Messages

Happy birthday, Om. Smoga kocak slalu.

Genuine. Kalo dibilang pelarian juga bisa. Karena melarikan diri dari tanggung jawab merawat ortu dimasa tua. Inilah yg wa takutkan. Karena gua takut akan jadi masalah dikemudian hari. Sebagai anak w juga pengen rawat mereka di hari tua. Makanya w buat thread ini utk minta masukan diterusi niat gua ato enggak

imo, kalo masih pengen ngrawat ya rawatlah mereka sampai mereka meninggal. 

apakah seseorang dpt menjalankan winaya bhiku tanpa menjadi bhiku ?
spt test drive gitu ? apakah ini solusi lumayan ?

lo bukannya tu sama dengan pabbajja samanera?

penasaran ama motifnya TS... apakah memang genuine apa seperti kata bro sl99, pelarian.

boleh tahu

umur?

pernah pacaran/hubungan intim?

kira2 berapa lama dorongan jadi bhikkhu ada?

apa ngga ngerasa gimanaaa gitu... makan guru sendiri

salken bro.
sering2 mampir ya

mungkin sebelum jadi pertapa sebaiknya berkeluarga dulu yak... biar ga penasaran dan pandangan tentang dukkhanya lebih luas. toh mengikuti jejak Sang Buddha

happy birthday koooo...
semoga tambah berbahagia dan rajin praktik dhammanya

[babeh]

Kenapa saya tanyakan ini, smlm ketemu dgn tmn lama yang dulu sama2 sebangku sekolah SD. Ternyata skrg sdh beragama diluar agama Buddha. Fanatismenya bs dibilang berlebihan, harusnya kita 3 jam ketemuan ngobrol tujuannya utk mengenang masa2 sekolah tapi jadinya cuma dengerin dy khotbah, mengagung-agungkan "babeh" nya yg di sorga.
Ada pernyataan nya yg bikin sy jd pengen "nampolin dy ampe bego" .

Dy bilang, dy rela mati demi babeh nya yg di sorga, org tua sendiri nomor sekian, hutang jasa kita sama orang tua bisa dibayar, tinggal sebut harga plus bunganya, tapi hutang sama "babeh" nya hanya bs dy bayar pakai darah dan nyawa. Tadinya kalau org tua dy gak mau ikut jalan keyakinan dy, akan di taro dipanti jompo #miris.

Sekarang sy seperti dikejar2 orang asuransi, utk segera bertobat sama babeh disorga sebelum terlambat. Apa saya musti lapor ke polisi, karena sepertinya ini rencana pembunuhan utk saya  .


Kalau Jasa Orang Tua adalah Hutang, Berapa saya Harus Bayar beserta bunganya?

#mudah mudahan kagak ada orgnya di forum ini

NOTE: Yang suka komen gak jelas mending gak usah komen, bikin sampah berserakan!

kalo aku gantian ngerawat ortu dan menjadi ortu yang terbaik bagi anak-anakku kelak.

rekan DC ada yang pernah ngerayain waisak di candi borobudur? kalo ada share pengalamannya di mari yah.

thankyu

btw yang nulis catatan "caution: betet inside", "The Clone of Betet Agung", dst siapa ya? kreatif men yakin

jadi inget cerita keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan topik.

dulu tante pernah berjanji pada diri sendiri buat rajin mengunjungi ayahnya (plus baca2 ayat suci tentunya) yang sudah dikubur. namun kenyataannya ia sering menundanya. hingga pada suatu maghrib, saat ia dan ibuku sedang masak di dapur, tiba2 sosok mirip ayahnya berdiri di dekat pintu belakang dan "menagih janji"nya. setelah kejadian itu tanteku langsung menepati janjinya.

jadi, imo, perkara tersebut bukanlah sesuatu tanpa arti. Ia bisa jadi sarana untuk terhubung kembali dengan keluarga yang telah wafat (atau jadi mahluk lain), berdana, dan pengingat akan mortalitas kita.

kalo wa setuju kalo hukuman mati diberlakukan, khususnya bagi orang2 yang kata sdr Kullatiro sudah jadi monster/ekstrim. lagipul realita menunjukkan kalo penjara pun tidak efektif, banyak penyimpangan, bahkan kini menjadi semacam universitas kejahatan. bukankah dalam tipi sering muncul orang yang bolak balik penjara kejahatannya semakin terupgrade?

untuk masalah case menghukum mati orang yang tak bersalah, mungkin itu faktor X. toh di dunia ini nda ada sistem yang 100% berjalan mulus terus.

kalo dilihat dari indikasinya, kayaknya TS mengalami krisis eksistensial. tenang aja, hal tersebut alami kok... efek samping jadi manusia... siddharta saja mengalami hal ini sehingga ia memutuskan jadi pertapa

karena hal tersebut kuanggap sebagai efek self-conscious (ulah atta), ada beberapa cara wat meresponnya, satu dengan pengalihan (hedonisme ato altruisme), satunya lagi dengan perhatian (vipassana).
 

In Kim , the game is called both the Play of the Jewels and the Jewel Game.[2] Kim, a teenager being
trained in secret as a spy, spends a month in Simla , British India at the home of Mr. Lurgan, who
ostensibly runs a jewel shop but in truth is engaged in espionage for the British against the Russians .
Lurgan brings out a copper tray and tosses a handful of jewels onto it; his boy servant explains to Kim: [2]

" Look on them as long as thou wilt, stranger. Count and, if need be, handle. One look is enough for me. When thou hast counted and handled and art sure that thou canst remember them all, I cover them with this paper, and thou must tell over the tally to Lurgan Sahib. I will write mine. "

They contest the game many times, sometimes with jewels, sometimes with odd objects, and sometimes with photographs of people. It is considered a vital part of training in observation; Lurgan says: [2] " [Do] it many times over till it is done perfectly - for it is worth doing. " In general

This game is commonly played with young children, either preschool or in the first year or two of schooling (age 5 and 6) as it promotes the development of memory and observation skills and can be used for learning new groups of objects, such as shapes or fruits. [3]

In Scouting
In his book Scouting Games Robert Baden-Powell , the founder of Scouting , names the exercise Kim's
Game and describes it as follows: [1]

" The Scoutmaster should collect on a tray a number of articles - knives, spoons, pencil, pen, stones, book and so on - not more than about fifteen for the first few games, and cover the whole over with a cloth. He then makes the others sit round, where they can see the tray, and uncovers it for one minute. Then each of them must make a list on a piece of paper of all the articles he can remember... The one who remembers most wins the game. "

Military use

The use of Kim's games in training military personnel is probably widespread but not well documented. The United States Marine Corps ' Scout Sniper Instructor School in Quantico, Virginia, is one establishment that teaches the game as part of its curriculum. Another is Sniper training schools at Camp Lejeune , Camp Pendleton and in Hawaii . [4] It is mentioned in a military glossary with the backronym "Keep In Memory".

http://en.m.wikipedia.org/wiki/Kim's_Game


book kim author Rudyard Kipling
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Kim_(novel)
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Rudyard_Kipling

Project gutenberg. (download free the e book, legal]

http://www.gutenberg.org/ebooks/2226

ini mah novel yang gw pake buat skripsi pas zaman bahula
patut di baca tuh. soalnya ada bikkhu yang jadi tokoh utamanya