DALAM SEMANGAT CH'AN
(bagian II)
diterjemahkan dari:
IN THE SPIRIT of CH'AN
An Introduction to Ch'an Buddhism
by
Master Sheng-yen
Praktik tidak-mencari adalah sebuah praktik tingkat tinggi, karena praktik ini adalah praktik mengenai bukan-diri. Sementara adalah hal yang biasa bagi orang-orang yang mulai belajar dan berlatih Buddhisme untuk kepentingannya sendiri, akhirnya, lewat berlatih, sifat mementingkan diri mereka menjauh. Mereka menemukan diri mereka sendiri sibuk karena orang lain memerlukan bantuan mereka, dan mereka menyediakan apa yang diperlukan. Orang semacam ini tidak lagi berpikir pun tentang pencapaian pencerahan.
Ketika anda telah berhenti mencemaskan tentang pencapaian anda sendiri, saat itu anda telah tercerahkan. Kalau tidak akan selalu terdapat pikiran-pikiran mengembara dan kemelekatan yang tak kentara terhadap keinginan untuk mengerjakan sesuatu bagi diri anda sendiri. Jika anda berkeinginan membebaskan diri anda dari segala kejengkelan dan penderitaan duniawi, dan jika anda menginginkan pembebasan, anda masih melekat pada diri anda. Hanya apabila anda tidak memiliki kecemasan terhadap pencerahan anda sendiri, maka anda dapat benar-benar menjadi tercerahkan. Praktik tidak-mencari adalah praktik dari keadaan tercerahkan ini.
Praktik Bodhidharma yang keempat, "menyatu dengan Dharma," adalah ajaran dasar Buddhisme bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal dan tidak memiliki sebuah diri yang terkandung. Di dalam praktik menyatu dengan Dharma, kita berusaha untuk mengalami sendiri hal yang berubah-ubah dan sifat tidak mementingkan diri sendiri ini lewat perenungan langsung mengenai kekosongan. Inilah praktik yang paling tinggi dari Ch'an, dan praktik ini menghasilkan pencapaian tertinggi. Praktik ini adalah praktik yang mengijinkan kita untuk menjangkau titik dari "jalan masuk melalui prinsip" yang telah kita bicarakan sebelumnya.
Tetapi dari mana seorang praktisi memulai? Sekte-sekte Buddhis yang berbeda banyak menggunakan metode-metode berlatih yang dapat digunakan oleh para pemula, seperti membaca kitab suci, membuat janji, melakukan tiarap, perenungan terhadap Buddha, dan menghitung napas. Semua metode ini membantu kita untuk pergi dari pikiran yang terpencar-pencar, yang kacau, emosional, dan tidak kokoh, menuju suatu keadaan mental yang tenang dan dalam keselarasan dengan keadaan sekeliling kita. Hal paling utama yang harus kita lakukan adalah merilekskan tubuh dan pikiran. Jika kita dapat rileks, kita akan menjadi lebih sehat dan lebih stabil, dan akan berhubungan dengan orang lain dengan lebih harmonis.
Ada seorang perumah tangga Buddhis yang sangat gugup yang datang ke Pusat Ch'an. Sifat gugupnya membuat orang lain merasa gugup. Bila ia berbicara kepada anda, tubuhnya tegang, seakan-akan ia akan segera menyerang anda atau mempertahankan dirinya. Orang-orang bereaksi terhadap tingkah laku semacam ini, tingkah laku ini mengganggu mereka. Ketika saya menyuruhnya untuk merilekskan tubuhnya, ia menanggapi dengan suatu ketegangan, suara yang dipaksakan. "Saya sudah rileks!" Ia terus-menerus merasa takut dan tidak aman, dan dikarenakan persoalan-persoalan yang menyebabkan perasaan-perasaan ini, ia datang mencari pertolongan ke Pusat Ch'an. Ia ingin belajar meditasi, jadi sayang mengajarkan untuk secara perlahan-lahan merilekskan tubuhnya dan kemudian pikirannya. Jika kita tidak dapat rileks, tak ada cara kita dapat bermeditasi; dan jika kita tak dapat bermeditasi, praktik dari tidak mencari sepenuhnya menjadi tidak mungkin. Laki-laki ini tidak sabar dan berpikir bahwa jika ia dapat tercerahkan semua persoalannya akan hilang. Ia mengatakan kepada saya, "Master, saya tidak menginginkan apapun, saya hanya menginginkan metode untuk dapat menjadi tercerahkan dengan cepat. Berikan saya metode itu secepat mungkin." Saya menjawab, "Metode semacam itu belum diciptakan. Jika saya dapat menciptakan sebuah metode yang terjamin, metode pencerahan yang cepat, barangkali saya dapat menjualnya untuk menghasilkan banyak uang."
