News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu
Menu

Show posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.

Show posts Menu

Messages - lelaki

#1
Quote
Bro Lelaki yang baik,
Bhante thitaketuko dan Bhante Uttamo tak ada hubungannya dengan masalah ini, anda di sekte Buddhayana, tentu saja saya mengerti akan sikap anda, sayang saya tidak tahu siapa anda karena memakai nick samaran menuduh ini dan itu dan berasumsi berbagai macam.
Tentu saja anda mengatakan belum tentu benar, karena saya rasa anda tidak mengenal secara langsung orang-orang yang terlibat, sumber anda hanya dari blog bro Harpin dan web Dhammacakka (tolong di koreksi bila salah).

Dear Bro Fabian anak angkat B. Thitaketuko yang sangat baik,
Bukankah kamu yang pertama kali menceritakan orang2 yang tak ada kaitan dengan cerita ini? Oke, kesimpulannya jangan membawa-bawa orang yang tak ada kaitan dengan cerita ini, seperti saya tidak akan membawa cerita kalau saya tahu sodara kamu ada yang jadi pastur, jadi ini bukan misi Anda memecah belah agama Buddha.
Lha yang suka bikin sas sus bukannya kamu, siapa yang dari sekte Budhayana? Benar-benar ngawur banget ini orang! Kamu mau pakai nama samaran juga gpp kok. Lha, bukankah kamu yang berasumsi macam2. Gak udah sok kenal deh, apa yang kamu ceritakan tak ada yang benar, ngaco dan copy paste dari Thio Kenghin.

Quote
Maaf saya secara pribadi tidak kenal dengan pak Thio Keng Hin (atau mungkin saya mengenal tapi tak tahu yang mana, karena fotonya di facebook tidak jelas)

HAHAHAH, dari kalimatnya saja keliatan munafik banget. Dari ceritanya sama2 mengatakan saksi hidup, berkeliling mencari tanah untuk vihara, ceritanya copy paste banget, tapi kok malah saling tidak kenal? Yah kalo nggak bohong paling individualisnya terlalu tinggi kale, hahaha.

Quote
Dan ini menjelaskan sikap anda yang memang suka menuduh orang secara serampangan, apakah menurut anda saya pernah menyangkal bahwa pak Anton sebagai donatur tanah Vihara Dhammacakka?

Yah, benar anda tak akan pernah bisa menyangkal lagi setelah saya quote cerita versi Dhammacakka bahwa Pak Anton adalah donatur tanah vihara. Padahal sebelumnya? hahahaha.

Quote
Saya hanya menyangkal postingan anda yang mengatakan pak Anton seolah-olah sudah mengenal Dhamma dengan mengatakan bahwa dia tidak tahu Sangha pecah. Itulah sebabnya saya nyatakan bahwa sebelum mengenal Bhante Sombat beliau tak mengenal Dhamma.

Seolah-olah? Yang suka ngarang itu siapa yah? xixixi. Maling teriak maling. Iya, hanya Bhante Sombat yang paling mengerti dharma. Orang Indonesia bodoh semua. Terakhir saya ketemu Bhante Sombat di Singapura bersama muridnya yang dulu Theravadian banget, tapi anehnya kini berjubah Mahayana dan jadi tukang sembayang, hahaha.

Quote
Sekali lagi anda menuduh berdasarkan praduga-praduga tak mendasar.  Saya baru tahu perkembangan thread ini jadi OOT setelah secara kebetulan membaca dan langsung saya jawab, secara kebetulan saya membaca postingan anda. Padahal ini thread mengenai pak Mochtar Rasyid, jadi saya tidak terlalu perhatikan.
Saya tak mau membantah pernyataan anda bahwa saya tak tahu apa-apa, karena memang saya tak mengenal anda dan dari keterangan anda kelihatannya anda suka sekali mendengar sas-sus....

Kalau udah sadar gak tau apa-apa gak usah banyak koment bung! Ceritanya copy paste ama Thio Kenghin, anehnya terus ngaku tidak saling kenal????? Bruuuu!!!! Kok ada orang model begini yah? Hahaha.

Quote

Jendral IS saya hanya berikan sedikit clue untuk anda, jendral ini teman dekat Presiden waktu itu, ia pernah mengepalai BUMN yang sangat kaya, pada jaman ia mengepalai BUMN tersebut ia dianggap salah satu pejabat paling kaya.

Sengaja saya tidak mengungkapkan namanya secara lengkap karena saya anggap kurang etis.
Tentu saja nama pejabat yang kaya harus disamarkan karena nanti orang bertanya darimana kekayaannya kan...?

