News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu
Menu

Show posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.

Show posts Menu

Messages - sv.chandra71

#1
Diskusi Umum / Re: Sekilas Buddhayana
09 June 2008, 12:04:06 PM
Maaf.. aku baru ikutan lagi..
Kayaknya udah bahas jauh jadi aku gak usah balik ke belakang.. okay..???
Boleh ya romo.. biar bahasannya selaras..

Soal perkembangan agama Buddha memang penuh lika-likunya..
DAn karena sumber2 yang membahas perkembangan agama Buddha ini juga beragam.. Banyak versi.. dari versinya Tridharma, Therawada, Buddhayana, hingga pak Oka Diputera (Walubi)..
Justru pelaku sejarah seperti romo Hudoyo dan banyak yang lainnya.. yang harus ikut berbagi.. Minimal menurut sepengetahuannya saja.. (walau belum tentu benar seperti itu..)

Menyambung posting belakangan yang menyinggung soal SHMP (Siti Hartati Murdaya Pho)..
Ini memang kasus yang sangat spesial.. Dari cerita ribut kasus Walubi.. Penyetruman.. pembubaran walubi lama.. pembentukan walubi baru.. pembentukan KASI.. hingga kasus calon anggota MPR.. hehehe.. Memang harus buat judul sendiri..

Tapi ada hal yang ingin saya tanyakan pada romo Hudoyo..
Seingat saya SHM sangat dekat dgn Biku Giri dan biku Win..
Biku Win sendiri setahu saya guru dari biku Pannyavaro..
Yang membingungkan saya.. kok di akhir2 kehidupan biku Win.. kok dia malah berada di seberang STI dgn STT (Sangha Theravada Thailand) nya.. (yang masih ada hingga kini)..
Betulkah biku Win dulu dipulangkan ke Thailand (bukan dengan keinginan Beliau).. Dan SHM yang mengajak datang lagi ke Indonesia..

Mungkin romo tahu.. Dharmaduta Thai sekarang masih ada atau tidak..???
Apakah semuanya bergabung di STT..???

Soalnya yang seperti ini.. tidak banyak yang tahu dan mau berbagi dengan kita yang lebih telat lahir ini.. hehehe..

salam..
sutra
#2
Diskusi Umum / Re: Sekilas Buddhayana
05 June 2008, 05:44:41 PM
Maaf kalau salah2 penempatan balasan diskusinya.. Masih mencoba2..
Dan maaf kalau ada yang dibuang.. agar menghemat..

Quote from: hudoyo on 05 June 2008, 04:41:18 PM

Salah satu propaganda pihak Buddhayana adalah bahwa "Sanghyang Adi Buddha" sudah dikenal sejak zaman Majapahit bahkan sejak zaman Borobudur. ... Memang benar, Buddhisme yang berkembang di Indonesia pada waktu itu adalah Vajrayana/Tantrayana ... salah satu ciri Borobudur sebagai mandala, adalah Buddha Vairocana yang di tengah, itu ciri dari Vajrayana/Tantrayana ... Salah satu kitab suci yang "asli" Indonesia dari zaman itu adalah "Sanghyang Kamahayanikan" yang tertulis dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) ... Dalam kitab itu satu kali saya temukan istilah 'Adi Buddha' sebagai sinonim dari 'Vajradhara' (Buddha tertinggi) ...

Apapun istilahnya.. propaganda atau bukan..
Fakta mengatakan bahwa Agama Buddha yang telah mengakar dari jaman dulu oleh nenek moyang bangsa ini adalah tantrayana..

Quote
Sekarang mari kita lihat bagaimana FAKTA dari apa yang dinamakan "penggalian akar budaya" itu ... Apakah di vihara-vihara Buddhayana diajarkan kepada umat isi dari Kitab "Sanghyang Kamahayanikan"? ... Apakah dalam kebaktian-kebaktian Buddhayana dibacakan paritta-paritta dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi)? ...

Ternyata tidak ... Ternyata isi kitab "Sanghyang Kamahayanikan" hampir tidak dikenal oleh umat Buddhayana ... cmiiw ... ternyata yang diajarkan adalah sutta-sutta dari Tipitaka Pali ditambah sutra-sutra atau dharani Mahayana (Sansekerta) ...

Ternyata 99% kebaktian Buddhayana menggunakan paritta-paritta Pali dari Theravada ... ditempeli "Namo Sanghyang Adi Buddhaya" dan "Namo Sabbe Bodhisattvaya Mahasattvaya" ... Ternyata 99% paritta-paritta Buddhayana berasal dari apa yang Anda namakan "Buddha-Thailand", yang sudah disanggah oleh Rekan Bond. ...

