News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu
Menu

Show posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.

Show posts Menu

Messages - sore

#1
Perkenalan / Re: Gutten moergen...met kenal
13 June 2011, 09:09:03 AM
salam kenal saya Budiyanto dr Cirebon  8)
#2
oh.. oke, ternyata saya yang salah.. tidak membaca dengan seksama, ternyata yang anda sekalian diskusikan adalap bro Djoe.

oke kalau begitu saya tidak komentar lagi. semoga kita bisa maju dalam praktik. semoga apa yang kita pelajari bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. semoga kita bisa terus berkontribusi positif bagi dunia ini walau sekecil apapun. semoga kebencian dan segala prasangka buruk bisa terus berkurang. sadhu sadhu sadhu...

mohon maaf kalo post saya malah mengangkat masalah yang sudah lama saudara2 lupakan. dan kalau begitu saatnya melanjutkan ke depan dan tidak mengungkit2 lagi yang sudah2 _/\_
#3
tolong dipahami itu hanya perumpamaan mengenai bagaimana sebaiknya bersikap dengan melihat hal2 positif yang ada dan tidak terkonsentrasi pada hal2 negatif yang sering kali malah jadi dibesar2kan, dan saya tidak merujuk ke pribadi mana pun. _/\_

oh, dimana ya board perkenalan? saya gak nemu nih.. thx :)
#4
maaf bro wang.. yg saya maksud bukan anda. dan maaf saya lupa jawab sapaan anda karena waktu saya buka ternyata udah banyak yang post hehehe... saya Budiyanto dari Cirebon, salam kenal... anda?


wah salah lagi deh.. yang saya maksud tuh bukan menilai perorangannya bro.. rasanya di post sebelumnya sudah pernah saya tulis.. sori kalo salah :)

yang saya katakan bukan wewenang kita adalah dalam hal pemberian hukuman berdasarkan pelanggarannya. dan saya memang tidak tahu apakah sudah ada tindak lanjut atau belum. dan saya tidak menemukan adanya hal positif yang diperoleh dari membicarakan keburukan orang lain, siapa pun itu. jadi saya cuma mengajak untuk melihat hal positif yang bisa diperoleh, dan membiarkan pelanggaran vinaya diselesaikan oleh yang berwenang. kita cukup tau aja, dan kalau mau menegur ya ditegur aja. ini kan udah lama banget postnya hehe.. sorry ya bro klo pendapat saya ini salah :)

kalau mengenai yang lagu kan saya menanggapi komentar bro Ronald dan bawel.
#5
again sekali lg saya katakan, saya disini bukan untuk menilai. dan saya tidak pernah mengatakan kalau yang dilakukan itu tidak melanggar vinaya. saya disini hanya ingin mengajak saudara2 untuk melihat hal2 positif dari suatu kejadian dengan pikiran dan hati yang terbuka. jadi yah kalau ada 99bata bagus,kenapa harus konsentrasi ke1bata jelek? kalau ada nilai positif kenapa harus melihat yang negatifnya.

bagi saya vinaya dibuat untuk kemajuan praktik para biksu, bukan sebagai tolak ukur kita untuk menilai para bhante. dan setahu saya pelanggaran vinaya dapat diselesaikan dengan hukuman berdasarkan tingkatan2nya (lagi-lagi ini urusan para biksu, bukan hak dan wewenang kita).

yang saya bicarakan yg bhante yg berdua. karena yang saya tau yang itu. saya tidak mengomentari bhante yg pertama, karena saya memang tidak tau.


mengenai lagu itu saya masih bingung kenapa dipermasalahkan? kalau tadi dikatakan karena objek dari luar dan dibandingkan dengan konsumsi hal negatif(minum2), maka saya akan coba ambil contoh dari hal positif. ketika saya mendengarkan ceramah dharma juga dapat membuat batin menjadi tenang.. apa salah?

saya tidak akan membahas teori, saya cerita pengalaman aja hehe.. jadi bagi saya lirik lagu itu sangat membantu. ketika saya datang dari kesibukan aktifitas diluar, lirik lagu itu mengingatkan saya untuk kembali ke dalam, bahwa sebenarnya individu itu gak benar2 nyata(anatta). setelah itu untuk berkonsentrasi pun jadi lebih mudah. dan seriously, saya gak menemukan adanya hal negatif dari lagu itu -ini pengalaman pribadi loh, jadi yg punya pendapat berbeda sah2 saja hehehe..



