Quote from: khemawati on 24 December 2008, 03:48:07 PMterima kasih salam kenal..
salam kenal
![]()
This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
Show posts MenuQuote from: khemawati on 24 December 2008, 03:48:07 PMterima kasih salam kenal..
salam kenal
![]()
Quote from: kiman on 25 December 2008, 12:48:40 AMIya betul.._/\_ANUMODANA COMMENTNYA
weh berat... tapi seru... ikutan yah..
case 1: nggak, tergantung ikatan karma yg dibuat masing2 org (tekad).
case 2: nggak, karma nya akan terus/selalu berubah.
NB: PIL/WIL itu Pria Idaman Lainnya/Wanita Idaman Lainnya, betul ga?
Quote from: markosprawira on 24 December 2008, 02:42:21 PM_/\_ANUMODANA COMMENTNYAQuote from: KOVIDKO on 23 December 2008, 10:04:25 PM
_/\_NAMO BUDDHAYA,..
Saya ingin Pencerahannya dari temen2 seDhamma,
tentang Married dan karma, yaitu :
case 1.
Sang BUDDHA selama dalam kehidupan yg lalu selama ber-ratus2 tahun selalu tetap berpasangan dgn
Yasodhara. dan kadang mengapa terjadi pasangan yg sudah menikah terjadi perceraian dan apakah nanti pasangan yg terjadi perceraian akan
berpasangan kembali di kehidupan yg akan datang.![]()
case ke 2.
dan juga bgmana jika pasangan yg memiliki PIL atau WIL, apakah mereka karmanya tetap harus menjadi yg ke 2 ?![]()
![]()
![]()
![]()
Kamma bukan hukum balas membalas, yg kalau saat ini mempunyai PIL, lalu di kehidupan mendatang menjadi WIL, dsbnya.....
Kamma akan menciptakan trend dalam batin kita.
Trend inilah yg membentuk kita akan menjadi mahluk spt apa.
Itu kenapa jika terbiasa mengembangkan lobha, akan mendorong terlahir ke alam Peta atau Asura, dsbnya
Misal pada case 1, pasangan sudah menikah, lalu bercerai : sudah jelas ini adalah action, dimana biasanya :
1. tidak mau saling mengalah (mana/kesombongan, dosa)
2. ada yg selingkuh (lobha)
dsbnya........
Mengenai Sidhattha dan YAsodara, sudah dijelaskan oleh rekan2 diatas, namun sy ingin menambahi walau itu adalah tekad/adhitthana, namun tetap tercampur dengan lobha/kemelekatan, yg membuat upadana
disinilah asas keadilannya Hukum Kamma.
Kemelekatan membuat terlahir di alam samsara dan adhitthana membuat tetap pada jalur bodhisatva
Niyama/hukum tertib selalu fair, adil dan tidak berat sebelah
semoga bisa bermanfaat bagi kita semua
Quote from: pendekar kuning on 24 December 2008, 09:50:56 AM_/\_ANUMODANA COMMENTNYA
case 1 ; sama sadha
case 2 ; pengendalian diri
simple aja
Quote from: marcedes on 24 December 2008, 08:10:21 AM_/\_ANUMODANA COMMENTNYABagaimana Dapat Bersatu Lagi di Kehidupan Mendatang?
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa(3X)
Dhammacārī sukhaṁ seti, asmiṁ loke paramhi ca'ti
Barang siapa yang hidup sesuai dengan Dhamma, maka akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia berikutnya.
(Dhammapada 169)
Segala sesuatu yang kita perjuangkan di dunia ini, yang kita kerjakan dan yang kita lakukan, bila sudah memberikan hasil, maka dari hasil itu pula jika bisa dinikmati dengan sepenuhnya, akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Hampir semua orang bila apa yang dikerjakan, apa yang diperjuangkan dan apa yang dilakukan bila sudah mendatangkan keberhasilan, keuntungan, dan kesuksesan, maka diharapkan terus-menerus berjalan/ berlanjut. Benarkah demikian? Coba saja kita perhatikan ketika kita memulai membuka sebuah usaha misal usaha berdagang/berjualan apa saja, bila sudah berhasil/ sukses pasti menginginkan di waktu berikutnya demikian. Demikian juga terhadap bidang lainnya. Tidak itu saja sampai kehidupan rumah tangga suami-istri pun bila merasa cocok, serasi, sepadan, seucap dan sekata, maka diharapkan sampai usia tua tetap selalu berkumpul berdua.
Jadi, segala sesuatu yang kita nikmati atau yang kita miliki ingin selalu bersama kita seperti halnya anak-anak dan orangtua (suami-istri) selalu hidup bersama. Sebagian orang yang belum mengerti Dhamma banyak yang berpikir dan mereka mengharapkan bagaimana agar kehidupan suami-istri itu bisa berlanjut di kemudian hari/sesudah kita meninggal nanti. Hal ini sesungguhnya tidak asing lagi jika kita mengerti Dhamma bahwa dalam ajaran Sang Buddha kita tidak saja bisa ketemu/berjodoh dalam kehidupan sekarang, tetapi juga pada kehidupan yang akan datang setelah kita meninggal (pada kelahiran yang baru). Sebagai contohnya adalah Guru Agung kita Sang Buddha, dikisahkan bahwa sebanyak 500 kali kelahiran selalu hidup berpasangan dengan istrinya yang dalam kehidupan sekarang; yaitu Yasodhara.
Inginkah bapak/ibu bersatu kembali dalam kehidupan yang akan datang dengan pasangan bapak/ibu? Kalau ingin, ikutilah kisah berikut:
"Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di antara penduduk Bhagga, dekat Sungsumaragiri, di taman Rusa di Hutan Bhesakala. Suatu pagi Sang Buddha berpakaian, mengambil jubah atas dan mangkuk-Nya, lalu pergi ke tempat tinggal perumah tangga Nakulapita. Setelah tiba di sana, Beliau duduk di tempat yang telah disediakan. Perumah tangga Nakulapita dan istrinya, Nakulamata mendekati Sang Buddha. Setelah memberi hormat, mereka duduk di satu sisi. Kemudian, perumah tangga Nakulapita berkata kepada Sang Buddha, "Yang Mulia, sejak istri saya, Nakulamata yang masih muda, di bawa ke rumah saya yang pada waktu itu juga masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga."
Kemudian Nakulamata sang istri itu berkata kepada Sang Buddha, "Yang Mulia, sejak saya yang pada waktu itu masih muda dibawa ke rumah suamiku Nakulapita yang masih muda, saya tidak pernah secara sadar telah melayani dia secara sadar sekalipun di dalam pikiran, apalagi di dalam tindakan. Yang Mulia, kami berkeinginan untuk tidak berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga."
Kemudian Sang Buddha berkata demikian, "Perumah tangga, jika suami dan istri ingin tidak terpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan yang akan datang juga, harus memiliki keyakinan yang sama, moralitas yang sama, kedermawanan yang sama, kebijaksanaan yang sama, dengan demikian mereka tidak akan berpisah selama kehidupan ini masih berlangsung dan di dalam kehidupan mendatang juga.
Bila keduanya memiliki keyakinan dan kedermawanan,
Memiliki pengendalian diri, Menjalani kehidupan yang benar,
Mereka datang bersama sebagai suami dan istri,
Penuh cinta kasih satu sama lain.
Banyak berkah datang kepada mereka,
Mereka hidup bersama di dalam kebahagiaan,
Musuh-musuh mereka dibiarkan merana,
Bila keduanya setara moralitasnya.
Setelah hidup sesuai Dhamma di dunia ini,
Setara dalam moralitas dan ketaatan,
Mereka bersuka cita di alam dewa setelah kematian,
Menikmati kebahagiaan yang melimpah."
(Aṅguttara Nikāya V, 55)
Sedangkan syarat lainnya Sang Buddha juga menjelaskan di dalam Sigalovāda Sutta, ada lima kewajiban suami dan istri sebagai pedoman kehidupan rumah tangga yang baik. Dengan lima cara seorang istri diperlakukan dengan baik oleh suaminya, yaitu: perhatian, ramah-tamah, setia, menyerahkan kekuasaan tertentu kepadanya, dan memberikan barang-barang perhiasan kepadanya.
Demikian juga seorang istri memperlakukan suaminya dengan lima cara, yaitu: melakukan kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya, berlaku ramah-tamah kepada sanak keluarga dari kedua belah pihak, setia, menjaga barang-barang yang ia bawa, serta pandai dan rajin mengurus segala pekerjaan rumah tangga.
(Sigalovāda Sutta, Dīgha Nikāya)
Demikianlah hal-hal yang harus dilakukan agar pada kelahiran mendatang anda dapat bertemu kembali sebagai pasangan suami istri yang cocok.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā
Quote from: Anestan on 24 December 2008, 08:09:38 AM_/\_ANUMODANA COMMENTNYA
IMO
case 1. itu berkat addithana (tekad) yang kuat, seseorang bisa berpasangan kembali.. kan ada sabda sang buddha yang menyebutkan bahwa pasangan akan selalu bersama di kehidupan yang akan datang dengan mempunyai, samma saddha,sila,caga,panna. dan juga karena ikatan karma tentunya.
case 2. saya pernah denger dhammadesana, perbuatan bermakna ganda. misal kita melakukan perbuatan buruk, berariti kita menanam kamma buruk dan seseorang yang kena perbuatan buruk kita, berarti dia menerima akibat dari kamma buruk dia juga...begitu juga dengan perbuatan baik...
CMIIW

