
Hal yang pertama yang mungkin perlu diingat juga adalah AGAMA merupakan PILIHAN.
Sebuah HAK DASAR dan paling PRIBADI bagi seseorang. Bahkan Sang Buddha sendiri tidak bisa membuat mantan mertuanya (Raja Suppabuddha) untuk mengikuti jalan yang sudah Beliau babarkan.
Kita mengenal bahwa hukum Kamma juga berlaku pada setiap pribadi, jadi pada hakekatnya pula setiap orang bertanggung-jawab pada dirinya masing-masing. Ada batasan dimana kita tidak ada yang bisa kita perbuat lebih lanjut.
Tidak ada jaminan jika kedua orang tuanya Buddhis maka anaknya juga Buddhis.
Dengan dasar ini, maka yang terpenting adalah mendorong orang yang kita cintai untuk menghindari PERBUATAN JAHAT dan terus melakukan PERBUATAN BAJIK. Apapun labelnya saya meyakini bahwa KEBAJIKAN ini akan menuntun seseorang pada KEBIJAKSANAAN dan meraih KEBAHAGIAAN TERTINGGI. Tiap orang memiliki prosesnya sendiri.
Saat menjelang KEMATIAN nanti, kita akan menempuhnya sendiri, kita menjalaninya sendiri.
Saya pribadi memiliki pengalaman yang kurang lebih sama, namun "kadarnya" lebih berat di Bro Ahiong.
Saran saya pribadi mengenai masalah ini adalah:
Terima kenyataan yang ada saat ini dengan lapang dada. Istri Bro sudah memilih dan seperti yang kita ketahui adalah sangat sulit untuk merubah keyakinan dia di saat ini, karena sudah pasti dia akan menutup pikirannya terhadap masukan dari orang lain, dia akan berupaya memperkuat tameng dirinya terhadap "serangan" dari luar. Masih ditambah bantuan dari teman-temannya juga.
Mulai saat ini biasakan untuk membicarakan hal-hal yang sifatnya Universal saja, kebajikan ataupun moralitas sangat diterima umum, dan jika memang ada waktu yang tepat, kita bisa bicarakan prinsip Buddhis terhadap masalah-masalah yang terjadi. Misal ketika istri Bro Ahiong menyatakan doanya terjawab ketika masuk keyakinan lain, maka hal ini bisa dilogika juga dengan melihat secara nyata bahwa masih banyak "antrian doa" yang tidak terjawab. Dalam keyakinan manapun pasti bisa kita temui beragam orang dengan beragam masalah dan kondisi. Jenjang orang kaya dan miskin ada DIMANAPUN.. jadi kita bisa cek bahwa masih ada antrian doa yang belum terjawab.
Doronglah dia untuk terus melakukan kebajikan dengan caranya sendiri. Jika mampu, Bro Ahiong juga bisa mendukung istri dalam melakukan hal ini. Tunjukkan bahwa kita melakukan hal ini dengan dasar METTA dan jangan karena hal ini kita berasosiasi dengan kebencian.
Yang paling sulit adalah menjadikan kondisi ini untuk memperkuat Kesabaran dan Keyakinan kita sendiri thdp Dhamma.
Prinsip kita harus jelas dan tegas, namun kita harus memiliki sikap yang lembut terhadap keyakinan lain.
Ubahlah diri kita sendiri, saat ini saat yang terbaik untuk mempraktikkan Dhamma itu sendiri. jangan sia-siakan kesempatan ini. Latihan kesabaran yang sesungguhnya adalah ketika kita mendapati kondisi yang tidak menyenangkan.
Kita belajar untuk menerima rasa tidak nyaman yang muncul dalam diri kita sendiri lalu mendorong diri kita untuk tidak larut dalam kebencian. Semua hal itu tidak mudah untuk dilakukan, pastinya akan butuh proses.
Namun kembali lagi pada kita semua, apakah kita mau memulai langkah pertamanya atau tidak?
Semoga kebahagiaan dan kesejahteraan yang sudah ada dalam keluarga Bro Ahiong dapat terus berjalan.
Semoga Bro Ahiong dan keluarga akan memperoleh kebahagiaan sejati...

Sukhi hotu,
Saddhu.3x