jadi yah mungkin ini untungnya saya tidak men-judge orang lain, jadi saya bisa dapat nilai positifnya  ;D

oh ya cuma mau kasih saran aja, tolong agar bisa lebih wellcome dengan orang baru, sebenernya saya agak kurang nyaman dengan sambutan diawal2, saya kan orang baru dan cuma berbagi pandangan saya, tidak ada maksud apa2.. _/\_
#6
Quote from: dato' tono on 12 June 2011, 03:15:11 PM
jk mendengarkan musik, ckup menenangkan pikiran dan perasaan ? disitu emosi anda telah bermain ato anda beranggapan bahwa emosi itu hanya menyangkut perasaan marah/tidak marah ?

jadi makin bingung hahaha.. jadi klo setelah meditasi jadi tenang juga salah ya? jadi harusnya emosi yang baik itu bagaimana? atau kita tidak boleh punya emosi sama sekai? thx udah jelasin _/\_
#7
Quote from: ryu on 12 June 2011, 02:59:05 PM
terlepas dari benar salahnya tapi merasa hal diatas itu ada benarnya ya?
belum pantas menilai tapi merasa itu ada gunanya khan?
bingung aku, tidak menilai tapi kok menilai, merasa netral tapi menilai ada benarnya,

makin banyak yang ahli2 kentut, haizzz kentut tapi merasa tidak kentut =))

saya menilai lagu itu baik. saya menilai apa yang dibagikan itu baik. tapi saya tidak menilai perorangannya.. kalau anda keberatan dengan pendapat saya atau kalau pendapat saya menyinggung, atau salah saya mohon maaf. _/\_

[at] dato' ya diskusikan ke guru pembimbingnya biksu tersebut menurut saya adalah jalan yang terbaik. yang pasti kalo tindakannya merugikan ya gak mungkin saya ikutin hehehe..
#8
Quote from: bawel on 11 June 2011, 11:26:37 PM
menenangkan itu kan termasuk salah satu emosi om ;D.

oh saya kurang tahu kalo gitu.. bisa diperjelas gitu penjelasannya?
trimakasih kalau berkenan mengajarkan _/\_
#9
dan maaf kalo saya gak bisa balas dengan segera, karena saya punya kesibukan. _/\_
#10
yah kan saya udah tulis, terlepas dr benar salahnya, menurut saya itu merupakan salah satu cara yg baik untuk mengajak generasi buddhist untuk lebih mengenal ajaran Buddha sehingga dapan digunakan sebagai bekal dalam kehidupan, dan bukan hanya sebagai wacana.

maaf kalau anda2 bertanya kepada saya mengenai benar atau salah, saya tidak akan menjawab. karena tdk akan ada orang yg benar2 baik, atau benar2 buruk. dan saya lebih suka untuk melihat ke segi positifnya. 99bata yg bagus tdk akan saya korbankan hanya karena ada 1 bata jelek. :)

dan lagi pula, saya bukan seorang biksu, jadi saya tidak membaca vinayanya. ketika vinaya dibuat untuk para bhante, maka saya tidak berhak untuk melihatnya. karena menurut saya vinaya dibuat sebagai panduan dan alat bantu berlatih, bukan untuk men-judge orang.

jadi maaf sekali jika anda2 bertanya benar atau salah, yang pasti saya belum pantas untuk menilai mereka2 yg berjubah. _/\_
#11
Quote from: ryu on 24 September 2010, 11:08:41 AM
mari kita liht cara pandang B. Buddhadasa :
Dari buku "the Truth of Nature" by Bhikkhu Buddhadasa

"Bagaimana cara berpikir seorang nonpraktisi dan seorang Buddhis yang mempraktikkan ajaran Buddha?"

Mari kita perhatikan sebuah fakta yang akan menjadi petunjuk untuk membedakan cara berpikir seorang non praktisi dan seorang Buddhis yang mempraktikkan ajaran Buddha. Seorang non praktisi berarti seorang yang belum menjadi seorang umat Buddha yang baik dan tidak memahami ajaran Buddha. la hanya menjadi Buddhis karena label agama saja, sesuai dengan catatan kependudukan (seorang Buddhis KTP sejati) dan karena orangtuanya beragama Buddha. Mereka kita sebut dengan Buddhis non praktisi. Persyaratan untuk menjadi seorang Buddhis sejati seorang praktisi, Ariya (orang suci, maju pesat dalam latihan) adalah memiliki pandangan benar yang jauh lebih tinggi daripada seorang non praktisi terhadap semua hal yang ada di sekelilingnya.

