News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu
Menu

Show posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.

Show posts Menu

Messages - ratnakumara

#1
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
19 November 2009, 02:43:50 PM
Kalau yang dimaksudkan oleh Bro Purnama dengan "Kendaraan Kecil" , maka itu dalam terminoloy Buddhis yang saya pahami adalah "Hinayana" ( Hina = Kecil ; Yana = Jalan / Kendaraan ).

_/\_
#2
Mahayana / Re: perbedaan mahayana ama theravada
19 November 2009, 02:41:49 PM
Quote from: purnama on 19 November 2009, 01:25:57 PM
Quote from: Indra on 19 November 2009, 01:23:24 PM
Quote from: purnama on 19 November 2009, 01:21:13 PM
Quote from: Indra on 19 November 2009, 01:17:35 PM
Quote from: purnama on 19 November 2009, 01:06:58 PM
Quote from: Sattaloka on 17 November 2009, 11:02:34 AM
aku tidak setuju kalau Theravada adalah tradisi, Vada sendiri kan artinya ajaran, thera : Sesepuh. sedangkan Mahayana lebih sebagai gerakan (kendaraan) yang besar, menurut saya mengarah pada gagasan.
mahayana yang dulu (yang bukan skolastik) tidak bisa  dibandingkan dengan theravada.

koreksi teravada bukan itu artinya, kalo artinya seperti itu anda namanya baru belajar

Bro Purnama,
dengan menyebut orang lain sebagai "baru belajar" anda telah memposisikan diri sebagai "advance", bagaimana definisi theravada dari sudut pandang anda "yang advance"?

duh pak dia ajah masih salah mengartikan arti teravada (  tera = kecil vada = kendaraan). dia aja masih salah mengartikannya

tera = kecil vada = kendaraan -> ambil dari kamus mana?

Pelajaran agama buddha dasar dari departemen pendidikan pak

Thera = Sesepuh ( The Elders ).  Untuk yang satu ini saya sangat yakin.

Sedangkan Vada, saya agak lupa, tapi sepertinya berarti ( atau sinonim dengan ) = Ajaran.

Itulah sebabnya, mengapa kata "Theravada" bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya menjadi :  Ajaran Para Sesepuh.


Bila ada kekeliruan, mohon yang lebih mengerti untuk sudi memberikan koreksinya.

Mettacittena.

_/\_  :lotus:
#3
Quote from: marcedes on 19 November 2009, 01:20:36 AM
[at]  bro exam..
sy kan tanya dari segi "ekonomis" ^^ jadi mesti pakai calculator lah.....
menurut gw sih paling enak tuh tinggal milih [ nyari ayam sakit lah istilah nya ]...
soalnya milih yg bagus terus.....

kalau istri kan 40 tahun "time of value-nya" juga udah kurang, misalkan keriput, belum lagi masalah kewanitaan....aduh....



Eh.., kalau dimasukkan dalam kelompok Aktiva Tetap untuk keperluan Pajak.. ,

Istri itu masuk Kelompok I atau II ya ?  Disusutkan 4 tahun apa 8 tahun ? ;D

Btw..., sepertinya disini banyak jago2 Akuntansi dan Keuangan juga ya.. he he.. .
#4
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2009, 03:17:58 PM
Quote from: ratnakumara on 18 November 2009, 03:11:49 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2009, 03:09:15 PM
Gaya hidup Amerika/Eropa yang seperti apa?

Yah, yang suka sama suka.., "One Night Stand"... , tanpa ikatan, dll, dst, dsb.

Sepertinya banyak tuh di film diceritakan begitu.., saya sendiri sih belum pernah ke Eropa atau Amerika, jadi belum tau  juga persisnya kayak apa  :)

Apa manfaatnya dari hal seperti itu? Memang biasanya alasan mereka adalah supaya lebih kenal, tapi kalau menurut saya sih, untuk lebih kenal tidak perlu sampai "naik ranjang", kecuali kalau memang mau lebih kenal secara seksual.
Dan kita sebetulnya tidak bisa bilang itu gaya hidup di "sana", karena di sini pun sudah "dipraktekkan". Tapi karena memang media di sini mayoritas munafik jadi seolah-olah di negara ini "sex before marriage" adalah barang antik.



Yah, topiknya kan bicara soal hemat-menghemat nih.. ,

Nah, kata Bro Bond, dengan menikah, kita dapat hemat ratusan juta. Anyway Anyhow , kalau dibandingkan dengan gaya hidup "suka-sama-suka" dan "tanpa-ikatan" itu, menurut saya bisa jauh lebih hemat yang "suka-sama-suka" itu... Begitu.. . :D   
#5
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2009, 03:09:15 PM
Gaya hidup Amerika/Eropa yang seperti apa?