Jadi, kesimpulan saya: ternyata apa yang dipropagandakan sebagai "penggalian akar budaya" itu tidak lebih dari pencomotan kata "Adi Buddha" dan ditempelkan pada ritual yang hampir 100% berasal dari Theravada. ... Dan oleh Bhante Ashin itu mau dipaksakan kepada semua umat Buddha Indonesia sehingga menyebabkan para bhikkhu Theravada memisahkan diri dan membentuk STI.

Setuju romo..
Memang ada yang salah dalam perkembangan belakangan ini..
Cita-cita untuk menggali agama Buddha Indonesia.. menjadi terkesampingkan..
Itu juga yang sangat disesalkan.. Umat Buddha di Jawa dan Lampung (trans dr jawa..) sudah banyak yang gak ngerti kebaktian bahasa jawa.. Tapi di beberapa wihara setahu saya masih ada yang pakai.. Jadi bukan punah sama sekali..

Tapi menggali budaya asli.. bukan berarti juga mesti menggunakan bahasa asli jaman dulu kala.. mesti disesuaikan dengan kondisi saat ini.. Idealnya malah berbahasa Indonesia saja..

Quote
Dulu, lebih dari 1500 tahun lalu, sejak zaman Borobudur, di Indonesia berkembang Buddhisme Vajrayana/Tantrayana ... kemudian lenyap sama sekali dari bumi Indonesia ... Kemudian datanglah pendatang dari Cina ... mereka membawa budaya & agamanya, yang merupakan sinkretisme dari Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme ... budaya itu jelas terlihat dari tumbuhnya kelenteng-kelenteng di lingkungan pemukiman Cina di berbagai kota di Indonesia ... dengan maraknya upacara-upacara seperti bakar-bakar kertas, sembahyang Dewa Langit, Dewa Bumi, pesta Capgomeh, Ceng Beng, dsb. ... Kemudian pada abad ke-20, terutama setelah kemerdekaan ... masuklah berbagai sekte/aliran Buddhisme dari luar: Theravada dari Sri Lanka & Thailand, Zen, Vajrayana dari Nepal/Tibet (yang ajarannya dan ritualnya berbeda dengan Vajrayana di zaman Majapahit) ...

Mungkin kita hanya beda istilah saja..
Bagi saya agama Buddha tidak benar2 lenyap.. Masih banyak pengikutnya..
Hanya karena desakan kondisi mereka tidak berani tampil..
Terbukti Biku Ashin yang notabene China kok bisa menarik mereka kembali.. selain tentu saja besar kemungkinan karena biku Ashin sendiri belajar banyak soal kejawen dan theosofi..

Justru itu romo.. Masuknya begitu banyak agama Buddha-import.. yang masing2 menjadi sektarian sendiri.. dan menganggap yang paling benar itulah yang merugikan perkembangan agama Buddha itu sendiri..

Quote
Manakah yang bisa dibilang "asli" Indonesia? ... Dikemanakan "Sanghyang Kamahayanikan"? ... tampaknya cuma dijadikan cantelan buat dicomot istilah "Adi Buddha"-nya, tanpa dipelajari sungguh-sungguh ... Apakah Buddhayana "asli" Indonesia? ... hehe ... saya ragukan itu, kalau melihat prakteknya di vihara-vihara Buddhayana sehari-hari.

Pertanyaan yang lebih mendasar adalah: apakah masih relevan bicara tentang Buddhisme yang "asli" dan "tidak asli"? ... Mana Buddhisme yang "asli"? ...

Saya sama sekali tidak bicara masalah mana yang asli dan palsu..
Bukan itu esensinya.. Kita boleh mengambil ajaran yang baik dari negara Buddhis yang jauh lebih maju ketimbang kita.. tetapi bukan untuk di 'copas' / disadur budayanya..

Buddhayana apakah asli Indonesia.. Untuk istilah mungkin iya.. karena setahu saya.. istilah Buddhayana yang berkembang di luarnegeri munculnya belakangan.. cmiiw.. tapi tentu bukan itu yang sedang kita bahas.. 

Quote
BTW ... untuk pertama kali dalam diskusi ini Rekan Sutra menampilkan istilah "Buddha-Thailand" ... :)  Jelas ini hasil propaganda Buddhayana ... padahal 99% dari ritual "Buddha-Thailand" itu, paritta-paritta Pali, dipakai sendiri oleh Buddhayana ...