Sekarang saya telah menemukan metode berikut, dan saya menawarkannya secara cuma-cuma kepada siapa saja yang ingin mempelajarinya. Metode itu untuk merilekskan tubuh dan pikiran anda. Metode itu mudah dan sederhana. Jangan menanyakan apakah metode itu dapat membimbing anda ke pencerahan. Pertama-tama anda harus mampu untuk menjadi rileks, dan selanjutnya kita dapat berbicara tentang pencerahan. Tutup mata anda, bersandar di kursi anda, dan kendurkan otot-otot anda. Dengan sepenuhnya rilekskan mata anda. Adalah sangat penting bahwa kelopak mata anda menjadi rileks dan tidak bergerak. Harus tidak terdapat ketegangan apapun di sekitar bola mata anda. Jangan mengerahkan tenaga sama sekali atau ketegangan di manapun juga. Kendurkan otot-otot muka, bahu, dan lengan anda. Kendurkan perut anda dan letakkan tangan anda di pangkuan. Jika anda merasakan beban dari tubuh anda, beban itu akan berada di bagian belakang anda. Jangan berpikir apa pun. Jika buah pikir muncul, kenali buah pikir itu dan memberi perhatian pada tarikan dan hembusan napas anda lewat lubang hidung anda. Abaikan apa yang sedang dilakukan orang lain. Berkonsentrasi pada latihan anda, lupakan tentang tubuh anda, dan rileks. Jangan mempunyai keragu-raguan tentang apakah yang sedang anda lakukan adalah berguna.
Prinsip dari metode ini adalah untuk menjadi rileks – untuk menjadi alami dan jernih. Jaga setiap sesi singkat, tapi sering kali berlatih; setiap sesi seharusnya tidak lebih lama dari tiga hingga sepuluh menit. Jika anda melakukannya lebih lama, anda mungkin akan merasa gelisah atau tertidur. Anda dapat menggunakan metode ini beberapa kali sehari; metode ini akan menyegarkan tubuh dan pikiran anda, dan menghilangkan sejumlah kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari anda. Secara perlahan-lahan anda akan mendapatkan kestabilan tubuh dan pikiran yang menjadikannya memungkinkan untuk – akhirnya, memasuki gerbang Ch'an.
Ch'an seringkali dihubungkan dengan "gerbang tanpa pintu gerbang." "Gerbang" itu adalah metode berlatih dan sekaligus sebuah jalan ke pembebasan; gerbang ini "tanpa pintu gerbang," karena Ch'an tidak bergantung pada metode spesifik apa pun dalam membantu seseorang mencapai pembebasan. Metode tanpa-metode adalah metode tertinggi. Sejauh praktisi dapat menghentikan pikiran egosentris, pintu gerbang ke dalam Ch'an akan terbuka dengan sendirinya.
Rintangan utama dalam mencapai kebijaksanaan adalah kemelekatan pada diri. Ketika anda berhadapan dengan orang, benda, dan situasi, gagasan mengenai "saya" dengan segera muncul di dalam diri anda. Ketika anda melekat pada ini "saya," anda menggolongkan dan menilai segala sesuatu yang lain berdasarkan: "Ini milikku, itu bukan. Ini baik untukku, itu tidak. Saya menyukai ini, saya membenci itu." Kemelekatan pada gagasan mengenai diri menyebabkan kemurnian sejati tidak mungkin.
Tetapi bagaimana kita dapat mendefinisikan ketidak-melekatan? Menurut Ch'an, ketidak-melekatan artinya bahwa ketika anda berhadapan dengan keadaan sekitar dan berhubungan dengan orang lain, tidak terdapat "saya" sehubungan dengan apapun yang mungkin muncul di hadapan anda. Keadaan sebagaimana apa adanya, terang dan jernih. Anda dapat menanggapi dengan cepat dan memberikan apa saja yang diperlukan. Menyadari dengan jernih akan sesuatu sebagaimana apa adanya, dalam keadaan sifat tidak mementingkan diri sendiri ini, adalah apa yang dinamakan Ch'an kebijaksanaan. Memberikan apa saja yang mungkin diperlukan orang lain dengan tidak berpikir mengenai diri adalah apa yang dinamakan Ch'an belas kasih. Kebijaksanaan dan belas kasih menggambarkan kesadaran dan fungsi dari pikiran yang tercerahkan. Menurut Ch'an, kedua hal ini tidak dapat dipisahkan, dan kedua-duanya bergantung pada padamnya kemelekatan pada diri.
Ketika sekolah Ch'an berkembang secara perlahan-lahan, dua bentuk praktik dikembangkan, yang secara kasar dapat disamakan dengan Dua Jalan Masuk Bodhidharma, yang satu melalui prinsip, dan yang lainnya melalui praktik. Metode Penerangan yang Tak Diucapkan (silent illumination) adalah bidang khusus dari tradisi Caodong, sementara tradisi Linji mendukung metode gong-an dan huatou. Pendekatan kedua-duanya dapat menghasilkan pencerahan, realisasi bukan-diri.