Quote from: Herdiboy on 24 December 2008, 07:59:47 AM
Case 1 : Dalam kasus tsb, mereka berdua bisa terus bersama adalah karena telah bertekad sebelumnya
Case 2 : Hidup itu tidaklah pasti, kehidupan orang yang satu akan bersinggungan dengan kehidupan orang laen, saat itu jikalau terjadi kecocokan dan usaha, maka akan terbuka peluang untuk berjodoh
Maka tak heran jikalau ada yang pasangan hidupnya bisa lebih dari satu (tapi ini tak disarankan oleh umat Buddha yang menganut azas pernikahan monogami)
Hati2lah dalam bertekad akan sesuatu, misalnya kasus bayi lahir dempet, itukan bisa saja mereka berdua dulunya mengikat tekad untuk selalu lengket terus, nah jadi deh mereka dempetan saat terlahir lagi..
Jadi banyak motivasi yang melatarbelakangi terjadinya itu..
_/\_terima kasih bahasannya...Anumodana
Quote from: tsunao on 23 December 2008, 09:45:42 PM
salam kenal juga
sial, no. 2
mhn bimbingan utk para senior...

Quote from: Sumedho on 23 December 2008, 09:51:29 PM
salam kenal juga
sering2x posting yah
mhn bimbingan utk para senior...

Quote from: upasaka on 23 December 2008, 09:43:36 PM
pertamaxx
salam kenal
mhn bimbingan utk para senior...


