya menuruti suasana hati seperti itu?
12.   Apapun yg kita kerjakan, kita seharusnya bercermin pada diri kita. Membaca buku-buku tdk akan meningkatkan pengetahuan langsung terhadap suatu hal. Hari-hari berlalu, tetapi kita tdk melihat diri kita sendiri. Mengetahui bagaimana praktik berarti praktik utk mengetahuinya.
13.   Tentu ada berlusin-lusin cara bermeditasi, tetapi semuanya itu tergantung pada satu hal ini, yaitu: biarkanlah segala hal berjalan apa adanya. Melangkahlah kemari dimana ada kesejukan, keluarlah dari perang. Mengapa tdk mencobanya?
14.   Hanya niat saja utk berlatih bagaikan menyambar bayangan tetapi kehilangan benda yg sesungguhnya.
15.   Ketika saya berlatih selama beberapa tahun, saya masih belum dapat mempercayai diri saya sendiri. Tetapi setelah saya memiliki banyak pengetahuan, saya belajar mempercayai kata hati saya sendiri. Bila kamu telah sampai pada pengertian yg dalam, apapun yg terjadi, kamu dapat membiarkannya seperti apa adanya, mengingat segala sesuatu akan muncul dan lenyap. Kamu akan mencapai titik dimana kata hatimu sendiri yg akan mengatakan apa yg akan kamu lakukan.
16.    Di dalam latihan meditasi, sebenarnya lebih buruk apabila kamu terperangkap di dalam ketenangan daripada terperangkap di dalam kegelisahan, karena paling tidak kamu ingin membebaskan diri dari kegelisahan tsb, tetapi kamu menjadi puas berada di dalam ketenangan dan tdk mau berlatih lebih jauh lagi. Bila kondisi kebahagiaan muncul di dalam latihan meditasi Vipassana, jgn melekat padanya.
17.   Meditasi hanyalah mengenai pikiran dan perasaan, bukan suatu hal yg harus kamu kejar atau bergulat dgnnya. Perhatikanlah nafasmu ketika sedang bekerja. Alam akan menjaga proses-proses alamiahnya. Apa yg harus kita lakukan adl selalu berusaha menjaga kesadaran. Lihatlah ke dalam batin dgn cermat. Sepertti inilah meditasi.
18.   Tdk berlatih dgn benar berarti tdk sadar. Tdk sadar adl bagaikan orang yg sudah mati. Tanyakan dirimu, apakah kamu akan memiliki waktu utk berlatih bila kamu mati? Teruslah tanyakan kepada dirimu, "kapan kamu akan mati?". Bila kita merenung dgn cara seperti ini, pikiran kita akan terus sadar setiap saat, kesadaran akan selalu hadir, dan kesadaran secara otomatis akan mengikuti, kebijaksanaan akan mncul: melihat segala fenomena sebagaimana adanya dgn jelas. Kesadaran akan terus menjaga pikiran, sehingga kesadaran ini akan tahu ketika sensasi muncul setiap saat, siang dan malam. Utk memiliki kesadaran haruslah sadar. Sadar berarti memiliki kesadaran. Bila seseorang selalu sadar, ia berlatih dgn benar.
19.   Basis dari latihan kita, pertama-tama haruslah: jujur dan tulus. Kedua: takut melakukan kesalahan. Ketiga: rendah hati, menyendiri, dan selalu puas dgn memiliki sedikit. Bila kita puas dgn yg sedikit – berhubungan dgn ucapan dan dalam segala hal – kita akan dapat melihat diri kita sendiri, pikiran kita tdk akan mudah kacau. Pikiran akan memiliki dasar kebajikan (sila), konsentrasi, dan kebijaksanaan.
20.   Mula-mula kamu tergesa-gesa utk maju, teregsa-gesa utk kembali, dan teregsa-gesa utk berhenti. Kamu terus berlatih seperti ini hingga suatu saat mencapai suatu titik dimana titik itu sepertinya bukan maju, bukan kembali, dan bukan pula berhenti. Hanya sampai disitu. Tdk ada yg berhenti, tdk ada yg maju, dan tdk ada yg kembali. Hal ini sudah berakhir. Akhirnya kamu akan menemukan bahwa sebenarnya tdk ada apa pun.
21.   Ingatlah, kamu tdk bermeditasi utk "memperoleh" sesuatu, tetapi "mengurangi" banyak hal. Kita melakukan hal ini bukan dgn dorongan nafsu, tetapi dgn membiarkannya berlalu. Bila kamu "menginginkan" sesuatu, kamu tdk akan memperolehnya.
22.   Jantung – dari Sang Jalan itu cukup mudah. Tdk perlu ada penjelasan panjang lebar. Biarkan cinta dan kebencian berlalu dan biarkan segala sesuatu berjalan apa adanya. Itulah semua yg saya lakukan dlm latihan saya.
23.   Bertanya tentang pertanyaan yg salah menunjukkan bahwa kamu masih berada dlm keragu-raguan. Berbicara mengenai berlatih itu sangat baik, bila hal ini dapat membantumu utk perenungan. Tetapi semua itu terserah kepadamu, karena dirimu sendiri yg akan melihat kebenaran.
24.   Kita berlatih utk belajar melepas, bukan utk meningkatkan kemelekatan. Pencerahan akan muncul bila kamu berhenti menginginkan sesuatu.
25.   Bila kamu punya waktu utk selalu sadar (eling), kamu tentu punya waktu utk meditasi.
26.   Baru-baru ini seseorang bertanya kepada saya, "sewaktu kita meditasi, berbagai masalah (hal) muncul di dalam pikiran, haruskah kita menginvestigasinya atau memperhatikan saja ketika bentuk-bentuk pikiran itu datang dan lenyap?". Bila kamu melihat seseorang yg kamu tdk kenal berlalu-lalang, maka kamu akan bertanya, "Siapakah orang itu? Kemana ia akan pergi? Apa yg sedang ia kerjakan?" tetapi jika kamu mengenal orang itu, cukup hanya memperhatikannya ketika ia lewat.
27.   Keinginan dlm berlatih bisa menjadi seorang teman atau seorang musuh. Sebagai seorangteman, ia akan membuat kita ingin berlatih, mengerti, mengakhiri penderitaan. Tetapi bila menginginkan sesuatu yg  belum muncul, menginginkan sesuatu yg lain dari yg sudah ada, hanya akan menyebabkan lebih menderita, dan inilah yg membuat keinginan menjadi musuh. Akhirnya, kita harus belajar melepas semua keinginan kita, bahkan keinginan utk mencapai pencerahan. Hanya dgn cara demikian kita dapat menjadi bebas.
28.   Seseorang bertanya kepada Ajahn Chah tentang cara ia mengajarkan meditasi, "Apakah anda menggunakan metode tanya jawab (konsultasi) setiap hari utk mengetahui kondisi pikiran seseorang?". Ajahn Chah menjawab, "Saya mengajar murid-murid saya utk memeriksa kondisi pikiran mereka sendiri, menginterview diri mereka sendiri. Mungkin seorang Bhikkhu sedang marah sekarang, atau mungkin ia sedang memiliki keinginan di dalam pikirannya. Saya tdk mengetahui hal itu, tetapi seharusnya ia sendiri yg mengetahui hal itu. Ia tdk perlu datang dan menanyakan hal itu kepada saya, bukankah demikian?"
29.   Kehidupan kita adl suatu kumpulan dari elemen-elemen. Kita menggunakan persetujuan utk mendeskripsikan benda-benda, tetapi kita melekat pada persetujuan dan membuat persetujuan itu menjadi kenyataan. Sebagai contoh, orang-orang dan benda-benda diberikan nama-nama. Mari kita kembali ke awal sebelum nama-nama itu diberikan dan menyebut laki-laki itu dgn nama "perempuan" dan menyebut perempuan itu dgn nama "laki-laki", apa yg telah menimbulkan adanya perbedaan? Tetapi sekarang kita melekat pada nama. Nama dan konsep-konsep itu. Jadi kta terlibat perang dgn jenis kelamin dan perang-perang yg lainnya juga. Meditasi adl cara utk melihat semua itu. Kita akan mencapai yg tak berkondisi dan menjadi tenang, tdk berada dlm perang.
30.   Banyak orang memasuki kebhikkhuan karena motivasi keyakinan, tetapi kemudian menginjak-injak ajaran Sang Buddha. Mereka mengerti dgn baik, tetapi menolak berlatih dgn benar. Sebenarnya mereka yg sungguh-sungguh berlatih sangat jarang pada saat ini.
31.   Teori dan praktik – yg pertama mengetahui nama-nama tanaman obat, dan yg kedua pergi utk menemukan dan menggunakannya.
32.   Kebisingan – kamu suka suara burung-burung, tetapi tdk suka suara mobil. Kamu takut dgn orang-orang dan kebisingan., dan kamu suka hidup menyendiri di hutan. Mari kita tembus kebisingan dan berbuat seperti merawat bayi. "Bayi" itu adl latihanmu.
33.   Seorang Samanera yg baru saja ditahbiskan bertanya kepada Ajahn Chah, apa nasihat beliau utk orang yg baru berlatih meditasi. "Sama seperti mereka yg telah lama berlatih meditasi" jawab Beliau. Dan apakah nasihat itu?. "Hanya terus mempraktekkannya" kata Beliau.
34.   Orang-orang berkata bahwa ajaran Sang Buddha adl benar, tetapi hal itu tdk mungkin dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka mengatakan, misalnya, "saya masih muda, jadi saya tdk punya kesempatan berlatih, tetapi bila saya sudah tua, saya akan berlatih". Apakah kamu juga mengatakan bahwa kamu masih muda, jadi kamu tdk ada waktu utk makan, tetapi bila kamu sudah tua nanti baru kamu makan? Bila saya menyodokmu dgn sebuah tongkat yg panas (bara api), apakah kamu mengatakan dirimu menderita kesakitan, tetapi karena kamu tinggal di tengah-tengah masyarakat, maka kamu tdk dapat melarikan diri darinya?