Yah, yang suka sama suka.., "One Night Stand"... , tanpa ikatan, dll, dst, dsb.

Sepertinya banyak tuh di film diceritakan begitu.., saya sendiri sih belum pernah ke Eropa atau Amerika, jadi belum tau  juga persisnya kayak apa  :)
#6
atau mungkin sudah saatnya di Indonesia dibudayakan gaya hidup ala orang2 Amerika dan Eropa gituh...  :-?

Bagaimana menurut para sahabat...  _/\_
#7
"Ia yang memiliki akan kehilangan"

**
Aduh bagaimana bila suatu saat istri kita 'selingkuh'    :'(, sepertinya biaya recovery atas hantaman psikisnya lumayan besar juga tuh...    :P   :(   :-?
#8
Pengalaman Pribadi / Re: Sila dan "Bau Badan"
18 November 2009, 02:32:48 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2009, 02:13:41 PM
Quote from: DragonHung on 18 November 2009, 01:55:02 PM
Pengetahuan yg demikian sih Sis kalo bisa jangan dipake untuk 'mengukur' orang lain. Soalnya kalo kemampuan batin kita kurang terus nge-judge seseorang demikian biasanya sih malah nambah noda bagi batin.

Setelah mengetahui yg demikian cukup dipake buat ngukur diri sendiri, jadi pembuktiannya gampang, contohnya:

- Sering melanggar sila atau tidak, jika TIDAK tetapi ada bau badan, besar kemungkinan karna karma buruk kehidupan lampau. Kalo untuk ini tinggal menjalani saja akibat karma buruk itu .
- Sering melanggar sila dan timbul bau badan, seharusnya ini jadi alarm atau peringatan bagi diri sendiri bahwa pelanggaran sila yg telah saya lakukan ternyata telah berakibat karma buruk yg demikian. Jadi seharusnya saya takut dan malu untuk melanggar sila lagi.


Begitu loh Sis, maksud sharing saya ini.

Sepertinya ratnakumara itu "bro" deh.
Memang maksudnya bro ratnakumara itu adalah agar jangan tergesa-gesa menilai seseorang berdasarkan satu asumsi karena sebetulnya banyak sekali faktor yang menyebabkan terjadinya sesuatu. Jadi pengetahuan dhamma jangan sampai dijadikan alat menghakimi orang lain.



Nah, itu dia , sudah dijelaskan oleh Bro Kainyn_Kutho... , that's exactly what I mean.. ;)

Btw, saya bukan "Sis", tapi "Bro"... :)

Mettacittena.

_/\_  :lotus:
#9
Pengalaman Pribadi / Re: Sila dan "Bau Badan"
18 November 2009, 11:37:32 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 18 November 2009, 09:40:36 AM
Quote from: ratnakumara on 18 November 2009, 09:10:35 AM
Mau tanya nih,

Bagaimana dengan seseorang yang memang pembawaannya memang sangat mudah berkeringat dalam setiap kesempatan ?  Ada lhoh, teman saya , yang selalu berkeringat, sehingga ketiaknya mengeluarkan bau tidak sedap.  Dia akan berhenti berkeringat bila berada di tempat yang teduh, atau ber-AC yang dingin.

Nah, sepertinya teman saya itu juga tidak buruk2 amat dalam hal 'moralitas'-nya.  Tapi, kok tetap berbau kurang sedap ya ? ( Kecuali ia menggunakan parfum untuk menghalau bau tidak sedap dari ketek-nya itu ).

Anumodana atas penjelasan para sahabat. ;)

Mettacittena.

Dalam kisah-kisah dhamma, bukan hanya moralitas masa sekarang, tetapi moralitas masa lalu juga bisa menentukan hal tersebut. Misalnya ada satu kisah dari Bhadda Kappilani yang dalam salah satu kehidupan lampau pernah mengisi lumpur di mangkuk seorang Pacceka Buddha yang menyebabkannya dalam salah satu kelahiran mendatangnya memiliki bau yang sangat tidak sedap, walaupun dalam kehidupan itu ia seorang yang memiliki sila yang baik.