Istilah Penerangan yang Tak Diucapkan, atau Mozhao, berhubungan dengan Master Hongzhi Zhengjue (1091-1157) dari dinasti Sung, meskipun praktik itu sendiri dapat ditemukan asal-usulnya setidak-tidaknya sampai Bodhidharma dan konsepnya mengenai Jalan Masuk Melalui Prinsip. Lima generasi kemudian, Master Agung Yongjia menulis tentang "Kejernihan dan Keadaan Tak Bergerak" dalam Nyanyian Pencerahan-nya. Keadaan tak bergerak berhubungan dengan praktik mendiamkan pikiran, dan kejernihan berhubungan dengan perenungan, menerangi pikiran dengan cahaya kesadaran.
Master Hongzhi sendiri menjelaskan "duduk diam" tersebut sebagai berikut: "Tubuh anda duduk dengan diam, pikiran anda tidak bergerak, tidak berubah. Inilah usaha sejati di dalam berlatih. Tubuh dan pikiran dalam keadaan benar-benar beristirahat. Mulut juga diam agar lumut tumbuh di sekitarnya. Rumput bertunas dari lidah. Lakukan hal ini tanpa henti, bersihkan pikiran hingga ia mencapai kejernihan dari sebuah kolam di musim gugur, terang bagaikan rembulan yang menerangi langit senja."
Pada bagian lain, Master Hongzhi berkata, "Di dalam duduk diam, alam apapun yang mungkin muncul, pikiran akan sangat jernih hingga semua bagian yang paling kecil, namun demikian segala sesuatu akan berada pada tempatnya semula, di dalam tempatnya sendiri. Pikiran bertahan pada satu gagasan selama sepuluh ribu tahun, namun tidak berdiam pada bentuk apa pun, di dalam atau di luar.
Dalam memahami Penerangan yang Tak Diucapkan Ch'an, adalah penting untuk memahami bahwa sewaktu dalam keadaan tidak terdapat buah pikir, pikiran akan sangat tenang dan jernih, sangat sadar. Keheningan dan penerangan kedua-duanya pasti terdapat. Menurut Master Hongzhi, ketika tidak terdapat apapun yang berlangsung di dalam pikiran seseorang, seseorang akan menyadari bahwa tidak terdapat apapun yang terjadi. Jika seseorang tidak menyadari, ini adalah hanya penyakit Ch'an, bukan keadaan Ch'an. Jadi dalam keadaan ini, pikiran akan tembus pandang. Dalam batas tertentu, adalah tidak sepenuhnya tepat mengatakan bahwa tidak terdapat apapun yang hadir, karena pikiran yang tembus pandang berada di sana. Sebaliknya adalah tepat dalam pengertian bahwa tidak terdapat apapun yang dapat menjadi sebuah kemelekatan atau rintangan. Dalam keadaan ini, pikiran menjadi tanpa bentuk atau ciri-ciri. Kekuatan menjadi hadir, namun fungsinya adalah untuk mengisi pikiran dengan penerangan, seperti matahari yang bersinar di mana-mana. Oleh karena itu, Penerangan yang Tak Diucapkan adalah praktik di mana tidak terdapat apapun yang bergerak, selain pikiran cemerlang dan menerangi.
Gong-an adalah sebuah cerita mengenai suatu kejadian antara seorang guru dan salah seorang murid atau lebih, yang melibatkan suatu pemahaman atau pengalaman dari pikiran yang tercerahkan. Kejadian itu biasanya, tapi tidak selalu, memerlukan dialog. Ketika kejadian itu diingat dan dicatat, kejadian itu menjadi sebuah "kasus yang terbuka untuk umum," yang mana adalah makna harfiah dari istilah. Seringkali apa yang membuat kejadian itu pantas untuk dicatat adalah, sebagai hasil dari pertukaran itu, si murid mendapatkan suatu kebangkitan, sebuah pengalaman pencerahan.
Master Zhaozhou ditanya oleh seorang biarawan, "Apakah seekor anjing memiliki sifat-Buddha?" Master Zhaozhou menjawab, "Wu," artinya tidak satupun. Ini adalah gong-an dasar, barangkali yang paling terkenal yang tercatat. Di sini terdapat satu lagi gong-an, yang juga melibatkan Master Zhaozhou. Master Zhaozhou mempunyai seorang murid yang bertemu dengan seorang wanita tua dan bertanya kepada wanita tua itu, "Bagaimana saya dapat ke Gunung Tai?" Wanita tua itu berkata, "Hanya meneruskan!" Ketika biarawan itu memulai perjalanan, ia mendengar wanita tua itu berkata, "Ia benar-benar pergi!" Setelah itu, si murid mengatakan hal ini kepada Master Zhaozhou, yang berkata, "Saya kira saya akan pergi ke sana dan melihatnya dengan mata kepala saya sendiri." Ketika ia bertemu dengan wanita tua itu, Master Zhaozhou menanyakan pertanyaan yang sama dan wanita tua itu memberikan jawaban yang sama: "Hanya meneruskan!" Ketika Master Zhaozhou meneruskan perjalanan ia mendengar wanita tua itu berkata seperti yang telah ia katakan di waktu yang lalu, "Ia benar-benar pergi!" Saat Master Zhao kembali, ia mengatakan kepada pertemuan, "Saya telah melihat lewat wanita tua itu!" Apa yang ditemukan Master Zhaozhou pada wanita tua itu? Apa makna dari gong-an yang panjang lebar dan tak jelas ini?