IX.   ANATTA (TANPA DIRI)
1.   Seorang perempuan yg saleh dari provinsi sekitar datang berziarah ke Wat Pah Pong. Ia berkata kepada Ajahn Chah bahwa dirinya hanya dapat berkunjung sebentar saja, karena ia harus kembali utk merawat cucunya. Karena ia seorang wanita tua, ia memohon apakah beliau dapat memberikan khotbah Dhamma yg sangat singkat. Ajahn Chah menjawab dgn suara yg sedikit keras, "Hai dengarkan! Tdk ada seorangpun disini, hanya ini! Tdk ada pemiliknya, tdk ada yg akan menjadi tua, menjadi muda, menjadi baik atau buruk, lemah atau kuat. Hanya ini, itu saja – hanya elemen-elemen alam yg bervariasi, yg bekerja dgn caranya sendiri, semua kosong. Tdk ada yg dilahirkan dan tdk ada yg mati! Mereka yg berbicara mengenai kelahiran dan kematian adl sedang berbicara dgn bahasa anak-anak yg bodoh. Dalam bahasa dari suara hati, Dhamma, tdk ada hal seperti kelahiran dan kematian.
2.   Dasar yg benar dalam pengajaran adl melihat diri sebagai sesuatu yg kosong. Tetapi orang-orang yg belajar Dhamma justru menambah (meningkatkan) pandangan mengenai diri mereka, sehingga mereka tdk mau mengalami penderitaan atau kesulitan. Mereka ingin semuanya menjadi nyaman. Mereka mungkin ingin mengatasi penderitaan, tetapi jika masih ada konsep keakuan, bagaimana mereka dapat mengatasinya?
3.   Sangat mudah bila sekali saja kamu mengerti. Sangat sederhana dan langsung. Bila sesuatu yg menyenangkan muncul, mengerti bahwa hal itu meupakan sesuatu yg kosong. Ketika hal yg tdk menyenangkan muncul, mengerti bahwa hal itu bukan bagian darimu. Hal itu akan berlalu. Jangan hubungkan semua itu dgn keberadaanmu, atau menganggap dirimu sebagai pemiliknya. Bila menurutmu tanaman papaya itu milikmu, kenapa kamu tdk merasa sakit ketika pohon itu ditebang? Bila kamu dapat mengerti hal ini, pikiranmu akan menjadi seimbang, inilah jalan yg benar, ajaran Sang Buddha yg benar, dan pengajaran yg menuju pembebasan.
4.   Orang tdk pernah belajar diluar yg baik dan buruk. Inilah yg seharusnya mereka pelajari. Mereka berkata, "saya akan menjadi ini, saya akan menjadi itu". Akan tetapi mereka tdk pernah berkata, "saya tdk akan menjadi apapun, karena sesungguhnya 'saya' tdk ada". Mereka tdk pernah mempelajari hal ini.
5.   Sekali kamu mengerti annata (tanpa inti, tanpa aku), beban kehidupan pun lenyap. Kamu akan merasa tenang hidup di dunia ini. Bila kita melihat keluar dari diri kita, kita tdk lagi melekat kepada kebahagiaan, sehingga kita dapat sungguh-sungguh bahagia. Dgn belajar melepaskan tanpa pergulatan, dgn mudah melepas, kamu akan menjadi seperti apa adanya – tdk menggenggam, tdk melekat, bebas.
6.   Semua tubuh dibentuk dgn 4 elemen yaitu: tanah, air, udara, dan api. Ketika semua unsur itu berkumpul dan membentuk tubuh, kita menyebutnya: laki-laki, perempuan, memberi nama-nama dstnya. Jadi kita dapat mengidentifikasi yg satu dgn yg lain dgn mudah. Tetapi sebenarnya tdk ada seorangpun disana. Yg ada hanya tanah, air, udara, dan api. Jangan terlalu gembira atau terpesona olehnya. Bila kamu sungguh-sungguh melihat ke dalam, kamu tdk akan menemukan siapapun disana.