Nah, itu dia maksud saya.. ,

Jadi, tidak bisa dijustifikasi seseorang yang kita temui berbau badan tertentu disebabkan oleh karena ia tidak ber'moral' ( saat ini ).  Tapi, sangat dimungkinkan itu buah-kammanya dari kehidupan yang lampau.  Sehingga, tidak layak pula bila ia memang saat ini seorang yang ber'moral' baik ( atau cukup baik ) , tetapi berbau badan, lantas di"cap" sebagai seseorang yang tidak ber"Sila".

Kira2 begitu.. , benarkah demikian.., silakan dilanjutkan diskusinya.., ikut menyimak dengan antusias.

Mettacittena.
#10
Pengalaman Pribadi / Re: Sila dan "Bau Badan"
18 November 2009, 09:10:35 AM
Mau tanya nih,

Bagaimana dengan seseorang yang memang pembawaannya memang sangat mudah berkeringat dalam setiap kesempatan ?  Ada lhoh, teman saya , yang selalu berkeringat, sehingga ketiaknya mengeluarkan bau tidak sedap.  Dia akan berhenti berkeringat bila berada di tempat yang teduh, atau ber-AC yang dingin.

Nah, sepertinya teman saya itu juga tidak buruk2 amat dalam hal 'moralitas'-nya.  Tapi, kok tetap berbau kurang sedap ya ? ( Kecuali ia menggunakan parfum untuk menghalau bau tidak sedap dari ketek-nya itu ).

Anumodana atas penjelasan para sahabat. ;)

Mettacittena.
#11
saya ikut menunggu pengajaran kedua Beliau ini.., sangat beruntung bagi saya pribadi bila bisa ikut mendapatkan pelajaran yang sangat berharga ini... .

_/\_
#12
Namo Buddhaya,

Mau ikutan jawab pertanyaan Edward ;

"2.Apakah hewan (cth : anjing) bisa kentut? Seperti apa kentut anjing?"

JAWAB =

Bisa..., anjing bisa kentut.
Saya dulu punya anjing "mini" ( Jawa = Kirik ) , warnanya hitam, lucu.

Nah, dia itu sering kentut.
Kalau pas kentut, bunyinya, "Thiuuuuttt...tttt"

Kalau sudah gitu, wuahhh... hhh...  baunya bukan maen sedapnya :D :))

Nah, karena saya sudah sering menyaksikan dan mendengar anjing saya itu kentut, maka saya sekarang disini bisa memberi jawaban, bahwa anjing bisa kentut.

Memang, Edward belum pernah liat / mendengar anjing kentut yah ?

Semoga bermanfaat.

Mettacittena.

_/\_
#13
Namo Buddhaya,

Wah, saya juga mempunyai cerita sejenis ini.. ,

Dahulu, orang-tua saya tinggal di daerah kuburan "Canthung" di Tegalsari, Semarang.

Nah, suatu ketika, ada seorang istri ( tetangga orang tua saya di tegalsari tersebut ) yang berselingkuh dengan seorang pemuda.

Lalu, mereka bersetubuh dibawah sebuah pohon besar di kuburan Canthung itu.
Ee..ee.. mereka tidak menduga sebelumnya... ,

Setelah mereka berhasil "memperoleh" hasil 'puncak' dari aktivitas mereka berdua tersebut, tiba-tiba.. ketika mereka ingin memisahkan 'milik' mereka berdua, keduanya jadi tidak bisa lepas.. ,

Mereka berdua terus mencoba, sampai sangat lama.. ,
Seingat saya, si perempuan lalu menangis.. ,

Dan, kemudian karena suara mereka berdua itulah akhirnya ada yang mendengar dan mengetahui, lalu mereka berdua digotong orang kampung, dibawa ke rumah-sakit, dan juga tidak berhasil jua 'milik' keduanya itu dipisahkan... .


Endingnya, saya lupa.. , apakah berhasil dipisahkan atau tidak... .


Tapi ada sebuah "TIPS" ... ,

Kalau anjing yang ber'aktivitas' seperti itu dan hasilnya "ganthet" tidak bisa dilepaskan, biasanya sama orang2 kampung di bagian yang "ganthet" itu diguyur air panas.. .

Nah , apakah mungkin "tips" dan "trik" ini bisa diterapkan kepada kedua pasangan yang juga mengalami nasib serupa ?  :D :D

Wallahuallam... Naudzubilah mindzalik...  :D  :D

Semoga Bermanfaat :D

Mettacittena

_/\_
#14
Namo Buddhaya... ;)

Dear Bro and Sis,

Kalau diceritakan pasti akan sangat panjang dan lebar ;)

Pada prinsipnya, saya senantiasa mempertanyakan segala doktrin yang diajarkan pada saya, entah itu yang dari doktrin Kejawen, maupun dari doktrin agama lama saya ; I***M.