Sekitar masa dinasti Song (960-1276), para master Ch'an mulai memanfaatkan catatan gong-an sebagai sebuah subjek meditasi bagi para pengikutnya. Praktisi diharuskan untuk menyelidiki makna historis gong-an. Untuk menembus makna dari gong-an, si murid harus meninggalkan pengetahuan, pengalaman, dan penalaran, karena jawaban itu tak dapat diperoleh dengan metode-metode ini. Si murid harus menemukan jawaban itu lewat can (diucapkan: tsan) gong-an, atau "penyelidikan gong-an." Ini memerlukan penyapuan dari kesadaran segala sesuatu kecuali gong-an, sehingga akhirnya menghasilkan "perasaan ragu," yang mana adalah suatu rasa heran yang kuat dan suatu keinginan yang amat sangat untuk mengetahui makna dari gong-an.
Berhubungan erat, namun tidak serupa dengan, gong-an adalah huatou. Huatou – secara harfiah, "kepala dari sebuah kata yang diucapkan" – adalah pertanyaan yang ditanyakan seorang praktisi kepada dirinya sendiri. "Apakah Wu" dan "Siapakah saya?" adalah pertanyaan yang umumnya digunakan huatou. Dalam berlatih huatou seseorang mengabdikan perhatian sepenuhnya untuk mengulangi pertanyaan tersebut secara terus-menerus.
Master Ch'an Dahui Zonggao (1089-1163), salah seorang pendukung paling terkemuka praktik huatou, mempertahankan bahwa meditasi duduk diperlukan untuk menenangkan pikiran mengembara sebelum seorang murid dapat dengan efektif memanfaatkan gong-an atau huatou. Pikiran yang terpencar-pencar kekurangan fokus atau energi yang diperlukan untuk membangkitkan keragu-raguan besar, oleh sebab itu dalam melatih murid-murid saya, pertama-tama saya memberi mereka sebuah metode untuk menyatukan pikiran yang terpencar-pencar tersebut. Sekali pikiran si murid telah stabil dan terkonsentrasi, penerapan dari gong-an atau huatou dapat menyebabkan keragu-raguan besar untuk muncul. Keragu-raguan ini bukan keragu-raguan biasa yang mengandung pertanyaan akan kebenaran dari suatu pernyataan. Keragu-raguan ini adalah ketidakpastian fundamental, dilema eksistensial, yang mendasari seluruh pengalaman-pengalaman kita – pertanyaan mengenai siapakah kita, dan makna dari kehidupan dan kematian. Karena pertanyaan yang melekat di dalam gong-an atau huatou tak dapat diuraikan lewat logika, praktisi harus terus-menerus kembali ke pertanyaan itu, memelihara "gumpalan keragu-raguan" hingga keragu-raguan itu menjadi seperti sebuah "bola besi panas yang dimasukkan ke dalam mulutnya." Jika praktisi itu dapat tetap mempertahankan dan menjagi energi dari penghamburan, gumpalan keragu-raguan tersebut akhirnya akan menghilang dalam sebuah ledakan yang dapat menyapu pergi seluruh keragu-raguan dari pikiran, meninggalkan tak lain hanya sifat asli pikiran, atau pencerahan.
Mungkin juga, dan kemungkinan besar yang lebih mungkin, ledakan itu tidak akan cukup mempunyai energi untuk dengan sepenuhnya membersihkan pikiran dari kemelekatan. Tepat seperti Master Agung Dahui yang tidak menembus dengan cukup dalam pengalaman ledakan pertamanya. Master Yuanwu (1063-1136) guru beliau, mengatakan kepadanya, "Kamu telah mati, tapi kamu telah kembali untuk hidup." Pencerahannya telah ditandaskan pada pengalamannya yang kedua.
Oleh karena itu, adalah sangat penting untuk memiliki seorang Shifu atau guru yang dapat diandalkan, yang membimbing seseorang melewati semua tahap-tahap latihan. Pada permulaan, berusaha untuk membangkitkan keragu-raguan besar sebelum pikiran dengan cukup stabil akan – dalam keadaan yang paling baik, menjadi tak berguna, dan dalam keadaan yang paling buruk, menghasilkan sejumlah besar kegelisahan. Dan akhirnya, pengalaman apapun yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari latihan harus ditegaskan oleh seorang guru yang mahir. Hanya seorang guru sejati yang dapat mengetahui suatu perbedaan antara pencerahan yang asli dan palsu.
Praktik gong-an dan huatou adalah sebuah pendekatan yang agresif dan eksplosif terhadap pencerahan; praktik Penerangan yang Tak Diucapkan adalah suatu cara yang lebih tenang. Kedua-duanya, bagaimanapun, memerlukan landasan yang sama: pikiran yang stabil dan menyatu. Dan kedua-duanya memiliki tujuan yang sama: merealisasi sifat pikiran, yang mana adalah sifat dari kekosongan, ke-Buddha-an, kebijaksanaan dan pencerahan.