Buddha bersabda, "Ada perbedaan yang sangat besar dalam cara pandang antara pandangan para ariya dan pandangan umat biasa." Karena itu, dalam pandangan para ariya, dan juga sesuai dengan peraturan para ariya, bernyanyi sama saja dengan menangis; menari adalah ciri khas orang gila; dan tertawa terbahak bahak adalah kelakuan anak anak ingusan. Orang orang pada umumnya menyanyi, tertawa, dan menikmati semua itu tanpa menyadari kapan dirinya akan lelah. Di dalam pandangan para ariya, menyanyi terlihat sama dengan menangis. Jika kita mengamati seorang yang menyanyi dan berteriak sekeras kerasnya, dia tidak hanya kelihatan seperti orang yang sedang menangis, tetapi selain itu, apa yang dilakukannya berasal dari kondisi kondisi emosional. yang sebenarnya sama dengan menangis.

Menari adalah kelakuan orang gila! Jika kita perhatikan sedikit lebih mendalam, kita akan menyadari bahwa ketika kita bangun dari tempat duduk untuk menari, kita paling tidak sudah menjadi sepuluh persen gila. Jika tidak, kita pasti tidak akan mau menari. Karena secara umum menari dipandang sebagai sebuah bentuk kesenangan, kita tidak menganggapnya sebagai kelakuan orang gila. Ada beberapa orang yang suka tertawa; tertawa memang menyenangkan. Mereka tertawa terbahak bahak, bahkan di saat saat yang tidak tepat. Tetapi bagi para ariya, dan di dalam peraturan mereka, tertawa adalah kelakuan anak kecil. Oleh sebab itu, jika kita mampu tidak tertawa, ini tentu baik. Tidak tertawa sama sekali bahkan lebih baik lagi.

Contoh contoh di atas menunjukkan bagaimana latihan displin (sila) para ariya berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Secara umum, menyanyi, berdansa, dan tertawa sepertinya tidak membawa akibat dan bukan sesuatu yang istimewa. Namun bagi para ariya kegiatan kegiatan tersebut dianggap tidak berguna dan tidak terkendali. Demikianlah pandangan seseorang yang pikirannya sudah berkembang pesat.

Buddha tidak mengatakan, jangan lakukan hal-hal itu ketika kita menginginkannya, tetapi mengajarkan kita untuk memahami bahwa ada perbuatan yang terpuji dan perbuatan rendah, dan ada hal hal yang tidak layak untuk dilakukan. Karena belum menjadi seorang ariya, kita mungkin ingin melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah. Ketika kita melakukannya, kita akan sadar bahwa hal itu terkadang memang tampak menyenangkan, tetapi pada akhirnya kita akan kelelahan. Selanjutnya, kita dapat meningkatkan diri kita ke tingkat yang lebih tinggi dan berlatih disiplin para ariya.

Sebagian orang tidak suka mendengar tentang "disiplin". Mereka khawatir bahwa mengendalikan diri menyebabkan "penderitaan." Tetapi, mengendalikan diri untuk tidak mengikuti perasaan adalah sebuah praktik dan latihan penting dalam agama Buddha.

Mengendalikan tubuh dan pikiran untuk tidak menuruti setiap perasaan bukanlah penderitaan. Sebaliknya, ini adalah sebuah metoda untuk melenyapkan dukkha. Kita harus menemukan cara. untuk mencegah diri kita agar tidak sampai dikuasai oleh ego atau kekotoran batin. Kita harus menjaga pikiran agar kekotoran batin tidak mengarahkan dan menguasai diri kita. Lihat orang orang yang sedang menari dan perhatikan betapa kuatnya kekotoran batin menguasai dan membuat mereka tunduk. Inikah yang disebut dengan kebebasan?

Oleh sebab itu, kita harus meningkatkan kemampuan batin kita bagaimanapun juga. Jangan menjadi seorang Buddhis awam selamanya! Buat diri Anda bisa menjadi anggota komunitas Buddhis praktisi, dengan memiliki pengetahuan, kecerdasan, kesadaran, dan pemahaman sehingga penderitaan akan berkurang. jangan lakukan hal hal yang tidak layak dan tidak bermanfaat bagi diri sendiri. Inilah hasil yang akan Anda dapatkan. Anda akan bertransformasi dari seorang Buddhis non praktisi awam menjadi seorang Buddhis praktisi, yang menaati disiplin para ariya. Buddha berharap akan lebih banyak lagi yang menjadi ariya, semakin banyak lagi orang yang akan meninggalkan keduniawian selamanya.

disini jelas yang dimaksud adalah emosi yang tak terkendali.

saya tahu lagu yang dinyanyikan kedua bhante itu. judulnya "we are all one"
    We are all the leaves of one tree.
    We are all the stars of one sky.
    We are all the leaves of one tree.
    The time has come for all to live as one.
    We are all the leaves of one tree.