Jadi kesimpulannya, Jenderal IS itu kalau bukan toko khayalan paling koruptor kelas kakap, hahaha. Orang begini dibanggain? Malu gue ngaku pengikut Buddha, untuk membedakan baik buruk, apa yang pantas dibanggain atau tidak pun belum mampu. Ama koruptor bangga? Cucian banget deh lo.

Quote
Lho...? Bukankah anda sendiri yang memberi link ke blognya dia? Saya tidak mengenal Harpin atau kalaupun mungkin saya pernah mengenal, tapi saya tak tahu yang mana, tadinya saya menduga anda teman baik dia, sama-sama di Buddhayana...? (maaf berarti saya salah).

:o :o :o Tobat-tobat, Anda tahu ini linknya Rasyid tapi tidak tahu siapa yang pertama memberi link ke blognya Harpin. Makanya kalau mau komen baca dulu bung, biar kelihatan pinteran dikit, malu dong ribuan mata yang membaca tulisan Anda. kalau kenal bilang kenal aja, gak usah pakai kalimat bersayap deh.

Quote
Ya sudah... saya tak ada maksud apa-apa kok... hanya memberikan sedikit yang saya ketahui untuk membantu meluruskan sejarah...bukankah kita sama-sama mengharapkan yang benar terungkap? Kebetulan saya tahu ceriteranya dari awal sebelum berdirinya, karena ketika remaja saya sangat senang ketemu Bhikkhu, terlebih lagi bila Bhikkhu tersebut Vinayanya baik. Itulah yang menyebabkan saya mengenal dekat Bhante Sombat dan Bhante-Bhante yang lain di Vihara Buddha Metta waktu itu.

Ok d. Gue setuju dengan Anda. Maksud awal gue juga ngasih informasi dari web Dhammacakka, bahwa emang benar Anton Haliman adalah donatur tanah Vihara Dhammacakka Jaya. Quote penutup Anda sangat menyentuh hati saya. Seharusnya kita tidak saling melukai. Debat ini hanyalah basa-basi dari ego kita, tidak ada yang lebih benar dari yang lain. Biarlah pembaca memilih kebenaran menurut kecedasan dan kebijaksanaan mereka sendiri. Mohon maaf kalau ada kata yang melukai, kalau tidak keberatan saya lebih memilih untuk tidak berdebat lagi. Maafkan saya, bye.
#2
[admin]fix the quote nest[/admin]
QuoteBro Lelaki yang baik,

Mungkin karena anda memiliki suatu "kemelekatan kuat" terhadap yang anda dengar dari satu sisi, oleh karena itu sikap anda terhadap hal ini bisa dimengerti, tolong coba tanyakan kepada bro Harpin yang anda jadikan sebagai acuan, darimanakah sumbernya?

Apakah ia mengenal tokoh sejarah yang terlibat?

Saya mengetahui sebagian sejarah Vihara Dhammacakkajaya sejak belum lahir, ketika STI masih bermarkas di Vihara Buddha Metta, saya mengenal secara pribadi bhante Sombat, saya mengenal secara pribadi pak Mochtar Rasyid, saya mengenal secara pribadi tante Chandra yang disebut tante Mamy yang di Kepu, saya mengenal pak Cucu Ali Hartono ketika saya masih aktif datang ke Vihara Dharma Kirti tahun 70-an, di Palembang jaman Bhiksuni Gunaloka (pak Cucu kemudian menjadi ketua MBI, saya rasa waktu itu namanya masih MUABI, ia diberikan tugas membangun tanah yang sekarang jadi sekolah Dharma Budi Bakti oleh Ashin Jinarakkkhita, ibu Suktadharmi adalah adik ipar nenek saya, kalau tidak salah juga menjadi anggota yayasan di DBB). Dan saya juga mengenal langsung pak Anton Haliman.

Bhante Sombat secara pribadi memberitahu saya dan beberapa teman-teman yang ketika itu sering ke Buddha Metta mengenai maksud beliau untuk membangun  Vihara dan mencari tanah. Yang masih saya ingat beliau mengatakan langsung kepada saya ketika itu bahwa uang yang tersedia hanya berjumlah kira-kira Rp 33 juta rupiah.
Beliau juga mengajak saya berkunjung ke Sunter, di lokasi yang sekarang berdiri Vihara Dhammacakka waktu masih padang ilalang, ketika itu Sunter masih dianggap "tempat Jin buang anak" kami berteduh dibawah pohon sengon yang sampai sekarang masih tegak berdiri.

Pak Anton Haliman sendiri merasa puas setelah mendanakan tanahnya untuk Vihara, tanahnya yang tadinya tidak laku mendadak menjadi ramai luar biasa, banyak yang membeli, oleh karena itu beliau menyumbangkan lagi pagar untuk Vihara, yang masih berdiri sampai sekarang.