Girinala
				
			(bagian II)
diterjemahkan dari:
IN THE SPIRIT of CH'AN
An Introduction to Ch'an Buddhism
by
Master Sheng-yen
Praktik tidak-mencari adalah sebuah praktik tingkat tinggi, karena praktik ini adalah praktik mengenai bukan-diri. Sementara adalah hal yang biasa bagi orang-orang yang mulai belajar dan berlatih Buddhisme untuk kepentingannya sendiri, akhirnya, lewat berlatih, sifat mementingkan diri mereka menjauh. Mereka menemukan diri mereka sendiri sibuk karena orang lain memerlukan bantuan mereka, dan mereka menyediakan apa yang diperlukan. Orang semacam ini tidak lagi berpikir pun tentang pencapaian pencerahan.
Ketika anda telah berhenti mencemaskan tentang pencapaian anda sendiri, saat itu anda telah tercerahkan. Kalau tidak akan selalu terdapat pikiran-pikiran mengembara dan kemelekatan yang tak kentara terhadap keinginan untuk mengerjakan sesuatu bagi diri anda sendiri. Jika anda berkeinginan membebaskan diri anda dari segala kejengkelan dan penderitaan duniawi, dan jika anda menginginkan pembebasan, anda masih melekat pada diri anda. Hanya apabila anda tidak memiliki kecemasan terhadap pencerahan anda sendiri, maka anda dapat benar-benar menjadi tercerahkan. Praktik tidak-mencari adalah praktik dari keadaan tercerahkan ini.
Praktik Bodhidharma yang keempat, "menyatu dengan Dharma," adalah ajaran dasar Buddhisme bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal dan tidak memiliki sebuah diri yang terkandung. Di dalam praktik menyatu dengan Dharma, kita berusaha untuk mengalami sendiri hal yang berubah-ubah dan sifat tidak mementingkan diri sendiri ini lewat perenungan langsung mengenai kekosongan. Inilah praktik yang paling tinggi dari Ch'an, dan praktik ini menghasilkan pencapaian tertinggi. Praktik ini adalah praktik yang mengijinkan kita untuk menjangkau titik dari "jalan masuk melalui prinsip" yang telah kita bicarakan sebelumnya.
Tetapi dari mana seorang praktisi memulai? Sekte-sekte Buddhis yang berbeda banyak menggunakan metode-metode berlatih yang dapat digunakan oleh para pemula, seperti membaca kitab suci, membuat janji, melakukan tiarap, perenungan terhadap Buddha, dan menghitung napas. Semua metode ini membantu kita untuk pergi dari pikiran yang terpencar-pencar, yang kacau, emosional, dan tidak kokoh, menuju suatu keadaan mental yang tenang dan dalam keselarasan dengan keadaan sekeliling kita. Hal paling utama yang harus kita lakukan adalah merilekskan tubuh dan pikiran. Jika kita dapat rileks, kita akan menjadi lebih sehat dan lebih stabil, dan akan berhubungan dengan orang lain dengan lebih harmonis.
Ada seorang perumah tangga Buddhis yang sangat gugup yang datang ke Pusat Ch'an. Sifat gugupnya membuat orang lain merasa gugup. Bila ia berbicara kepada anda, tubuhnya tegang, seakan-akan ia akan segera menyerang anda atau mempertahankan dirinya. Orang-orang bereaksi terhadap tingkah laku semacam ini, tingkah laku ini mengganggu mereka. Ketika saya menyuruhnya untuk merilekskan tubuhnya, ia menanggapi dengan suatu ketegangan, suara yang dipaksakan. "Saya sudah rileks!" Ia terus-menerus merasa takut dan tidak aman, dan dikarenakan persoalan-persoalan yang menyebabkan perasaan-perasaan ini, ia datang mencari pertolongan ke Pusat Ch'an. Ia ingin belajar meditasi, jadi sayang mengajarkan untuk secara perlahan-lahan merilekskan tubuhnya dan kemudian pikirannya. Jika kita tidak dapat rileks, tak ada cara kita dapat bermeditasi; dan jika kita tak dapat bermeditasi, praktik dari tidak mencari sepenuhnya menjadi tidak mungkin. Laki-laki ini tidak sabar dan berpikir bahwa jika ia dapat tercerahkan semua persoalannya akan hilang. Ia mengatakan kepada saya, "Master, saya tidak menginginkan apapun, saya hanya menginginkan metode untuk dapat menjadi tercerahkan dengan cepat. Berikan saya metode itu secepat mungkin." Saya menjawab, "Metode semacam itu belum diciptakan. Jika saya dapat menciptakan sebuah metode yang terjamin, metode pencerahan yang cepat, barangkali saya dapat menjualnya untuk menghasilkan banyak uang."