    We are all the waves of one sea.
    We are all the waves of one sea.
    The time has come for all to live as one.
    We are all the waves of one sea.

    We are all the stars of one sky.
    We are all the stars of one sky.
    The time has come for all to live as one.
    We are all the stars of one sky.

    We are all the leaves of one tree.
    We are all the waves of one sea.
    The time has come for all to live as one.
    We are all the stars of one sky.


lagu ini mengajarkan tentang anatta, dengan sederhana. lagu ini tidak membangkitkan emosi, justru menenangkan, bahkan saya rasa lagu ini bisa dipakai untuk panduan meditasi.

kedua bhante itu bukan sedang konser, bhante itu memainkan musik ini semata untuk membimbing peserta yang mayoritas muda-mudi. untuk mengajarkan nilai2 yang baik dengan cara yang sedikit berbeda.

anyway, terlepas dari benar salahnya, lagu2 seperti ini menurut saya dapat dipakai untuk membantu kita berlatih. saya yakin diantara kita semua tidak ada (atau mungkin ada sedikit orang suci) yang dirinya lebih sering mendengar ceramah dharma dibanding mendengar musik.
#12
saya coba post yang original ya

1. Latihan Eling Pertama: Keterbukaan
Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh kefanatikan dan intoleransi, kami bertekad untuk tidak memberhalakan atau terbelunggu pada doktrin, teori atau ideologi mana saja, termasuk yang Buddhis sekalipun. Ajaran-ajaran Buddhis hanyalah sarana penuntun untuk membantu kami belajar melihat secara mendalam dan menumbuh kembangkan pengertian serta kasih sayang kami. Ajaran-ajaran Buddhis bukanlah doktrin-doktrin yang dijadikan alasan untuk berkelahi, untuk membunuh, ataupun mati demi membela ajaran itu sendiri.

2. Latihan Eling Kedua: Ketidakmelekatan pada Pandangan
Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh kemelekatan pada pandangan dan persepsi yang keliru, kami bertekad untuk menghindari berpikiran sempit dan terikat pada pandangan-pandangan yang dimiliki saat ini. Kami akan belajar dan berlatih ketidakmelekatan pada pandangan agar dapat terbuka terhadap berbagai insight dan pengalaman orang lain. Kami sadar bahwa pengetahuan yang kami miliki saat ini bukanlah kebenaran mutlak yang tidak berubah. Kebenaran ditemukan dalam kehidupan dan kami akan mengamati kehidupan yang ada didalam maupn di sekeliling kami setiap saat, siap untuk belajar seumur hidup kami.

3. Latihan Eling Ketiga: Kebebasan Pikiran
Sadar akan penderitaan yang timbul ketika kami memaksakan pandangan kami kepada yang lain, kami berkomitmen untuk tidak memaksa pihak lain, bahkan anak-anak kami, untuk mengadopsi pandangan kami, melalui cara apapun - seperti otoritas, ancaman, uang, propaganda, ataupun indoktrinasi. Kami akan menghormati hak orang lain untuk berbeda dan memilih apa yang dipercayai serta memutuskannya. Tapi, kami akan membantu pihak lain untuk meninggalkan kefanatikan dan kepicikan dengan berlatih secara mendalam dan terlibat aktif dalam dialog yg penuh kasih sayang.

4. Latihan Eling Keempat: Menyadari Penderitaan
Sadar bahwa melihat sifat dasar penderitaan secara mendalam dapat membantu kami menumbuh kembangkan kasih sayang serta mencari jalan keluar dari penderitaan, kami bertekad untuk tidak menghindar atau menutup mata kami dari penderitaan. Kami berkomitmen untuk menemukan berbagai cara termasuk melalui kontak pribadai, gambar-gambar, suara-suara, dan berada bersama mereka yang sedang menderita, sehingga kami dapat memahami situasi mereka secara mendalam dan membantu mereka mengubah derita mereka menjadi kasih sayang, kedamaian, dan sukacita.