Dan saya tegaskan sekali lagi pak Anton Haliman baru mengenal Dhamma sejak pembangunan Vihara Dhammacakka. Sebelumnya ia non-agama/Buddhis KTP.

Nah sekarang coba jelaskan sumber anda, adakah sumber lain, selain dari blog bro Harpin? Dan coba tolong tanyakan sumber bro Harpin.

_/\_

Dear Bro Fabian yang anak angkat B.Thitaketuko yang sangat baik,
Sori baru selancar di room ini lagi.

Tidak ada diantara kita yang tidak melekat pada yang kita dengar dan baca di sini. Bagaimanapun pengalaman Anda, termasuk mengenal V. Dhammacakka sebelum lahir itu urusan Anda yang belum tentu benar. Itu tidak menambah nilai lebih seperti saya mengenal keluarga B.Thitaketuko di Bengkulu atau saya mengenal B.Uttamo sebelum beliau jadi bikkhu.

Saya hanya menkritisi postingan geng anda atas nama Thio Kenghin yang mengaku saksi hidup yang mengatakan Bapak Anton Haliman bukan donatur tanah di Dhammacakka, yang syukurlah setelah aku posting informasi dari web Dhammacakka tidak ada lagi yang menyangkal Bapak Anton Haliman adalah donatur vihara Dhammacakka Jaya.

Kalau Anda benar2 saksi hidup yang mengetahui, kenapa tidak dari 5 bulan lalu Anda membenarkan Anton Haliman adalah donatur tanah Vihara Dhammacakka? Kenapa harus menunggu postingan aku dulu? Berpijak dari sikap Anda saya meragukan kebenaran dan kenetralan informasi dari Anda sebagai saksi hidup, atau mungkin anda saksi yang tidak tahu apa2 behind the scene?

Lagian Jenderal IS itu siapa sih? Kok kayak pencuri atau pelaku kriminal saja harus pakai inisial segala? Hahaha, memalukan.

Soal informasi dari Harpin lo tanya aja sendiri ke dia, bukannya kamu temen deket dia? Atau tanya aja sama yang posting tulisan dia di room ini, berani gak?

Udah deh, gue mau cabut dulu yah, mau shoping2 dulu. Nanti kalo ada waktu, atau kalo gak ngantuk gue layanin lagi postingan lo. Tapi gue orangnya agak males, xixixixi, moga2 aja lo punya karma baik matang jadi mendapat kesempatan ditanggapin gue. ;D Tapi biar gak ditanggapin gue, gue bebasin  kok lo cuap2 sendiri di room ini, gue cukup jadi penonton aja.

Bye.



#3
Quote from: fabian c on 22 July 2010, 05:09:05 PM
Quote from: lelaki on 22 July 2010, 07:51:25 AM
Quote from: Sumedho on 22 July 2010, 07:02:47 AM
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)
Bro lelaki yang baik,

Setahu saya pada waktu memberikan tanah itu bapak Anton Haliman bukan hanya tak tahu Sangha mengkotakkan diri, ia bahkan tak tahu apa itu Sangha karena ia sekuler non-agama. Boleh tahu darimana sumber bro lelaki...? Apakah yang memberitahu anda mengenal langsung mereka..?



Offline williamhalim

    * Sebelumnya: willibordus
    * KalyanaMitta
    * *****
    * Thank You
    * -Given: 75
    * -Receive: 63
    *
    * Posts: 1.995
    * Reputasi: 100
    * Gender: Male
    * Ain't Talkin' 'Bout Love
    *
          o Yahoo Instant Messenger - willibordus [at] gmail.com

Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« on: 15 January 2010, 11:47:46 AM »

    * Quote
    * Thank You

Saya lagi mengumpulkan data tentang Drs. Mochtar Rasyid, alm. dulu dikenal dengan nama Bhante Subbhato. Salah satu link yg sy temukan ketika mencari informasi mengenai Beliau adalah link ini: http://harpin.wordpress.com/pic-history/ . Link ini berisi artikel yg cukup informatif mengenai sejarah Sangha dan Organisasi Buddhist di Indonesia.

Sejarah yg baik adalah yg mencatat apa adanya, hitam atau putih telah berlalu. Mengetahui sejarah dan dapat belajar darinya adalah suatu kebijaksanaan.



QuoteYang saya tahu, ibunda pak Anton adalah umat Buddha tradisi yang suka ke Vihara Sakyavanaram. Karena belakangan Ashin Jinarakkhita Mahathera tahu bahwa ibunda pak Anton adalah umat yang sering ke Vihara Sakyavanaram, kemudian ia juga meminta sebidang tanah melalui ibunda pak Anton.