Sekarang saya telah menemukan metode berikut, dan saya menawarkannya secara cuma-cuma kepada siapa saja yang ingin mempelajarinya. Metode itu untuk merilekskan tubuh dan pikiran anda. Metode itu mudah dan sederhana. Jangan menanyakan apakah metode itu dapat membimbing anda ke pencerahan. Pertama-tama anda harus mampu untuk menjadi rileks, dan selanjutnya kita dapat berbicara tentang pencerahan. Tutup mata anda, bersandar di kursi anda, dan kendurkan otot-otot anda. Dengan sepenuhnya rilekskan mata anda. Adalah sangat penting bahwa kelopak mata anda menjadi rileks dan tidak bergerak. Harus tidak terdapat ketegangan apapun di sekitar bola mata anda. Jangan mengerahkan tenaga sama sekali atau ketegangan di manapun juga. Kendurkan otot-otot muka, bahu, dan lengan anda. Kendurkan perut anda dan letakkan tangan anda di pangkuan. Jika anda merasakan beban dari tubuh anda, beban itu akan berada di bagian belakang anda. Jangan berpikir apa pun. Jika buah pikir muncul, kenali buah pikir itu dan memberi perhatian pada tarikan dan hembusan napas anda lewat lubang hidung anda. Abaikan apa yang sedang dilakukan orang lain. Berkonsentrasi pada latihan anda, lupakan tentang tubuh anda, dan rileks. Jangan mempunyai keragu-raguan tentang apakah yang sedang anda lakukan adalah berguna.
Prinsip dari metode ini adalah untuk menjadi rileks – untuk menjadi alami dan jernih. Jaga setiap sesi singkat, tapi sering kali berlatih; setiap sesi seharusnya tidak lebih lama dari tiga hingga sepuluh menit. Jika anda melakukannya lebih lama, anda mungkin akan merasa gelisah atau tertidur. Anda dapat menggunakan metode ini beberapa kali sehari; metode ini akan menyegarkan tubuh dan pikiran anda, dan menghilangkan sejumlah kekacauan di dalam kehidupan sehari-hari anda. Secara perlahan-lahan anda akan mendapatkan kestabilan tubuh dan pikiran yang menjadikannya memungkinkan untuk – akhirnya, memasuki gerbang Ch'an.
Ch'an seringkali dihubungkan dengan "gerbang tanpa pintu gerbang." "Gerbang" itu adalah metode berlatih dan sekaligus sebuah jalan ke pembebasan; gerbang ini "tanpa pintu gerbang," karena Ch'an tidak bergantung pada metode spesifik apa pun dalam membantu seseorang mencapai pembebasan. Metode tanpa-metode adalah metode tertinggi. Sejauh praktisi dapat menghentikan pikiran egosentris, pintu gerbang ke dalam Ch'an akan terbuka dengan sendirinya.
Rintangan utama dalam mencapai kebijaksanaan adalah kemelekatan pada diri. Ketika anda berhadapan dengan orang, benda, dan situasi, gagasan mengenai "saya" dengan segera muncul di dalam diri anda. Ketika anda melekat pada ini "saya," anda menggolongkan dan menilai segala sesuatu yang lain berdasarkan: "Ini milikku, itu bukan. Ini baik untukku, itu tidak. Saya menyukai ini, saya membenci itu." Kemelekatan pada gagasan mengenai diri menyebabkan kemurnian sejati tidak mungkin.
Tetapi bagaimana kita dapat mendefinisikan ketidak-melekatan? Menurut Ch'an, ketidak-melekatan artinya bahwa ketika anda berhadapan dengan keadaan sekitar dan berhubungan dengan orang lain, tidak terdapat "saya" sehubungan dengan apapun yang mungkin muncul di hadapan anda. Keadaan sebagaimana apa adanya, terang dan jernih. Anda dapat menanggapi dengan cepat dan memberikan apa saja yang diperlukan. Menyadari dengan jernih akan sesuatu sebagaimana apa adanya, dalam keadaan sifat tidak mementingkan diri sendiri ini, adalah apa yang dinamakan Ch'an kebijaksanaan. Memberikan apa saja yang mungkin diperlukan orang lain dengan tidak berpikir mengenai diri adalah apa yang dinamakan Ch'an belas kasih. Kebijaksanaan dan belas kasih menggambarkan kesadaran dan fungsi dari pikiran yang tercerahkan. Menurut Ch'an, kedua hal ini tidak dapat dipisahkan, dan kedua-duanya bergantung pada padamnya kemelekatan pada diri.
Ketika sekolah Ch'an berkembang secara perlahan-lahan, dua bentuk praktik dikembangkan, yang secara kasar dapat disamakan dengan Dua Jalan Masuk Bodhidharma, yang satu melalui prinsip, dan yang lainnya melalui praktik. Metode Penerangan yang Tak Diucapkan (silent illumination) adalah bidang khusus dari tradisi Caodong, sementara tradisi Linji mendukung metode gong-an dan huatou. Pendekatan kedua-duanya dapat menghasilkan pencerahan, realisasi bukan-diri.
Istilah Penerangan yang Tak Diucapkan, atau Mozhao, berhubungan dengan Master Hongzhi Zhengjue (1091-1157) dari dinasti Sung, meskipun praktik itu sendiri dapat ditemukan asal-usulnya setidak-tidaknya sampai Bodhidharma dan konsepnya mengenai Jalan Masuk Melalui Prinsip. Lima generasi kemudian, Master Agung Yongjia menulis tentang "Kejernihan dan Keadaan Tak Bergerak" dalam Nyanyian Pencerahan-nya. Keadaan tak bergerak berhubungan dengan praktik mendiamkan pikiran, dan kejernihan berhubungan dengan perenungan, menerangi pikiran dengan cahaya kesadaran.