Tapi, ngomong-ngomong, saya melihat justru propaganda "Buddha-Thailand" itu memperkuat spekulasi saya, bahwa motivasi utama Bhante Ashin mempromosikan doktrin "Adi Buddha" adalah persaingan pengaruh antara beliau dengan Bhante Win yang berasal dari Thailand ... Propaganda Anda membuka kedok motivasi sebenarnya dari promosi "Sanghyang Adi Buddha" pada abad ke-20 ini di Indonesia. :)

Salam,
hudoyo

Sama sekali bukan romo.. Istilah Buddha-Thailand itu sendiri bukan istilah baru.. yang sengaja saya ciptakan.. Itu sudah menjadi istilah umum.. sama halnya dengan Buddha-Jepang.. Buddha-Tibet.. Buddha-Taiwan.. Buddha-Korea.. Buddha-Srilanka.. Buddha-Burma.. dll.. (dengan ciri khas / keunikannya masing-masing)..
Hanya sayangnya hingga saat ini kita masih belum bisa menyebut Buddha-Indonesia.. karena memang tidak ada yang bisa menjadi acuannya.. bahkan bukan juga yang sedang di kembangkan oleh Buddhayana.. (masih jauh dari Buddha-indonesia)..

Sebagai catatan.. Saya yakin romo juga paham.. bahwa paritta Pali yang berkembang di Indonesia tidak sepenuhnya dari Thailand.. Ada pengaruh Srilanka dan juga Burma.. yang dialek dan intonasi pembacaannya pun berbeda2..
Jadi kurang pas.. kalau romo menyatakan bahwa pali = thailand..
Paritta pali memang dipakai juga oleh kelompok Buddhayana.. tapi bukan berarti sama persis dengan Thailand.. saya juga gak pasti itu gado2 juga atau bukan.. hehehe..

salam..
sutra


catatan perubahan (sumedho): ada diupdate quotingnya, seharusnya berpasangan
[quote] [/quote]
#3
Diskusi Umum / Re: Sekilas Buddhayana
05 June 2008, 04:04:39 PM
Quote from: karuna_murti on 05 June 2008, 03:48:56 PM
QuoteMaaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu..

Maaf, hal ini bukan Sangha Bheda. Semata-mata Bhikkhu yang ada di suatu negara mendirikan vihara sendiri, ditandai dengan penandaan sima. Hal ini lumrah, bahkan di negara-negara Buddhis.

Jika anda bilang ini adalah Sangha Bheda, apakah anda bersedia bertanggung jawab bilang Bhante Ashin, atau 5 Bhikkhu Theravada pada waktu itu melakukan akusala garuka kamma?

Terimakasih bung karuna telah mengingatkan..
Entah istilahnya benar atau tidak.. 'Perpecahan'.. Tentu tidak dimaksudkan sebagai Sanghabeda..

salam..
sutra
#4
Diskusi Umum / Re: Sekilas Buddhayana
05 June 2008, 03:30:55 PM
Itulah yang saya maksudkan bahwa permasalahannya bukan semata2 urusan kata TYME saja..
Soal istilah namanya SAB.. yg menurut bung/romo Hudoyo tantra.. saya malah mengganggapnya sebagai penggalian akar budaya.. karena memang istilah itu sudah dikenal dari jaman dulu.. cmiiw..

Maaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu.. Atau bagaimanapun juga.. yang namanya sejarah, apalagi yang melibatkan pribadi.. selalu nuasanya subyektif.. akan selalu ada keberpihakan.. dan pastinya akan selalu ada perdebatan..
Jadi romo sengaja tidak mau mengungkapkan lebih detail.. (maaf kalau saya salah duga..)

Soal pengakuan pemerintah..
Saya termasuk yang tidak merasa sedikitpun bangga atas pengakuan pemerintah itu..
Bagi saya.. Itu adalah kesalahan pemerintah yang paling besar.. mencampuri urusan pribadi orang beragama..
Dan akibat2 pengakuan2 itu.. sudah banyak tragedi yang timbul.. Kasus terakhir.. Ahmadiyah.. dan Monas..
Kebanggan kita atas pengakuan itu, secara tidak langsung merupakan p*n*staan atas agama dan kepercayaan lain yang tidak / belum diakui..

Tapi kalaupun itu yang mau kita coba kedepankan..
Soal sejak kapan Buddha diakui sebagai agama di negara ini.. mestinya jawabnya sejak nenek moyang bangsa indonesia itu sendiri.. Dan kalau kita mau jujur mengakuinya.. Agama Buddha yang dulu berkembang di bumi Nusantara ini.. maaf.. sama sekali bukan 'buddha-thailand' yang di copas (istilah yg baru saya dpt di milis ini).. menjadi Theravada Indonesia..

salam..
sutra

#5
Diskusi Umum / Re: Sekilas Buddhayana
05 June 2008, 01:45:54 PM
Quote from: willibordus on 05 June 2008, 12:48:44 PM
Salam Bung Sutra, ketemu lagi....