" Darimanakah asalku ? ", dijawab, " Dari Tuhan, diciptakan Tuhan "
" Kalau aku diciptakan Tuhan, siapa yang menciptakan Tuhan ", dijawab, " Tidak ada yang menciptakan Tuhan, karena Tuhan adalah Maha-Pencipta, Asal mula dari semuanya "

" Lalu, jika sebelum ada aku, yang ada adalah Tuhan ; lalu, sebelum Tuhan ada, siapa yang ada ?  Atau, sebelum ia jadi Tuhan, dimanakah ia tadinya berada ? " mulai pertanyaan ini tidak bisa dijawab. Dan seterusnya, dan seterusnya... ;)

Pertanyaan itu, telah mulai saya pertanyakan sejak sangat keciill sekali.., belum sekolah, setidaknya saya pertanyakan sejak saya mulai pinter bicara... ;)

Lalu, semenjak itu teruslah bertanya.. bertanya... .

Mungkin karena ada tradisi Kejawen, jadi kemudian saya mengenal meditasi ( semedi ; Jawa ).

Someday, when I was very little child, saya berkata, "Saya sudah pernah dilahirkan, jauh sebelum masa yang sekarang... . Terakhir kali, ratusan tahun yang lalu, di tanah Jawa ini juga.. Saya mati karena " bla bla bla bla ".., saya lahir kembali karena " bla bla bla bla "... .  Setelah itu, saya tidak di alam manusia.. ,tapi di " bla bla bla "... dst." .

Semenjak itu, jika saya beragama I***M, maupun mendapat pelajaran agama itu di sekolah, itu hanya menjadi formalitas saja.  Semasa sekolah dasar, jika tiba pelaran agama I***M, apa yang membuat saya tertarik terutama sekali adalah kisah2 para Nabi.. .  

Yang sekarang membuat saya tersipu malu, saya waktu itu tertarik pada kisah2 kehebatan Nabi M******D yang selalu menang dalam berbagai peperangan ; ketertarikan saya ini mungkin mirip dengan ketertarikan anak2 kecil yang bercita2 menjadi Tentara atau Polisi, sehingga saya menganggap Nabi M******D sangat hebat .

Padahal, setelah gedhe begini, apalagi semakin menghayati Buddha-Dhamma, peperangan dan pembunuhan makhluk hidup dengan berbagai alasan apapun, adalah tidak baik dan tidak bisa dibenarkan.

Sebelum bertemu Buddha-Dhamma, saya sempat mengalami krisis identitas.

Mengapa ?  Sebab, apa yang menjadi keyakinan saya, tidak bisa diterima oleh agama2 samawi yang ada. Waktu itu, saya sama sekali tidak pernah mempunyai kesempatan mengenal Buddhisme, karena : tidak ada teman yang beragama Buddha, di sekolah maupun kuliah tidak ada informasi mengenai Buddhisme.., singkatnya saya sangat asing dengan Buddhisme.

Krisis identitas yang terjadi, cukup membuat batin saya bergejolak.

Bahkan, saya sempat berpikir, "Wah, barangkali saja nih pandanganku bisa jadi agama baru" :D
( wkwkwkwkwkwkwk ).

Apa yang tidak bisa diterima di agama2 samawi sementara hal yang tidak bisa diterima itu telah menjadi keyakinan saya ? Ialah :

1.  Pertama dan terutama, saya menolak konsepsi adanya "Pencipta" yang menjadi "Ayah" dari semua makhluk, yang "Maha-Kuasa", dll., dst.
2.  Bagi saya semua yang bekerja ini hanyalah hukum alam, hukum sebab-akibat ( waktu itu belum mengenal "Panca-Niyama", tapi hanya secara global ada hukum2 alam yang bekerja dengan sendirinya ).
3. Saya memandang adanya proses kelahiran-kembali dari makhluk2 hidup.
4. Saya memandang , tanpa beragama pun manusia bisa masuk ke surga asalkan ia menjaga hidupnya dengan sebaik2nya, tanpa merugikan makhluk2 lain. Bahkan, orang2 yang beragama tertentu yang dinyatakan menjadi lisensi untuk bisa masuk surga pun, belum tentu bisa masuk surga bila hidupnya tidak baik.
5. Saya menganggap, bahwa semua manusia itu sama adanya, dan mempunyai potensi yang sama untuk meraih kesempurnaan. Sehingga, dengan ini saya menolak adanya "Manusia-Pilihan" dimana dia adalah satu2nya yang bisa menjadi istimewa hanya karena menyatakan ia mendapat "Klaim-Illahiah" sebagai pilihan Tuhan, kekasih Tuhan, Utusan Tuhan, dan lain2 sebagainya.