Sunny Tan

~Lanjutan PART 2~

X.   KETENANGAN
1.   Tanya: Seperti apakah ketenangan itu?. Jawab: Apa itu berakhirnya kebingungan? Baiklah, ketenangan adl berakhirnya kebingungan.
2.   Ketenangan di dalam diri seseorang dapat ditemukan di tempat yg sama seperti kegelisahan dan penderitaan. Ketenangan tdk ditemukan di hutan atau di puncak bukit, juga tdk ditemukan oleh seorang guru. Bila kamu mengalami penderitaan, kamu dapat juga menemukan pembebasan dari penderitaan. Mencoba lari dari penderitaan sesungguhnya berlari menuju penderitaan itu sendiri.
3.   Bila kamu mengurangi sedikit kemelekatan, kamu akan memiliki sedikit ketenangan. Bila kamu mengurangi banyak kemelekatan, kamu akan mendapat banyak ketenangan. Bila kamu melenyapkan kemelekatan secara keseluruhan, kamu akan mendapat ketenangan sepenuhnya.
4.   Sesungguhnya, dalam kenyataan, tdk ada inti kekal (aku) di dalam diri manusia. Menjadi apapun kita, itu hanyalah penampilan luar (permukaan). Tetapi jika kita berpaling dari penampilan luar dan melihat kebenaran, kita akan mendapatkan kenyataan bahwa inti kekal (aku) tdk ada disana. Yg kita temukan disana adl sifat universal – yaitu kelahiran diawal, perubahan di tengah, dan penghentian di akhir. Disinilah pusat semua persoalan. Bila kita melihat semua masalah dgn cara seperti ini, maka tdk akan ada masalah yg muncul. Bila kita mengerti hal ini, kita akan memiliki kepuasan dan ketenangan.
5.   Mengerti apa itu baik dan buruk, baik sedang bepergian atau sedang berada di suatu tempat. Kamu tdk akan menemukan ketenangan di sebuah pegunungan atau di sebuah gua. Kamu bahkan dapat pergi ke tempat Buddha sewaktu mencapai pencerahan tanpa mendekati kebenaran (kenyataan).
6.   Dengan melihat keluar dari diri sendiri utk membandingkan dan mendiskriminasikan, kamu tdk akan menemukan kebahagiaan. Kamu juga tdk menemukan ketenangan bila kamu menghabiskan waktumu utk mencari seseorang yg sempurna atau guru yg sempurna. Buddha mengajarkan kita utk melihat Dhamma, kebenaran, dan tdk melihat kepada orang lain.
7.   Setiap orang dapat membangun rumah dari kayu dan batu bata, tetapi Sang Buddha mengajarkan kita bahwa rumah seperti itu bukanlah rumah kita yg sebenarnya. Itu adl sebuah rumah di bumi dan hal itu mengikuti cara-cara di dunia. Rumah kita sebenarnya adl ketenangan batin.
8.   Hutan itu tenang, mengapa kamu tdk? Kamu terlalu menggenggam hal-hal yg menyebabkan kebingunganmu. Biarlah alam mengajar kamu. Dengarkan burung-burung bernyanyi kemudian biarkan berlalu. Bila kamu mengenal alam, kamu akan mengenal Dhamma. Bila kamu mengenal Dhamma, kamu akan mengenal alam.
9.   Mencari ketenangan adl seperti mencari seekor kura-kura berkumis. Kamu tdk akan dapat menemukannya. Tetapi bila hatimu telah siap, ketenangan akan datang mencarimu.
10.   Kebajikan, konsentrasi, dan kebijaksanaan bersama membuat Sang Jalan. Tetapi Sang Jalan ini bukanlah ajaran yg sesungguhnya, bukan apa yg Guru inginkan, sekalipun demikian, Sang Jalan-lah yg akan membawamu kesana. Sebagai contoh, katakanlah kamu melakukan perjalanan dari Bangkok ke Wat Pah Pong, jalan itu diperlukan utk perjalananmu, tetapi kamu sedang mencari Wat Pah Pong, Vihara, bukan jalan itu sendiri. Demikian pula kita dapat mengatakan bahwa kebajikan, konsentrasi, dan kebijaksanaan adl diluar kebenaran dari Buddha, tetapi jalan menuju kebenaran ini. Ketika kamu telah dapat mengembangkan ketiga factor ini, hasilnya adl ketenangan yg paling menakjubkan.