5. Latihan Eling Kelima: Kehidupan yang Sederhana dan Sehat
Sadar bahwa kebahagiaan sejati mngakar pada kedamaian, soliditas, kebebasan, dan kasih sayang, dan bukan pada kekayaan atau ketenaran, kami bertekad untuk tidak menjadikan ketenaran, keuntungan, kekayaan, ataupun kesenangan sensal sebagai tujuan hidup kami, tidak juga mengumpulkan kekayaan sementara jutaan orangsedang kelaparan dan sekarat. Kami berkomitmen untuk hidup sederhana dan berbagi waktu, energi, dan berbagai sumber daya materi kami dengan mereka yang sedang membutuhkan. Kami akan berlatih mengkonsumsi secara penuh kesadaran, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, narkoba atau produk apapun yang membawa masuk racun ke dalam tubuh dan kesadaran kamu maupunke dalam tubuh dan kesadaran kolektif.

6. Latihan Eling Keenam: Menangani Kemarahan
Sadar bahwa kemarahan menyekat komunikasi dan menciptakan penderitaan, kami bertekad untuk menjaga energi kemarahan ketika ia muncul serta mengenali dan mengubah benih-banih kemarahan yang terbenam jauh di dalam kesadaran kami. Ketika kemarahan muncul, kami bertekad untuk tidak melakukan atau mengatakan sesuatu, melainkan memperhatikan nafas atau jalan berkesadaran dan mengakui serta memeluk kemarahan kami dan melihatnya secara mendalam. Kami akan belajar untuk melihat dengan mata kasih sayang kepada diri kami dan mereka yang kami anggap sebagai penyebab kemarahan kami.

7. Latihan Eling Ketujuh: Berdiam Dalam Kekinian dengan Bahagia
Sadar bahwa hidup hanya tersedia di saat ini dan adalah mungkin untuk hidup bahagia di sini dan sekarang juga, kami berkomitmen untuk melatih diri kami menjalani setiap momen keseharian hidup kami secara mendalam. Kami akan berusaha untuk tidak terhanyut dalam kekacauan pikiran atau terserat oleh penyesalan masa lalu, kecemasan akan masa depan, atau oleh nafsu rendah, kemarahan, ataupun kecemburuan masa sekarang. Kami akan mempraktikan nafas berkesadaran untuk kembali pada apa yang sedang terjadi saat ini. Kami bertekad untuk mempelajari seni hidup berkesadaran dengan menyentuh berbagai eleman yang menakjubkan, menyegarkan, dan menyambuhkan yang ada di dalam maupun di sekeliling kami, dan juga dengan memupuk benih sukacita, benih kedamaian, benih cinta kasih, dan pengertian dalam diri kami, sehingga memfasilitasi bekerjanya transformasi dan penyembuhan dalam kesadaran kami.

8. Latihan Eling Kedelapan: Komunitan dan Komunikasi
Sadara bahwa kurangnya komunikasi selalu mengakibatkan perpisahan dan penderitaan, kami berkomitmen untuk melatih diri kami praktik mendengar dengan kasih sayang dan bicara dengan cinta kasih. Kami akan belajar untuk mendengarkan secara mendalam tanpa menilai ataupun bereaksi dan menahan diri untuk mengucapkan kata-kata yang dapat menciptakan ketidak-nyamanan atau menyebabkan perpecahan dalam komunitas. Kami akan mengerahkan segala usaha untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan untuk berkonsiliasi dan menyelesaikan semua konflik, sekecil apapun itu.

9. Latihan Eling Kesembilan: Keadaan yang Sebenarnya dan Cara Bicara yang Penuh Cinta Kasih
Sadar bahwa kata-kata dapat menciptakan penderitaan atau kebahagiaan, kami berkomitmen untuk belajar berbicara secara sadar dan konstruktif, hanya menggunakan kata-kata yang menimbulkan harapan dan keyakinan. kami bertekad untuk tidak mengatakan hal-hal yang tidak benar demi kepentingan pribadi ataupun demi mempesona orang lain, juga tidak menuturkan kata-kata yang dapat memecah belah atau menimbulkan kebencian. Kami tidak akan menyebarkan berita yang belum kami ketahui dengan pasti, tidak juga mengkitik atau mengutuk hal-hal yang belum kami yakini secara pasti. Kami akan berusaha dengan sebaik-baiknya untuk mengungkapkan situasi-situasi yang tidak berkeadilan , meskipun saat melakukan itu dapat membahayakan keamanan kami.

