[ASK] Habit/kebiasaan dalam Vajrayana

Started by El Sol, 23 May 2008, 03:46:44 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

El Sol

gw pernah diskusi ama anak Vajrayana..

dan dia ngomong tentang Habit/kebiasaan, dmana seperti contoh..

ada orang yg melakukan kamma membunuh ayam..dan lama2 jadi habit, nah..habit itu terbawa ke inkarnasi skarang...

nah, dari yg gw pelajari selama ini...gw membuat kesimpulan kalo habit=kemelekatan..

bener gk?

ato itu something different lage?

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=799
QuoteAcinna Kamma atau Bahula Kamma
Bila seseorang sebelum saat ajalnya tidak berbuat sesuatu, dan dengan demikian tidak terdapat Asañña Kamma, maka yang menentukan keadaan kelahiran yang berikutnya ialah Kamma kebiasaan atau Acinna Kamma, ialah perbuatan-perbuatan yang merupakah kebiasaan bagi seseorang karena seringnya dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru.

Quote# Habitual Kamma (Acinna Kamma) is that which one habitually performs and recollects and for which one has a great liking. Habits whether good or bad become second nature. They tend to form the character of a person. At leisure moments we often engage ourselves in our habitual thoughts and deeds. In the same way at the death-moment, unless influenced by other circumstances, we, as a rule, recall to mind such thoughts and deeds.

   1. Cunda, a butcher, who was living in the vicinity of the Buddha's monastery, died squealing like a pig because he was earning his living by slaughtering pigs.

   2. King Dutthagamani of Ceylon was in the habit of giving alms to the Bhikkhus before he took his meals. It was this habitual Kamma that gladdened him at the dying moment and gave him birth in Tusita Realm.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

El Sol

kalo gk salah temen gw bilank..

kalo Arahat masih ada Kamma kebiasaan itu..dan gk bisa diilangkan...kecuali jadi Sammasambuddha..

benar begitu?

nyanadhana

Cunda, a butcher, who was living in the vicinity of the Buddha's monastery, died squealing like a pig because he was earning his living by slaughtering pigs

Jika demikian,asumsi Sukara Maddava mengenai jamur sejenis babi telah dipatahkan donk, Cunda = penjagal babi.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

nyanadhana

Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

#6
nyanadhana,

Kalo ga salah, Cunda yang beri makanan ke Buddha itu seorang pandai besi. Kalo Cunda penjagal babi, sudah masuk Avici sebelumnya.









Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Di Sutra Mahayana memang ada dijelaskan bahwa Arahat harus berlatih lagi.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

K.K.

Sorry, ternyata salah masuk.

Sudah dihapus, karena tidak berkenaan dengan tradisi Mahayana.


_/\_

Delusion

Setau saya habit itu bisa dibawa-bawa dalam setiap kehidupan, baik itu baik ataupun buruk.
Pada kehidupan lampau, saya ini penakut, kehidupan pada saat ini juga tidak akan menutup kemungkinan bahwa saya ini penakut bahkan kepada kehidupan selanjutnya.

Bila saya dapat merubah kebiasaan "takut/panik" saya pada kehidupan ini, maka tidak menutup kemungkinan saya tidak akan lagi menjadi seorang yang "takut/panik".

Kita bisa punya habit2 bawaan sejak terlahir karena sudah tertanamkan dalam kesadaran kita di kehidupan lampaunya.


Mohon maaf bila ada salah penyampaian,
mohon koreksi bila salah.


Deepest Bow,
Vince
:)

Delusion

Bisa juga kita pada kehidupan lampaunya adalah praktisi Vajra, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kita juga akan terus mencari-cari Vajra pada kehidupan mendatangnya, dan bila ada menanamkan kondisi untuk bertemu dengan Vajra lagi, maka tidak akan menutup kemungkinan juga bahwa kita akan kembali bertemu dengan aliran Vajra.

Deepest Bow,
Vince
:)

Suchamda

Menurut apa yg pernah saya pelajari, maka saya bisa menarik kesimpulan sbb:

Seorang tantrika belum tentu terlahir lagi sebagai seorang tantrika. Ini bukan berarti bahwa tekadnya putus. Akan tetapi dalam beberapa kasus, seseorang yg telah mencapai level tertentu bisa memilih kelahirannya dalam kondisi yg berbeda untuk memperkaya pengalaman di luar kotak atau memiliki misi khusus. Meskipun demikian, biasanya orang2 tersebut memiliki suatu ketajaman dalam memandang kehidupan ini agak berbeda dengan orang2 biasa. Khazanah persepsionalnya juga biasanya lebih kaya dan dalam; dan itu akan muncul secara otomatis.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Delusion

Ya, pada level tertentu memang bisa.
Tapi yang saya maksud dalam posting saya di atas adalah secara garis besar saja.
:)