XI.   DUKKHA (PENDERITAAN)
1.   Ada dua jenis penderitaan: penderitaan yg membuat lebih menderita dan penderitaan yg membimbing utk mengakhiri penderitaan. Yg pertama adl penyakit dari menggenggam kesenangan yg cepat berlalu dan penolakan terhadap ketidaksenangan. Kebanyakan orang terus-menerus bergulat dari hari ke hari. Yg kedua adl penderitaan yg datang ketika kamu membiarkan dirimu merasakan sepenuhnya pengalaman yg terus-menerus berubah – kesenangan, sakit, kebahagiaan, dan kemarahan – tanpa ketakutan atau menarik diri. Penderitaan dari apa yg kita alami membuat kita tdk memiliki rasa takut dan kita tenang.
2.   Kita ingin mendapatkan kemudahan, tetapi bila tdk ada dukkha (penderitaan), tdk ada kebijaksanaan. Supaya kebijaksanaanmu matang, kamu harus sungguh-sunguh 'larut' dan menangislah di dalam latihanmu minimal 3 kali.
3.   Kita tdk menjadi Bikkhu atau Bhikkuni utk makan enak tidur enak, dan menjadi sangat nyaman, tetapi utk mengenali penderitaan: bagaimana menerimanya, bagaimana menguranginya, dan bagaimana mengakhirinya. Jadi jangan melakukan sesuatu yg menyebabkan penderitaan, seperti mengikuti kesukaan dlm ketamakan atau penderitaan, ini tdk akan pernah meninggalkanmu.
4.   Sebenarnya, kebahagiaan adl dukkha (penderitaan) yg menyamar, tetapi dlm bentuk yg tdk kentara, yg tdk kamu lihat. Bila kamu melekat pada kebahagiaan, berarti sama saja kamu melekat pada penderitaan, tetapi kamu tdk menyadarinya. Bila kamu menggenggam kebahagiaan, tdk mungkin melempar jauh warisan penderitaan itu. Kebahagiaan dan penderitaan tdk terpisah seperti itu. Karena itu Sang Buddha mengajarkan kita utk mengenali penderitaan, melihatnya sebagai warisan kejahatan dlm kebahagiaan, mengerti bahwa kebahagiaan dan penderitaan itu sama. Jadi hati-hati! Ketika kebahagiaan muncul, jangan terlalu gembira, dan jangan terus membawanya. Bila penderitaan datang, jangan putus asa, jangan kehilangan kendali karenanya. Mengertilah bahwa mereka memiliki nilai yg sama.
5.   Ketika penderitaan muncul, mengertilah bahwa tdk ada seorang pun yg sudi menerimanya. Bila kamu berpikir bahwa penderitaan adl bagian darimu dan bahwa kebahagiaan adl milikmu, kamu tdk akan dapat menemukan ketenangan.
6.   Orang-orang yg menderita akan mendapatkan kebijaksanaan. Bila kita tdk menderita, kita tdk akan merenung. Bila kita tdk merenung, kebijaksanaan tdk akan lahir. Tanpa kebijaksanaan, kita tdk akan mengenal penderitaan. Tanpa mengenalnya, kita tdk akan terbebas darinnya – hanya dgn cara seperti itulah. Karena itu kita harus berlatih dan memikul penderitaan itu dlm latihan kita. Bila kita bercermin di dunia, kita tdk akan menjadi takut seperti sebelumnya. Ingatlah, Sang Buddha mencapai Pencerahan Sempurna bukan di luar dunia, tetapi di dalam dunia ini.
7.   Mengikuti hawa nafsu dan menyiksa diri sendiri adl 2 jalan ekstrim yg ditentang oleh Sang Buddha. Ini hanyalah kesenangan dan penderitaan. Kita membayangkan bahwa kita telah membebaskan diri kita dari penderitaan, tapi ternyata belum. Kita hanya berpegang pada kebahagiaan. Bila kita berpegang pada kebahagiaan, maka kita akan menderita lagi. Seperti itulah keadaan yg sebenarnya, tetapi orang-orang justru berpikir dgn cara yg sebaliknya.
8.   Orang-orang mendapat penderitaan di satu tempat, kemudian mereka pindah ke tempat lain. Ketika penderitaan muncul di tempat itu, mereka berlari lagi. Mereka pikir bahwa mereka sedang menjauhi penderitaan, tetapi sebenarnya tidak. Mereka terus membawa penderitaan tanpa mengetahuinya. Bila kita tidak mengenal penderitaan, maka kita tidak dapat mengetahui penyebab penderitaan. Bila kita tidak tahu penyebab penderitaan itu, kita tdk dapat mengetahui cara menghentikan (mengakhiri) penderitaan itu. Sesungguhnya tdk ada cara utk melarikan diri darinya.
9.   Siswa-siswa pada zaman sekarang memiliki lebih banyak pengetahuan dibanding siswa-siswa pada jaman dahulu. Mereka mendapat banyak hal yg mereka butuhkan, karena segala sesuatunya lebih mudah. Tetapi mereka juga mendapat lebih banyak penderitaan dan kebingungan dibanding siswa-siswa zaman dahulu. Mengapa demikian?
10.    Jangan menjadi seorang Bodhisattva! Jangan menjadi seorang Arahat! Jangan menjadi apapun. Jika kamu seorang Bodhisattva, kamu akan menderita; bila kamu menjadi seorang Arahat, kamu pun akan menderita; bila kamu tdk menjadi apapun, kamu juga akan menderita.
11.   Menyayangi dan membenci, keduanya adl penderitaan, karena nafsu indria. Menginginkan sesuatu adl menderita; tdk menginginkan sesuatu juga menderita. Bahkan bila kamu mendapatkan apa yg kamu inginkan, kamu masih menderita, karena sekali kamu mendapatkannya, kamu akan hidup dgn rasa khawatir kehilangan apa yg kamu miliki. Bagaimana kamu akan hidup bahagia dgn perasaan khawatir?
12.   Ketika kamu sedang marah, apakah kamu merasa enak atau tdk enak? Bila kamu merasa tdk enak, mengapa kamu mencoba menghilangkannya? Mengapa merasa terganggu dgn perasaan itu? Bagaimana kamu dapat mengatakan bahwa kamu bijaksana dan pandai bila kamu menggenggam hal-hal seperti itu? Pikiran bahkan dapat menyebabkan keluarga bertengkar selama beberapa hari atau menyebabkan kamu menangis sepanjang malam. Dan kita juga masih terus marah dan menderita. Bila kamu menjumpai penderitaan dalam kemarahan, buanglah jauh-jauh, maka perasaan itu akan terus menyebabkan kamu menderita, dan tdk memiliki kesempatan utk menghentikannya. Dunia dari alam ketidakpuasan adl seperti ini. Jika kita tahu hal ini dgn baik, kita akan dapat memecahkan masalah ini.
13.   Seorang wanita ingin mengetahui bagaimana mengatasi kemarahan. Saya bertanya kepadanya, "ketika kemarahan muncul, kemarahan siapa?" dia menjawab bahwa kemarahan itu miliknya. Baiklah, jika kemarahan itu miliknya, seharusnya dia dapat memerintah-kan kemarahan itu utk meninggalkannya, bukan? Tetapi bukan kuasanya utk memberikan perintah. Menggenggam kemarahan sebagai milik pribadi nyata-nyata menyebabkan penderitaan. Jika kemarahan itu benar-benar milik kita, maka kemarahan itu harus patuh kepada kita. Bila kemarahan tidak patuh kepada kita, berarti itu hanya sebuah penipuan. Janganlah jatuh karenanya! Bilamana pikiran sedang bahagia atau sedih, jangan jatuh karenanya. Itu semua adl penipuan.
14.   Bila kamu melihat kepastian didalam sesuatu yg tdk pasti, kamu terikat pada penderitaan.
15.   Sang Buddha selalu berada disini mengajar. Lihatlah ke dirimu. Ada kebahagiaan dan ketidakbahagiaan. Ada senang dan ada sakit. Dan mereka selalu berada disini. Jika kamu mengerti secara alamiah perasaan senang dan sakit, disana kamu melihat Sang Buddha, disana kamu melihat Dhamma. Sang Buddha tdk terlepas dari mereka semua.