10. Latihan Eling Kesepuluh: Melindungi Sangha
Sadar bahwa esensi dan tujuan dari Sangha adalah praktik pengertian dan kasih sayang, kami bertekad untuk tidak menggunakan komunitas buddhi untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, atau mengubah komunitas kami menjadi instrumen politik. Tetapi, sebuah komunitas spiritual seharusnya mengambil posisi yang jelas terhadap penindasan dan ketidakadilan dan berusaha mengubah situasi tersebut tanpa terlibat ke dalam konflik partisan.

11. Latihan Eling Kesebelas: Mata Pencaharian Benar
Sadar bahwa kekerasan dan ketidak adilan yang maha dahsyat telah dilakukan terhadap lingkungan dan masyarakat kita, kami berkomitmen untuk tidak hidup dari pekerjaan yang membahayakan manusia dan alam. Kami akan mengupayakan yang terbaik dalam memilih mata pencaharian yang dapat membantu merealisasikan cita-cita pengertian dan kasih sayang kami. Sadar akan realitas ekonomi, politik, dan sosial dunia, sebagai konsumen dan warga negara, kami akan berprilaku dengan penuh tanggung jawab dengan tidak menyokong perusahaan-perusahaan yang menghilangkan peluang hidup pihak-pihak lain.

12. Latihan Eling Keduabelas: Menghormati Kehidupan
Sadar bahwa banyak penderitaan disebabkan oleh perang dan konflik, kami bertekad untuk mengolah tanpa kekerasan, pengertian, dan kasih sayang dalam keseharian hidup kami, mempromosikan pendidikan tentang perdamaian, mediasi yang berkesadaran, serta rekonsiliasi dalam keluarga, komunitas, bangsa, dan dunia. Kami bertekad untuk tidak membunuh dan membiarkan pihak-pihak lain membunuh. Dengan tekun kami akan berlatih melihat secara mendalam bersama Sangha kami guna menemukan cara-cara yang lebih baik untuk melindungi kehidupan dan mencegah peperangan.

13. Latihan Eling Ketigabelas: Kedermawanan
Sadar akan penderitaan yang disebabkan oleh eksploitasi, ketidak adilan sosial, pencurian, dan penindasan, kami berkomitmen untuk mengolah cinta kasih dan belajar cara-cara untuk bekerja demi kesejahteraan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan mineral. Kami akan mempraktika kedermawanan dengan berbagi waktu, energi, dan sumber daya materi kami dengan mereka yang sedang membutuhkan. Kami bertekad untuk tidak mencuri dan memiliki apapun yang seharusnya menjadi milik pihak lain. Kami akan menghormati harta benda pihak lain, tapi akan berusaha mencegah pihak lain memperoleh keuntungan dari penderitaan manusia atau penderitaan makhluk lainnya.

14. Latihan Eling Keempatbelas: Perilaku Benar
(Untuk sahabat awam) Sadar bahwa hubungan seksual yang dimotivasi nafsu rendah tidak dapat menghilangkan peraaan kesepian melainkan anak menciptakan lebih banyak penderitaan, frustasi, dan isolasi, kami bertekad untuk tidak terlibat dalam hubungan seksual yang tanpa pasing pengertian, cinta kasih, dan komitmen jangka panjang. Kami harus menyadari bahwa derita masa mendatang dapat timbul dalam hubungan seksual. Kami tahu bahwa untuk menjaga kebahagiaan kami dan pihak-pihak lain, kami harus menghormati hak dan komitmen kami dan pihak-pihak lain. Kami akan melakukan segala hal yang dalam kuasa kami untuk melindungi anak-anak dari pelecehan seksual dan melindungi pasangan dan keluarga dari pelecehan akibat pelanggaran seksual. Kami akan memperlakukan tubuh kami dengan penuh rasa hormat dan menjaga energi-energi vital kami (seksual, pernafasa, semangat) untuk perealisasian cita-cita bodhisattwa kami. Kami akan sepenuhnya menyadari tanggung jawab dari menghadirkan kehidupan baru ke dunia dan memeditasikan dunia yang ke dalamnya akan kami hadirkan makhluk-makhluk baru.
#13
ya setengah bulan habis buat berdebat.   ^:)^
latihan2 itu dibuat untuk dipraktikan sehingga dapat membawa manfaat, bagi diri sendiri maupun orang lain.