Master Hongzhi sendiri menjelaskan "duduk diam" tersebut sebagai berikut: "Tubuh anda duduk dengan diam, pikiran anda tidak bergerak, tidak berubah. Inilah usaha sejati di dalam berlatih. Tubuh dan pikiran dalam keadaan benar-benar beristirahat. Mulut juga diam agar lumut tumbuh di sekitarnya. Rumput bertunas dari lidah. Lakukan hal ini tanpa henti, bersihkan pikiran hingga ia mencapai kejernihan dari sebuah kolam di musim gugur, terang bagaikan rembulan yang menerangi langit senja."
Pada bagian lain, Master Hongzhi berkata, "Di dalam duduk diam, alam apapun yang mungkin muncul, pikiran akan sangat jernih hingga semua bagian yang paling kecil, namun demikian segala sesuatu akan berada pada tempatnya semula, di dalam tempatnya sendiri. Pikiran bertahan pada satu gagasan selama sepuluh ribu tahun, namun tidak berdiam pada bentuk apa pun, di dalam atau di luar.
Dalam memahami Penerangan yang Tak Diucapkan Ch'an, adalah penting untuk memahami bahwa sewaktu dalam keadaan tidak terdapat buah pikir, pikiran akan sangat tenang dan jernih, sangat sadar. Keheningan dan penerangan kedua-duanya pasti terdapat. Menurut Master Hongzhi, ketika tidak terdapat apapun yang berlangsung di dalam pikiran seseorang, seseorang akan menyadari bahwa tidak terdapat apapun yang terjadi. Jika seseorang tidak menyadari, ini adalah hanya penyakit Ch'an, bukan keadaan Ch'an. Jadi dalam keadaan ini, pikiran akan tembus pandang. Dalam batas tertentu, adalah tidak sepenuhnya tepat mengatakan bahwa tidak terdapat apapun yang hadir, karena pikiran yang tembus pandang berada di sana. Sebaliknya adalah tepat dalam pengertian bahwa tidak terdapat apapun yang dapat menjadi sebuah kemelekatan atau rintangan. Dalam keadaan ini, pikiran menjadi tanpa bentuk atau ciri-ciri. Kekuatan menjadi hadir, namun fungsinya adalah untuk mengisi pikiran dengan penerangan, seperti matahari yang bersinar di mana-mana. Oleh karena itu, Penerangan yang Tak Diucapkan adalah praktik di mana tidak terdapat apapun yang bergerak, selain pikiran cemerlang dan menerangi.
Gong-an adalah sebuah cerita mengenai suatu kejadian antara seorang guru dan salah seorang murid atau lebih, yang melibatkan suatu pemahaman atau pengalaman dari pikiran yang tercerahkan. Kejadian itu biasanya, tapi tidak selalu, memerlukan dialog. Ketika kejadian itu diingat dan dicatat, kejadian itu menjadi sebuah "kasus yang terbuka untuk umum," yang mana adalah makna harfiah dari istilah. Seringkali apa yang membuat kejadian itu pantas untuk dicatat adalah, sebagai hasil dari pertukaran itu, si murid mendapatkan suatu kebangkitan, sebuah pengalaman pencerahan.
Master Zhaozhou ditanya oleh seorang biarawan, "Apakah seekor anjing memiliki sifat-Buddha?" Master Zhaozhou menjawab, "Wu," artinya tidak satupun. Ini adalah gong-an dasar, barangkali yang paling terkenal yang tercatat. Di sini terdapat satu lagi gong-an, yang juga melibatkan Master Zhaozhou. Master Zhaozhou mempunyai seorang murid yang bertemu dengan seorang wanita tua dan bertanya kepada wanita tua itu, "Bagaimana saya dapat ke Gunung Tai?" Wanita tua itu berkata, "Hanya meneruskan!" Ketika biarawan itu memulai perjalanan, ia mendengar wanita tua itu berkata, "Ia benar-benar pergi!" Setelah itu, si murid mengatakan hal ini kepada Master Zhaozhou, yang berkata, "Saya kira saya akan pergi ke sana dan melihatnya dengan mata kepala saya sendiri." Ketika ia bertemu dengan wanita tua itu, Master Zhaozhou menanyakan pertanyaan yang sama dan wanita tua itu memberikan jawaban yang sama: "Hanya meneruskan!" Ketika Master Zhaozhou meneruskan perjalanan ia mendengar wanita tua itu berkata seperti yang telah ia katakan di waktu yang lalu, "Ia benar-benar pergi!" Saat Master Zhao kembali, ia mengatakan kepada pertemuan, "Saya telah melihat lewat wanita tua itu!" Apa yang ditemukan Master Zhaozhou pada wanita tua itu? Apa makna dari gong-an yang panjang lebar dan tak jelas ini?