XII.   GURU
1.   Dirimu sendiri adl gurumu. Mencari guru tdk dapat memecahkan keraguanmu sendiri. Selidikilah sendiri, maka kamu akan mendapatkan kebenaran di dalamnya, bukan diluar. Mengenal diri sendiri adl yg paling penting.
2.   Salah seorang dari guru saya makan sangat cepat. Ia membuat suara gaduh pada saat sedang makan. Tetapi ia mengajarkan saya agar makan dgn perlahan dan penuh perhatian. Saya dulu sangat memperhatikannya dan menjadi sangat kecewa. Saya menderita, tetapi ia tidak! Saya memperhatikan semua yg diluar diri saya. Kemudian saya belajar: banyak orang mengendarai kendaraan dgn cepat tetapi berhati-hati, sedangkan yg lainnya mengendarai dgn perlahan tetapi mengalami kecelakaan. Jangan terikat pada peraturan, pada bentuk luar saja. Bila kamu memperhatikan hal-hal diluar dirimu dgn 10% dari waktumu dan memperhatikan dirimu sendiri dgn 90% dari waktumu, berarti latihanmu sudah benar.
3.   Murid-murid itu sulit utk diajar. Banyak yg tahu tetapi tdk termotivasi utk berlatih. Banyak pula yg tdk tau tetapi tdk mencoba utk mencari tahu. Saya tdk tahu apa yg harus saya perbuat utk mereka. Mengapa manusia memiliki pikiran seperti itu? Bersikap masa bodoh itu tdk baik, bahkan meskipun saya memberitahukannya, mereka tetap tdk mendengarkan. Manusia seperti itu penuh dgn keragu-raguan dlm berlatih. Mereka selalu ragu-ragu. Mereka ingin ke Nibbana, tetapi mereka tdk ingin berjalan pada Sang jalan. Hal ini sangat mengherankan. Ketika saya memberi-tahukan kepada mereka utk bermeditasi, mereka takut, mereka hanya mengantuk. Kebanyakan mereka senang melakukan hal-hal yg saya tdk ajarkan. Inilah kesulitan yg dihadapi seorang guru.
4.   Bila kita dapat melihat kebenaran ajaran Sang Buddha dgn mudah, kita tdk memerlukan begitu banyak guru. Ketika kita mengerti ajaran Sang Buddha, kita hanya mengerjakan saja apa yg diajarkan-Nya kepada kita. Tetapi apa yg membuat orang-orang begitu sulit belajar adl mereka tdk menerapkan ajaran-ajaran itu dan berdebat dgn guru-guru mengenai ajaran-ajaran itu. Di depan guru, mereka bersikap sedikit lebih baik, tetapi di belakang, mereka menjadi pencuri! Orang-orang demikian sungguh sulit diajar.
5.   Saya tdk mengajarkan kepada murid-murid saya utk hidup dan mempraktikkannya dgn masa bodoh. Tetapi itulah yg mereka lakukan pada saat saya tdk berada di dekat mereka. Ketika polisi berada didekatnya, para pencuri bersikap menjadi diri mereka sendiri. Tatkala ia ditanya: apakah ada pencuri di sekitar sini, tentu mereka berkata: tdk ada, bahwa mereka tdk pernah melihatnya. Namun begitu polisi pergi, mereka kembali seperti semula. Seperti halnya pada zaman Sang Buddha. Jadi perhatikan saja dirimu, jangan memperhatikan orang lain.
6.   Guru yg sejati hanya berbicara tentang latihan-latihan yg sulit utk menghilangkan atau mengurangi keakuan. Apapun yg mungkin terjadi, jangan mengabaikan guru itu biarlah ia membimbingmu, karena sangat mudah utk melupakan Sang Jalan.
7.   Keragu-raguan terhadap gurumu dapat membantumu. Ambillah yg baik dari gurumu, dan sadarlah dgn latihanmu sendiri. Kebijaksanaan adl utk memperhatikan dan mengembangkan dirimu.
8.   Jangan hanya mengikuti dan percaya kepada guru karena ia mengatakan buah itu manis dan nikmat. Rasakanlah sendiri olehmu, maka semua keraguan akan lenyap.
9.   Guru adl mereka yg menunjukkan Sang Jalan. Setelah mendengar dari guru, ada yg berjalan melatih diri di dalam Sang Jalan, ada yg tidak. Dengan demikian masaknya buah dari latihan itu sebenarnya tergantung dari diri kita masing-masing.
10.   Kadang-kadang mengajar merupakan pekerjaan yg sulit. Seorang guru seumpama kaleng sampah dimana orang-orang dapat menumpahkan rasa frustasi dan masalah mereka ke dalamnya. Lebih banyak orang yg kamu ajar, maka lebih besar pula pembuangan sampah masalah ke dirimu. Namun mengajar adl cara yg menyenangkan dlm berlatih Dhamma. Mereka yg mengajar akan berkembang dlm kesabaran dan pengertian.
11.   Seorang guru tdk dapat benar-benar menghilangkan kesulitan-kesulitan kita. Ia hanyalah sumber utk investigasi Sang Jalan. Ia tdk dapat menghilangkanya. Sebenarnya apa yg ia katakan tdk berharga utk didengar. Sang Buddha tdk pernah memuji utk percaya kepada orang lain. Kita harus percaya kepada diri kita sendiri. Hal ini sangat sulit kita lakukan, tetapi memang demikianlah seharusnya. Kita melihat keluar dari diri kita tetapi sesungguhnya tdk akan pernah menemukan. Kita harus memutuskan utk berlatih dgn sungguh-sungguh. Keragu-raguan tdk akan hilang dgn bertanya kepada orang lain, tetapi akan hilang melalui latihan kita sendiri yg tanpa akhir.
 
XIII.   PANDANGAN (PENGERTIAN) DAN PAŃŃA (KEBIJAKSANAAN)
1.   Tidak ada seorang pun atau apa pun yg dapat membebaskan kamu, hanya pengertian (pemahaman)-mu sendiri.
2.   Seorang yg tdk waras dan seorang Arahat, keduanya tersenyum, tetapi seorang Arahat tahu mengapa dirinya tersenyum, sebaliknya orang yg tdk waras tdk tahu mengapa dirinya terseyum.
3.   Orang yg pandai sedang mengamati orang lain, tetapi dia mengamatinya dgn kebijaksanaan, bukan dgn kebodohan. Bila orang melihat dgn kebijaksanaan, ia akan belajar banyak. Tetapi seseorang yg melihat dgn kebodohan, ia hanya dapat menemukan kesalahan-kesalahan.
4.   Masalah yg sesungguhnya terjadi pada manusia sekarang ini ialah: sebenarnya mereka tahu, tetapi mereka masih belum bersedia mengerjakan sesuatu. Lain halnya jika mereka tdk mengerjakan sesuatu karena tdk tahu. Namun jika mereka sudah tahu, tetapi tdk melakukannya, dapat dibayangkan betapa jadinya.
5.   Belajar diluar kitab suci itu tidaklah penting. Tentu saja buku-buku Dhamma itu baik, tetapi tdk benar.  Mereka tdk dapat memebrikan pemahaman yg benar. Utk melihat kata 'marah' yg tertulis tidaklah sama dgn kemarahan yg kita alami. Hanay dgn mengalami sendiri kamu akan memperoleh keyakinan yg benar.
6.   Bila kamu melihat segala hal dgn pandangan yg benar, maka tdk ada kemelkatan dlm hubunganmu dgn hal-hal tersebut. Mereka datang – menyenangkan maupun tdk menyenangkan kamu melihatnya, tetapi tdk melekat. Mereka datang dan lenyap. Bahkan sekali pun kekotoran batin yg paling buruk muncul, seperti keserakahan atau kemarahan, kamu memiliki kebijaksanaan yg cukup utk melihatnya sebagai ketidakkekalan yg alamiah dan membiarkan mereka lenyap. Bila kamu beraksi terhadap mereka, dgn suka atau tdk suka, itu bukan kebijaksanaan. Kamu sedang membuat dirimu sendiri menderita saja.
7.   Bila kita mengetahui kebenaran, kita akan menjadi orang yg tdk harus banyak berpikir, kita akan menjadi orang yg bijaksana. Jika kita tdk tahu, kita akan lebih berpikir: apakah hal itu bijaksana atau tidak. Banyak berpikir tanpa kebijaksanaan adl penderitaan yg ekstrim.
8.   Sekarang ini orang-orang tdk mencari kebenaran. Orang-orang belajar dgn singkat agar memperoleh pengetahuan yg diperlukan utk mencari nafkah, menyokong keluarga, merawat diri mereka sendiri, hanya itu. Bagi mereka, menjadi pandai jauh lebuh penting daripada menjadi bijaksana.