Nah, suatu ketika, muncullah pemikiran dalam diri saya, " Saya sendiri telah memaklumi dalam diri saya sendiri, bahwa saya sudah pernah hidup di tanah Jawa ini ratusan tahun yll.  Nah, pada jaman itu, agama yang berkembang adalah agama Hindu-Buddha.  Sangat mungkin sekali, bahwa keyakinan yang ada dalam batin saya sekarang ini, adalah bersumber dari ajaran Hindu-Buddha. Mengapa saya tidak mencari informasi mengenai ajaran Hindu-Buddha ?"

Berangkat dari kesimpulan itu , saya mulai mencari2 informasi mengenai agama Hindu-Buddha.

Saya mulai pergi ke kelentheng, ke vihara Mahayana.
Tapi, saya tidak menemukan sesuai apa yang ada di keyakinan saya.

Saya pergi ke vihara Buddhayana.
Masih ada yang mengganjal, meskipun saya mulai menemukan benang merah.

Sebelum akhirnya bisa "menemukan" , saya pergi ke sebuah "PURA".
Disana saya mencoba mempelajari agama Hindu.
Tapi, ternyata tidak sesuai dengan keyakinan yang sudah ada dalam batin saya.
( Terutama karena, saya menolak adanya "Tuhan-Pencipta" ).

Akhirnya, saya pergi ke sebuah vihara Theravada.

Disana saya membaca buku "Ketuhanan YME dalam agama Buddha" tulisan Dr.Cornelis Wowor. Hati ini mulai berdegup2 seperti ketemu "kekasih".. .

Ditambah kemudian membaca buku2 Bhante Narada Mahathera ; seperti buku tentang hukum karma, dan buku "Sang Buddha dan Ajaran2-Nya".

Wuahh.., luar biasa... ! ;)

Saya menemukan suatu agama yang bisa meng-"konfirmasi"-kan keyakinan saya.
Ternyata, apa yang menjadi Keyakinan saya selama ini, yang bertentangan dengan ajaran2 agama samawi dan juga agama Hindu ;  adalah sangat bersesuaian dengan ajaran Buddha [!] .

Hati saya senang luar biasa.. .

Ternyata, saya sudah tidak perlu lagi membuat "AGAMA-BARU"  (  :D   )

Saya berkata dalam hati, "Sangat mungkin, apa yang menjadi keyakinan saya selama ini bersumber dari Ajaran Buddha.  Karena, bahkan berdasarkan ingatan saya ( yang saya yakini sendiri )  bahwa saya dulu pernah hidup di Jawa sini dengan suatu kronologis cerita yang juga saya hayati hingga kematiannya... , saat itu agama yang berkembang adalah agama Hindu-Buddha.  Dan, sehingga pula saya tidak heran, mengapa keyakinan yang muncul dari dasar samudera alam bawah sadar saya, sangat sesuai dengan ajaran Buddha."

Sejak itu, semakin dalam meng-explore lagi.., semakin dalam lagi menghayati perjalanan hidup saya, dan semakin dalam menghayati Buddha-Dhamma. Dan, saya menemukan kebahagiaan.

Saya tidak lagi mengalami krisis-identitas, karena identitas saya sekarang jelas , bahwa saya beragama Buddha ; bahwa agama Buddha adalah yang sesuai dengan keyakinan dan pengalaman batin yang saya hayati.

Setelah itu, jelas dengan sangat lega dan mudah sekali saya berganti agama dan mencantumkan nama agama "BUDDHA" dalam KTP.. , dan sangat mudah sekali meninggalkan agama yang sebelumnya, karena memang sudah sejak sangat lama tidak sesuai dengan keyakinan dan pengalaman batin yang saya hayati.

Mengenai ajaran yang lama yang pernah saya pelajari, saya simpan dalam kotak kenangan kehidupan dan saya simpan di lemari / bank memori saja, tanpa perlu diutak-atik kembali. ;)

Demikian kurang-lebihnya.

Sukhi hotu.

Mettacittena.


_/\_  

#15
wah, saya termasuk ini... :)

Rasanya lega.., ploong.., mak nyusss... :)