Quote from: sv.chandra71 on 05 June 2008, 12:22:46 PM

hehe.. salam juga.. bung Wilibordus..
Ada rupanya termasuk yang rajin juga.. Aktif dimana-mana.. hehehe..
Maaf kalau saya salah ngambil qoute nya.. belum terbiasa..


Sejauh yg saya tau, STI tidak menggunakan kalimat: Tuhan Yang Maha Esa
Mohon informasinya, vihara STI mana yg mengunakan kalimat tsb?

Kalau kebaktian memang gak keluar.. Tapi kalo di doa2 bersama.. muncul.. Saya gak persis hafal.. tapi kira2 bunyinya.. Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Sang Tiratana, bla...3x..



Harap membaca thread ini dari muka.

Tidak ada yg berkeberatan Bhante Ashin menggunakan istilah itu pada awal berdirinya Agama Buddha di Indonesia, lagipula masa lalu adalah masa lalu, mana bisa diubah.

Yang dipermasalahkan, kenapa sd saat ini Buddhayana masih memakai kalimat tsb: "Semoga Shanghyang Adi Buddha / Tuhan YME melindungi kita semua" atau "Semoga kita semua mendapat berkah dari Shanghyang AdiBuddha / Tuhan YME"

Menurut Sdr. Sutra sendiri, apakah kalimat diatas sesuai dengan ajaran Buddhism?
Apakah yang melindungi kita Tuhan YME ataukah Perbuatan kita sendiri?
Kita tidak mempermasalahkan masa lalu, namun memikirkan kedepannya.

Jika tau sesuatu itu salah dan dengan sengaja mengajarkannya kepada yang lain, apa akibatnya?

::

Saya cuma mau tanya saksi sejarah saja.. apa betul kondisi waktu itu seperti itu..???
Atau ada hal2 lain yang belum kita ketahui.. tapi romo Hudoyo alami sendiri..

Soal kata2 berkah.. kita sependapat.. yang b lebih pas.. walau tidak pas sepenuhnya..
Tapi saya gak menangkap esensinya.. apakah pada tahun 1970an itu yang diributkan soal kata2.. TYME melindungi kita itu.. Karena saya berasumsi pada saat itu.. pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik masih belum terlalu kuat.. sehingga belum benar2 mengacu pada arti harafiah, melainkan sekedar mana yang enak dan biasa disebut saja.. dalam hal ini mungkin mengacu pada tetangga.. (ka****k yg sering jadi pembanding).. cmiiw

Kalau pandangan saya soal perlindungan. Yang melundungi diri kita tidak hanya diri kita saja..
tapi juga Sangha (komunitas).. Karena kita tidak akan bisa hidup sendirian saja..
Kalo mengacu pada S.Covey.. Ada tingkatan Dependent - Independent - Interdependent..
Merasa diri sendiri mampu melindungi dirinya baru pada tahap Independet.. (menurut saya.. bukan menurut covey.. hehehe..)
Tapi kalau sudah lebih maju lagi.. maka setiap kita mestinya sadar.. komunitas itulah yang melindungi kita..
Interpendent (atau menurut biksu TNH - Interbeing)

salam..
sutra
#6
Diskusi Umum / Re: Sekilas Buddhayana
05 June 2008, 12:22:46 PM
Bung / Romo Hudoyo..
Saya rasa permasalahannya tidak sesimple yang romo utarakan.. hanya karena mempertahankan / bersikukuh menolak doktrin Sanghyang Adi Buddha.. Tapi persisnya apa saya juga gak jelas.. Itu bagian dari sejarah yang saya anak muda tidak tahu persis.. karena versinya banyak sekali..

Tapi kalau memang benar seperti yang romo katakan.. STI bersikukuh tidak mau mengakui adanya Tuhan / doktrin Adi Buddha.. kenapa sampai saat ini istilah Tuhan Yang Maha Esa masih sering keluar.. Malah terkadang lebih lucu lagi.. disambung dengan 'Sang Tiratana'..

Saya mau tanya ke romo.. selaku pelaku sejarah.. Doktrin Adi Buddha yang (katakanlah) dicetuskan oleh Biku Ashin Jinarakkhita itu memberikan banyak manfaat gak pada waktu itu..???
Adakah pengaruh singnifikan dari munculnya doktrin itu dengan perkembangan agama Buddha saat itu dan sampai saat ini..

Karena saya melihat lebih sebagi upaya yang terampil dari seorang Biku yang cerdas, untuk mecegah punahnya agama Buddha pada waktu itu.. oleh orang2 yang sangat membenci Atheis yang nyerempet ke Buddhism..

Tolong informasinya..

salam..
sutra