Sunny Tan

~Lanjutan PART 3~

XIV.   KEBAJIKAN
1.   Hati-hati mengamati sila-sila kita. Kebajikan adl memiliki rasa malu. Apabila kita ragu-ragu mengenai sesuatu, kita tdk seharusnya berbuat dan berkata. Inilah kebajikan. Kemurnian berada diluar semua keraguan.
2.   Ada 2 tingkat dlm latihan. Tingkat pertama, membentuk fondasi, adl perkembangan dari kebajikan dan sila-sila, agar membawa kebahagiaan dan keharmonisan diantara umat manusia. Tingkat kedua, melaksanakan Dhamma hanya dgn tujuan pembebasan hati. Pembebasan ini adl sumber dari kebijaksanaan dan belas kasih, dan ini adl alasan yg sebenarnya dari ajaran Sang Buddha. Pemahaman dari 2 tingkat ini merupakan basis dari latihan yg benar.
3.   Kebajikan dan moralitas bagaikan Ibu dan Ayah dari perkembangan Dhamma di dalam diri kita. Mereka memberikannya dgn makanan dan bimbingan yg tepat.
4.   Kebijakan adl basis utk keharmonisan dunia, dimana orang dapat hidup benar sebagai manusia dan bukan sebagai binatang. Kondisi yg demikian dicapai dgn mengembangkan kebajikan yg ada di hati pada saat berlatih. Jagalah sila. Tanamkan belas kasih dan sikap hormat terhadap segala kehidupan. Milikilah selalu kesadaran dlm setiap bertindak dan berucap. Gunakanlah kebajikan agar hidupmu lebih mudah dan bersih. Dgn kebajikan sebagai basis dari segala perbuatanmu, pikiranmu akan menjadi baik, bersih dan tenang. Konsentrasi (meditasi) akan lebih mudah berkembang dlm lingkungan seperti ini.
5.   Perhatikanlah kebajikanmu laksana seorang tukang kebun memperhatikan tanaman-tanaman yg dirawatnya. Jangan terikat dgn besar dan kecil, penting atau tdk penting. Banyak orang yg mengambil jalan pintas. Mereka mengatakan, "lupakan meditasi". Atau mengatakan, "lupakan kebajikan, langsung saja pada konsentrasi (meditasi)". Kita memang terlalu banyak memaafkan diri sendiri atas kemelekatan yg ada.
6.   Usaha dan kebajikan bukanlah pertanyaan tentang apa yg kamu kerjakan diluar dirimu, tetapi kesadaran dan pengendalian diri dari dalam yg terus-menerus. Jadi, dana yg diberikan dgn maksud yg baik dapat membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain. Namun kebajikan haruslah menjadi akar dari dana yg diberikan, sehingga benar-benar tulus.
7.   Sang Buddha mengajarkan kita utk menghentikan perbuatan jahat, melakukan perbuatan baik, dan menyucikan pikiran. Kita harus berlatih utk mengurangi segala perbuatan yg tdk bernilai dan meningkatkan segala perbuatan yg bermanfaat. Apakah kamu masih memiliki sifat buruk dan tdk memiliki kemampuan khusus di dalam hatimu? Tentu! Jadi mengapa tdk membersihkan "rumah"? Namun, latihan yg sebenarnya bukan hanya utk mengurangi keburukan-keburukan dan meningkatkan kebaikan-kebaikan, tetapi lebih dari itu. Pada suatu saat kita harus keluar dari dikotomi baik dan buruk itu, dan akhirlah tercapailah pembebasan yg mencakup semua, dimana tdk ada keinginan dari cinta, dan kebijaksanaan mengalir secara alami.
8.   Kita harus mulai dari sini, dimana kita berada, langsung dan dengan cara sederhana. Ketika dua langkah pertama, kebajikan dan pandangan benar, telah dilaksanakan, maka langkah ketiga adl membabat kekotoran batin yg secara alami akan muncul tanpa diminta. Ketika pencerahan telah tercapai, kita tdk lagi gelisah utk menghilangkan kegelapan dan juga tdk bertanya: kemana kegelapan pergi. Kita hanya tahu satu hal: pencerahan.
9.   Ada 3 tingkatan dlm melaksanakan sila. Pertama, melaksanakannya seperti melatih peraturan yg diberikan oleh guru-guru kita. Kedua, muncul ketika menjalankan dan mematuhinya atas keinginan kita sendiri. Namun bagi mereka yg berada di tingkat tertinggi, para suciwan, mereka tdk perlu lagi memikirkan sila, benar atau salah. Kebajikan yg hakiki ini datang dari kebijaksanaan yg bersumber dari pengenalan akan Empat kebenaran mulia di dalam hati dan bertindak atas pemahamannya yg benar itu.
10.   Ada beberapa bhikkhu yg melepas jubah dan berada di barisan depan dimana peluru berdesingan melewati mereka setiap hari. Mereka senang melakukan hal itu. Mereka sungguh-sungguh ingin pergi. Bahaya mengelilingi mereka dari segala penjuru, tetapi mereka tetap siap utk pergi. Mengapa mereka tdk melihat bahaya? Mereka siap mati karena peluru. Namun tdk seorang pun ingin mati karena mengembangkan kebajikan. Hal ini sungguh mengherankan, bukan?