Sekitar masa dinasti Song (960-1276), para master Ch'an mulai memanfaatkan catatan gong-an sebagai sebuah subjek meditasi bagi para pengikutnya. Praktisi diharuskan untuk menyelidiki makna historis gong-an. Untuk menembus makna dari gong-an, si murid harus meninggalkan pengetahuan, pengalaman, dan penalaran, karena jawaban itu tak dapat diperoleh dengan metode-metode ini. Si murid harus menemukan jawaban itu lewat can (diucapkan: tsan) gong-an, atau "penyelidikan gong-an." Ini memerlukan penyapuan dari kesadaran segala sesuatu kecuali gong-an, sehingga akhirnya menghasilkan "perasaan ragu," yang mana adalah suatu rasa heran yang kuat dan suatu keinginan yang amat sangat untuk mengetahui makna dari gong-an.
Berhubungan erat, namun tidak serupa dengan, gong-an adalah huatou. Huatou – secara harfiah, "kepala dari sebuah kata yang diucapkan" – adalah pertanyaan yang ditanyakan seorang praktisi kepada dirinya sendiri. "Apakah Wu" dan "Siapakah saya?" adalah pertanyaan yang umumnya digunakan huatou. Dalam berlatih huatou seseorang mengabdikan perhatian sepenuhnya untuk mengulangi pertanyaan tersebut secara terus-menerus.
Master Ch'an Dahui Zonggao (1089-1163), salah seorang pendukung paling terkemuka praktik huatou, mempertahankan bahwa meditasi duduk diperlukan untuk menenangkan pikiran mengembara sebelum seorang murid dapat dengan efektif memanfaatkan gong-an atau huatou. Pikiran yang terpencar-pencar kekurangan fokus atau energi yang diperlukan untuk membangkitkan keragu-raguan besar, oleh sebab itu dalam melatih murid-murid saya, pertama-tama saya memberi mereka sebuah metode untuk menyatukan pikiran yang terpencar-pencar tersebut. Sekali pikiran si murid telah stabil dan terkonsentrasi, penerapan dari gong-an atau huatou dapat menyebabkan keragu-raguan besar untuk muncul. Keragu-raguan ini bukan keragu-raguan biasa yang mengandung pertanyaan akan kebenaran dari suatu pernyataan. Keragu-raguan ini adalah ketidakpastian fundamental, dilema eksistensial, yang mendasari seluruh pengalaman-pengalaman kita – pertanyaan mengenai siapakah kita, dan makna dari kehidupan dan kematian. Karena pertanyaan yang melekat di dalam gong-an atau huatou tak dapat diuraikan lewat logika, praktisi harus terus-menerus kembali ke pertanyaan itu, memelihara "gumpalan keragu-raguan" hingga keragu-raguan itu menjadi seperti sebuah "bola besi panas yang dimasukkan ke dalam mulutnya." Jika praktisi itu dapat tetap mempertahankan dan menjagi energi dari penghamburan, gumpalan keragu-raguan tersebut akhirnya akan menghilang dalam sebuah ledakan yang dapat menyapu pergi seluruh keragu-raguan dari pikiran, meninggalkan tak lain hanya sifat asli pikiran, atau pencerahan.
Mungkin juga, dan kemungkinan besar yang lebih mungkin, ledakan itu tidak akan cukup mempunyai energi untuk dengan sepenuhnya membersihkan pikiran dari kemelekatan. Tepat seperti Master Agung Dahui yang tidak menembus dengan cukup dalam pengalaman ledakan pertamanya. Master Yuanwu (1063-1136) guru beliau, mengatakan kepadanya, "Kamu telah mati, tapi kamu telah kembali untuk hidup." Pencerahannya telah ditandaskan pada pengalamannya yang kedua.
Oleh karena itu, adalah sangat penting untuk memiliki seorang Shifu atau guru yang dapat diandalkan, yang membimbing seseorang melewati semua tahap-tahap latihan. Pada permulaan, berusaha untuk membangkitkan keragu-raguan besar sebelum pikiran dengan cukup stabil akan – dalam keadaan yang paling baik, menjadi tak berguna, dan dalam keadaan yang paling buruk, menghasilkan sejumlah besar kegelisahan. Dan akhirnya, pengalaman apapun yang dimiliki seseorang sebagai hasil dari latihan harus ditegaskan oleh seorang guru yang mahir. Hanya seorang guru sejati yang dapat mengetahui suatu perbedaan antara pencerahan yang asli dan palsu.
Praktik gong-an dan huatou adalah sebuah pendekatan yang agresif dan eksplosif terhadap pencerahan; praktik Penerangan yang Tak Diucapkan adalah suatu cara yang lebih tenang. Kedua-duanya, bagaimanapun, memerlukan landasan yang sama: pikiran yang stabil dan menyatu. Dan kedua-duanya memiliki tujuan yang sama: merealisasi sifat pikiran, yang mana adalah sifat dari kekosongan, ke-Buddha-an, kebijaksanaan dan pencerahan.
Girinala