:o  :o :o =)) =)) =))

|-) |-) |-)

Thank you all.
Jangan berbuat jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran, itulah ajaran semua Buddha. :lotus: :lotus: :lotus:
Bye... < :-* <:-P ^:)^ ^:)^ ^:)^
#4
Quote from: Sumedho on 22 July 2010, 07:02:47 AM
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)

Di luar cerita di atas, sedikit informasi untuk Anda, tanah berdirinya Vihara Dhammacakkajaya Sunter pun memiliki  'kembarannya' dan kisah tersendiri.

Konon Alm Bapak Anton Haliman (Pendiri Agung Podomoro Group) sewaktu mendonorkan tanah pada Sangha,  tak memahami Sangha sudah mengkotakkan diri.

Seperti kebanyakan donatur lain,  mereka masih berpikir semua biku adalah muridnya Ashin Jinarakkhita Mahathera dari Sangha Agung Indonesia.  Mereka tak mengetahui ada biku-biku 'lulusan' Wat Bovoranives  yang sudah memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia.

Jadi, tanah didanakan pada biku-biku 'lulusan' Wat Bovoranives tersebut, yang sekarang menjadi tempat berdirinya Vihara Dhammacakkajaya, Sunter.

Nah, belakangan setelah tanah itu terlanjur didanakan, barulah disadari biku-biku 'lulusan' Wat Bovoranives tersebut sudah memisahkan diri dari Ashin Jinarakkhita Mahathera di Sangha Agung Indonesia.

Karena perasaan tak enak hatinya pada Ashin Jinarakkhita Mahathera, Ibunda pendonor meminta anaknya kembali mendonorkan sebidang tanah yang sama pada Sangha, dalam hal ini pada Ashin Jinarakkhita Mahathera di Sangha Agung Indonesia.

Maka, donatur yang mendirikan perumahan elit di Sunter ini pun kembali mendonorkan sepetak tanah pada Sangha, kali ini pada Sangha Agung Indonesia. Lokasi tanah ini tak jauh dari Vihara Dhammacakkajaya, yakni di : JL. Agung Tengah 7 No.1 Blok B i/6 Sunter Agung Podomoro, dimana saat ini berdiri Sekolah Dharma Budi Bhakti.
#5
Quote from: Virya on 22 July 2010, 12:09:14 AM
[at] lelaki

Disini tak ada niat sedikit-pun berbohong ato menutupi kebohongan
mungkin saja ..... ada kesalahan persepsi ato hal yg "terlupakan" ... yg memberi kesan seperti menutup-nutup .....

kalo bro lelaki mengetahui seluk-beluk sejarahnya
Silakan share  _/\_ ......

Yah, atur aja d pake bahasa lo bro. Kesalahan pepsi cola,hehe. "terlupakan", kesan seperti menutup-nutup, what ever.

Emang yang di atas blom jelas yah Bro? Oh my god.... Ampunilah pengikutmu yang cakep ini yah Buddha. ;D

^:)^ ^:)^ ^:)^
#6
Quote from: fabian c on 21 July 2010, 09:08:19 AM
Quote from: Peacemind on 21 July 2010, 01:26:48 AM
Quote from: lelaki on 20 July 2010, 03:00:23 AM
Quote from: Riky_dave on 09 March 2010, 08:56:54 PM
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :

message seperti berikut :

dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid

saya balas :

Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_

di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.

Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.

Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.

Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.

buat TS ada comment?

Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116

Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2  saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.



Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.


Coba tanyakan lagi.. Yang bener mana nih?

Samanera yang saya hormati,
Dari yang saya ketahui pernyataan kedua-duanya benar, alamarhum Anton Haliman dan amarhum I*** S***** adalah rekan bisnis.Seperti yang umum terjadi di jaman Suharto, seringkali pejabat menyerahkan uangnya dan/atau fasilitas yang dimilikinya kepada orang lain untuk diolah.
Atau mengajak kerja-sama orang lain untuk berbisnis, jadi ia hanya memiliki saham pasif.

Kalau tidak salah para purnawirawan ABRI orde baru umumnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk dikembangkan, pembagian tanah-tanah terlantar, hutan atau tanah-tanah bekas milik Belanda, atau  tanah-tanah sitaan dari penguasa lama dsbnya.

Dalam hal ini Bhante Sombat bertemu keduanya, yaitu alm. I**** S***** dan alm. Anton Haliman.

Demikian yang saya ketahui.

  ^:)^

Satu tambah satu sama dengan Dua, TIADA KEBENARAN YANG MENDUA. Please d... jangan menutupi kebohongan dengan kebohongan lagi. Capek d....
#7
Quote from: Riky_dave on 09 March 2010, 08:56:54 PM
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :

message seperti berikut :

dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid

saya balas :

Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_

di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.

Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.

Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.

Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.

buat TS ada comment?

Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116

Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2  saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.



Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.