XV.   SERBA-SERBI
1.   Salah seorang murid Ajahn Chah memiliki masalah sehubungan dgn lututnya yg hanya bisa disembuhkan dgn operasi. Para dokter telah meyakinkannya bahwa lututnya akan sembuh dlm beberapa minggu. Namun sampai berbulan-bulan lututnya belum sembuh dgn sempurna. Ketika bertemu kembali dgn Ajahn Chah, dia mengemukakan keluhannya, "Para dokter mengatakan bahwa proses penyembuhannya tdk memakan waktu lama, maka tdk seharusnya hal ini terjadi. Ajahn Chah tertawa dan berkata, "Jika hal ini tdk seharusnya terjadi, tentu tdk akan terjadi demikian."
2.   Jika seseorang memberimu sebuah pisang yg kuning, ranum, berbau harum, dan manis, tetapi beracun, apakah kamu akan memakannya? Tidak, bukan? Namun ketika Sang Buddha mengatakan bahwa kesenangan nafsu indria itu "beracun", mengapa kita masih terus menuruti dan "memakannya" juga?
3.   Perhatikan kekotoran batinmu! Kenalilah mereka seperti kamu mengenali racun kobra. Kamu tdk akan menangkapnya karena kamu tahu bahwa racun itu akan menyebabkanmu mati. Karena itu lihatlah kejahatan sebagai kejahatan dan sesuatu yg berguna sebagai sesuatu yg berguna.
4.   Kita selalu tdk pernah merasa puas. Saat memakan buah yg manis, kita kehilangan rasa asam; dan pada saat memakan buah yg asam, kita kehilangan rasa manis.
5.   Jika di dalam kantongmu ada bau yg tdk sedap. Maka kemana pun kamu pergi, bau itu akan terus menyertaimu. Janganlah menyalahkan bau yg berada di tempat itu.
6.   Buddhisme di Timur sekarang ini laksana pohon besar yg begitu agung, tetapi hanya menghasilkan buah yg kecil dan tanpa rasa. Sedangkan Buddhisme di Barat bagaikan pohon yg masih muda yg belum menghasilkan buah, tetapi memiliki harapan utk menghasilkan buah-buah yg besar dan manis.
7.   Sekarang ini orang terlalu banyak berpikir. Terlalu banyak hal yg menarik mereka, tetapi tdk satu pun yg membimbing mereka menuju penyelesaian yg benar.
8.   Hanya karena kamu menyebut alkohol itu parfum tdk akan menyebabkan dia menjadi parfum, kamu tentu memahaminya. Namun, ketika kamu ingin menenggak alkohol dan kamu katakan dia sebagai parfum, lalu menenggaknya, maka kamu akan dikatakan orang sinting.
9.   Orang selalu melihat keluar: pada orang lain dan benda-benda di sekitarnya. Misalnya mereka melihat aula ini dan berkata, "ruang ini begitu besar." Sebenarnya, ruang ini sama sekali tdk besar. Apakah ruang ini besar atau tdk, tergantung dari persepsi seseorang tentang ruang ini. Sebenarnya aula ini hanya merupakan ukuran belaka, tdk besar dan tdk kecil. Bagaimana pun juga orang terlalu asik dgn perasaannya sepanjang waktu. Mereka sibuk melihat sekeliling dan berkomentar tentang apa yg dilihatnya, tetapi tdk punya waktu utk melihat diri sendiri.
10.   Banyak orang merasa bosan, letih berlatih, dan malas. Tampaknya mereka tdk bisa terus mempertahankan Dhamma di dalam pikiran mereka. Namun bila kamu pergi kepada mereka dan memarahi mereka, maka mereka tdk akan pernah melupakannya. Bahkan ada yg mengingatnya sepanjang hidupnya dan tdk akan pernah memaafkanmu. Tetapi pada saat mendengar ajaran sang Buddha, bahwa kita harus menjadi tenang, terkendali, dan menjaga kesadaran, mengapa mereka melupakan semuanya itu? Mengapa mereka tdk menyimpannya di dalam hati?
11.   Menilai diri sendiri lebih baik dari orang lain adl tdk benar. Menilai diri sendiri sama baik dgn orang lain juga tdk benar. Menilai diri sendiri lebih rendah dari orang lain pun tdk benar. Bila beranggapan diri sendiri lebih baik dari orang lain, maka kesombongan muncul. Bila menilai diri sendiri sama baik dgn orang lain, kita tdk akan respek dan bersikap rendah hati pada saat yg tepat. Dan bila kita menganggap diri sendiri lebih rendah dari orang lain, pikiran kita akan tertekan, karena merasa lebih rendah dari orang lain, dilahirkan dalam keadaan tdk baik, dan lain-lain. Biarkanlah semuanya itu lenyap!
12.   Kita harus belajar utk membiarkan segala kondisi berlangsung sebagaimana adanya dan tdk berusaha menentang atau menolaknya. Namun terkadang kita berharap agar kondisi-kondisi ini berlangsung sesuai dgn apa yg kita harapkan. Kita akan menggunakan segala cara utk mengorganisir mereka atau mencoba mengatasinya. Jika tubuh kita sakit dan terasa sakit sekali, kita tdk menginginkan keadaan seperti ini, maka kita mencari berbagai sutra lalu melafalkannya. Kita tdk ingin tubuh kita sakit. Kita ingin mengendalikannya. Sutra-sutra tsb menjadi semacam upacara mistis, bahkan menyebabkan kita terjerat dlm kemelekatan. Hal ini dikarenakan kita melafal sutra-sutra tsb dgn tujuan utk mengatasi penyakit, memperpanjang keidupan, dll. Sesungguhnya Sang Buddha mengajarkan kita dgn ajaran-ajaran Nya ini agar kita memahami kebenaran dari tubuh, sehingga kita dapat menatapnya sebagaimana adanya dan menghentikan keinginan kita, tetapi kita justru menggunakan sutra-sutra itu utk meningkatkan keinginan kita.
13.   Kenalilah tubuhmu, hatimu, dan pikiranmu. Puaslah dgn sedikit yg ada. Jangan melekat pada ajaran. Jangan mengikuti dan berpegang pada perasaan.
14.   Banyak orang yg takut berdana. Mereka merasa bahwa mereka akan dimanfaatkan atau ditindas. Dengan berdana, kita sedang menekan keserakahan dan kemelekatan kita. Dengan berdana, kita akan mengetahui kebenaran yg alami dari benda itu sendiri, sehingga kita menjadi lebih ringan dan bebas.
15.   Lebih dari sekedar mengajar umat, Ajahn Chah melatih mereka dengan menciptakan suatu lingkungan yg umum dan situasi khusus dimana mereka dapat belajar tentang diri mereka sendiri. Ia akan berkata tentang semuanya itu seperti, "Dari apa yg saya ajarkan kepadamu, mungkin anda telah mengerti 15%", atau, "Dia telah menjadi Bhikkhu selama 5 tahun, maka dia mengerti 5%". Seorang Bikkhu muda memberi tanggapan utk kata-kata yg terakhir, "Kalau begitu saya mendapatkan 1%, krn sy sudah disini selama 1 tahun". "Tidak." Sahut Ajahn Chah, "Utk 4 tahun pertama, kamu belum mendapatkan persen, baru pada tahun kelima kamu mendapat 5%."
16.   Salah seorang murid Ajahn Chah betanya, apakah Beliau pernah ingin melepas jubah? Apakah ia ingin meninggal dgn menggunakan jubah kuning? Murid tsb mengatakan bahwa dia sulit utk memikirkan hal itu, meskipun dia tdk mempunyai keinginan utk melepas jubahnya. Ia sesungguhnya tdk dapat memutuskan bahwa dirinya tdk akan pernah melakukan hal itu. Ketika ia melihat kedalam, ia berkata bahwa tampaknya pikiran-pikirannya tdk berarti. Ajahn Chah kemudian menjawab, "Pikiran-pikiran yg tdk berarti itulah sesungguhnya Dhamma".
17.   Suatu ketika seorang tamu bertanya kepada Ajahn Chah: Apakah ia seorang Arahat? Beliau menjawab, "Saya seperti sebuah pohon di hutan. Burung-burung datang ke pohon, mereka hinggap di cabang dan makan buahnya. Burung-burung itu merasakan mungkin buah itu manis rasanya, atau asam, atau lainnya. Namun pohon itu sendiri tdk merasakan rasa dari buah-buah itu. Burung-burung mengatakan manis atau asam, tetapi dari pandangan pohon itu sendiri, semuanya itu hanyalah ocehan burung-burung.
18.   Seseorang berkata, "Saya dapat memperhatikan nafsu indria dan perasaan tdk suka yg muncul di dalam pikiran saya, tetapi sulit mengamati keinginan-keinginan". "Kamu sedang menunggang seekor kuda dan bertanya, dimana kuda itu berada?" komentar Ajahn Chah.
19.   Bila sesuatu itu tdk baik, biarlah ia mati. Bila ia tdk baik, buatlah ia menjadi baik.
20.   Kamu mengatakan bahwa kamu mencintai kekasihmu 100%. Baiklah, mari kita keluarkan isi bagian dalam dan lihat, masih berapa persenkah kamu mencintainya. Atau bila kamu sangat merindukan kekasihmu, sedangkan dia tdk berada di dekatmu, mengapa tdk meminta kekasihmu mengirimkan kepadamu sebuah botol berisi kotorannya? Dengan cara ini, jika kamu rindu kepadanya, kamu dapat membuka botol itu dan mencium isinya. Menjijikkan? Lalu, apa artinya cintamu itu? Apa yg membuat hatimu bertalu-talu seperti alat pemukul padi? Setiap lawan jenismu dgn penampilan menarik lewat di depanmu atau wangi parfumnya tercium olehmu, apakah artinya semua ini? Apakah artinya tekanan-tekanan ini? Mereka menarik dan menyedotmu ke dalam, tetapi kamu tdk membuat pertahanan yg kuat, bukan? Ingat, ada harga yg harus dibayar di bagian akhir, mengertilah!
21.   Suatu hari secara tiba-tiba Ajahn Chah mengangkat sebuah cabang pohon besar yg berat, yg berada di jalan. Beliau ingin memindahkan cabang itu dari jalan. Beliau berjalan ke arah muridnya utk memintanya memegang cabang pohon itu di satu sisi, sementara Beliau memegang sisi yg lain kemudian ketika mereka mengangkat dan siap utk melemparnyaa, Beliau meihat ke atas dan bertanya, "Apakah cabang ini berat?" Dengan cara seperti ini Ajahn Chah mengajarkan murid-muridnya melihat Dhamma dlm segala bentuk yg mereka katakan atau kerjakan. Dalam hal ini Beliau menunjukkan kegunaan dari "membiarkan segala sesuatu berjalan sebagaimana adanya".
22.   Salah seorang siswa Ajahn Chah secara tdk sengaja menyentuh ujung saklar listrik yg menghubungkannya ke tape recorder ketika ia sedang menyambung saklar itu ke aliran listrik. Ia tersentak dan menjatuhkannya. Ajahn Chah memperhatikan dan tdk menyia-nyiakan momentum yg berharga itu utk mengajar Dhamma. Spontan Beliau berkata, "Oh, bagaimana kamu bisa begitu cepat melepaskannya? Siapa yg memberitahu kamu utk melakukan itu?"
23.   Pada saat menjelang Natal, para Bhikkhu asing telah memutuskan utk merayakannya. Mereka mengundang beberapa umat, jga Ajahn Chah utk merayakan bersama mereka. Umat pada umumnya bingung dan ragu-ragu. Mereka bertanya, apakah pemeluk agama Buddha merayakan Natal? Ajahn Chah kemudian berbicara tentang agama yg mereka tanyakan, "Sejauh yg saya ketahui, agama kr****n mengajarkan orang-orang utk melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan. Jadi sama seperti Buddhisme. Lantas apa salahnya? Bagaimanapun jika orang-orang menajdi bingung dgn ide utk merayakan Natal, hal itu dapat dimaklumi. Kita tdk menyebutnya Christmas. Kita menyebutnya Christ-Buddhamas! Apa pun yg mengilhami kita bahwa hal itu adl suatu kebenaran, maka lakukanlah dan bahwa hal itu baik, lakukanlah latihan itu dgn benar. Kamu boleh menyebutnya dgn nama apapun.
24.   Pada saat para pengungsi dari Laos dan Cambodia membanjiri Thailand, tim sukarelawan yg datang menolong mereka sangat banyak. Hal ini membuat para rohaniawan dari Barat berpikir bahwa pra Bhikkhu dan Bhikkuni seharusnya tdk hanya duduk di hutan pada saat organisasi agama lain begitu proaktif dlm usaha meringankan beban para pengungsi. Jadi, mereka memberi masukan kepada Ajan Chah dgn mengatakan, "Membantu para pengungsi adl baik. Inilah sesungguhny tugas mereka secara alami kepada sesama. Hanya melalui keinginan kita sendiri, sehingga kita dapat membimbing yg lainnya keluar. Hanya dgn cara inilah kita dapat membantu. Siapa saja boleh keluar dan membantu membagikan pakaian dan mendirikan tenda-tenda, tetapi berapa banyak yg pergi ke hutan dan duduk mengenali pikiran mereka? Sepanjang kita belum tahu bagaimana "menukarkan baju" dan "memberi makan pikiran orang", maka akan selalu ada masalah pengungsian dimana-mana di dunia ini."
25.   Ajahn Chah mendengarkan seorang muridnya membacakan Sutra Hati. Ketika ia telah selesai, Ajahn Chah berkata, "Tdk ada kekosongan.... Juga tdk ada Bodhisatta." Ia kemudian bertanya, "Darimana sutra ini berasal?". "Sutra ini telah diucapkan oleh Sang Buddha" jawab Siswanya. "Tdk ada Buddha." Bantah Ajahn Chah dgn tandas. Kemudian Beliau berkata, "Hal ini mengungkapkan suatu kebijaksanaan yg didalam, diluar semua kaidah. Bagaimana kita mengajar tanpa mereka? Kita harus memiliki nama utk itu, bukankah demikian?"
26.   Utk menjadi manusia yg mulia, kita harus terus menerus mengamati perubahan-perubahan hingga dapat melihat tubuh ini sebagaimana adanya. Pikiran berubah secara keseluruhan, tetapi tubuh masih ada. Ada panas, dingin, luka, dan rasa sakit seperti biasa. Namun pikiran sudah tdk terpengaruh, dan sekarang melihat burung, usia tua, kesakitan, dan kematian di dalam cahaya kebenaran (sebagaimana adanya).
27.   Pada suatu hari seseorang bertanya kepada Ajahn Chah tentang pencerahan; dapatkah dia menggambarkan pencerahan yg ada padanya?. Dengan seseorang yg begitu berharap mendengar jawabannya, dia berkata, "Pencerahan tdk sukar dimengerti. Ambil sajalah pisang dan masukkan ke dalam mulutmu, maka kamu akan mengetahui seperti apa rasanya. Kamu harus berlatih utk mengalami kesunyataan, dan kamu harus berlatih dgn tekun. Jika begitu mudah utk menjadi tercerahkan, setiap orang ingin melakukannya. Saya pergi ke vihara sejak saya berumur delapan tahun dan saya menjadi seorang Bhikkhu selama lebih dari empat puluh tahun. Namun kamu ingin bermeditasi selama satu atau dua malam dan langsung mencapai Nibbana. Kamu jgn hanya duduk, tetapi bersemangatlah! Begitulah seharusnya, pahamilah hal ini. Kamu juga tdk bisa mendapatkan seseorang utk melakukan sesuatu di kepalamu dan membuat kamu tercerahkan.
28.   Kamu tdk akan tercerahkan sepenuhnya sebelum kamu mampu mengajar umat. Dgn bersikap jujur kepada mereka dan menceritakan kepada mereka apa yg kamu ketahui dari hatimu. Ceritakan kepada mereka segala sesuatu yg mungkin diceritakan. Jangan menganggap diri mampu mengangkat batu karang-batu karang besar jika kamu hanya dapat menggangkat yg kecil. Belum terlambat utk menceritakan bahwa jika kamu berlatih dan kamu bekerja, sungguh mungkin utk menggangkat batu karang-batu karang besar.
29.   Saya tdk tahu harus berbicara kepada siapa mengenai hal ini. Kita berbicara mengenai hal-hal yg harus dikembangkan dan hal-hal yg harus dilepas, tetapi sesungguhnya tdk ada yg harus dikembangkan, tdk ada yg harus dilepas.

_/\_

Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

hendrako

yaa... gitu deh