This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
Show posts MenuQuote from: dilbert on 17 March 2014, 11:38:35 AM
Seharus-nya sikap kepada semua makhluk harus-nya sama... tidak hanya kepada orang terdekat, orang yang berhubungan darah atau kekerabatan. Jadi yah kalau tidak takut mati, gak usah kasih tahu...
Selain jujur, maka harus juga bijak... Jadi kalau-pun misalnya kita tahu persembunyiaan orang yang dicari-cari, kita bisa saja tetap jujur dengan ngomong begini : "Saya tahu, tetapi saya tidak akan memberitahu anda. Mungkin anda mau memberitahu masalah-nya, dan mungkin saya bisa memberikan masukkan kepada anda supaya ada solusi-nya."
Quote
Terdengar lagi suara "Kuek! Kuek!" sebelum si cowo mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.
Si cewe sudah hampir mengangis, "Tetapi itu ayam..."
Si cowo melihat air mata yang mengambak di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, teringat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, " Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."
"Terima Kasih, Sayang," kata si cewe sambil menggenggam tangan cowonya.
"Kuek! Kuek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.
Maksud dari cerita bahwa si cowo akhirnya sadar : siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu.
Berapa banyak hubungan pacaran atau pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan yang sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek?"
Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. hubungan pacaran atau Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.
Quote from: dilbert on 14 March 2014, 10:41:43 AM
Kalau tidak takut mati, diam aja... Dan "SIAL-nya" para orang suci biasa-nya tidak takut mati, tetapi menghindari utk melakukan perbuatan/perkataan/pikiran yang ber-asosiasi dengan Lobha, Dosa dan Moha...
Jadi kalau saya sudah masuk ke tahapan kualitas bathin seperti itu, yah mungkin saja akan berlaku seperti itu... Kalau masih belum, mis : takut mati, mungkin aja kasih tahu...
Quote from: Kainyn_Kutho on 10 March 2014, 10:03:07 AM.
Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya
Quote from: dilbert on 13 March 2014, 11:47:23 AM
Kalau bisa lari : lari...
Kalau tidak bisa lari :
- Kalau tidak takut mati, yah pasrah saja... bisa saja dibunuh atau bisa juga tidak dibunuh
- Kalau takut mati, bisa juga ngaku dan nunjuk arah-nya (bisa juga kemudian dibunuh atau bisa tidak dibunuh), atau bohongi orang-nya...
Inti-nya kembali ke citta masing-masing sewaktu kejadian tersebut berlangsung... Mana yang salah dan benar ? Terlalu debatable (dapat diperdebatkan) kalau mengenai salah dan benar-nya, tetapi setiap tindakan ada konsekuensi-nya.
Quote from: dilbert on 12 March 2014, 10:55:30 AM
Dhammapada, V:6. Kisah Tiga Puluh Bhikkhu Dari Paveyyakab
Dalam perjalanan dari Uruvela ke Benares, pada suatu hari Sang Buddha tiba di perkebunan kapas dan beristirahat di bawah sebatang pohon yang rindang. Tidak jauh dari tempat itu, tiga puluh orang pemuda sedang bermain-main yang diberi nama Bhaddavaggiya. Dua puluh sembilan orang sudah menikah, hanya seorang belum. Ia rnembawa seorang pelacur. Selagi mereka sedang bermain-main dengan asyik, pelacur tersebut menghilang dengan membawa pergi perhiasan yang mereka letakkan di satu tempat tertentu.
Setelah tahu apa yang terjadi, mereka mencari pelacur tersebut. Melihat Sang Buddha duduk di bawah pohon, mereka menanyakan, apakah Sang Buddha melihat seorang wanita lewat di dekat situ. Atas pertanyaan Sang Buddha, mereka menceritakan apa yang telah terjadi.
Kemudian Sang Buddha berkata, "Oh, Anak-anak muda, cobalah pikir, yang mana yang lebih penting. Menemukan dirimu sendiri atau menemukan seorang pelacur?" Setelah mereka menjawab bahwa lebih penting menemukan diri mereka sendiri, maka Sang Buddha kemudian berkhotbah tentang Anupubbikatha dan Empat Kesunyataan Mulia. Mereka semua memperoleh Mata Dhamma dan mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah ditahbiskan, mereka dikirim ke tempat-tempat jauh untuk mengajarkan Dhamma.
Quote from: dilbert on 11 March 2014, 05:30:38 PM
Gimana jawaban Buddha ketika ketemu Pangeran Lichavi yang mencari-cari seorang penyanyi yang telah mencuri perhiasan mereka ?
Quote from: juanpedro on 12 March 2014, 08:27:53 AM
*bukankah ini namanya mereka-reka masa lalu?
** iya, memiliki 'ego lebih suci' dari yang makan daging.
Quote from: Kainyn_Kutho on 10 March 2014, 10:03:07 AMmis prajurit tsb juga mengancam, jika tidak memilih, maka semua mati. Maka bila pasturnya tidK memilih berarti dia membunuh juga? karena ia sadar bila ia tidak memilih hasilnya adalah kematian makhluk yang lebih bnyak. Gimana kalo gt?
Bagi saya pribadi, memang sebuah perbuatan disebut 'membunuh' tidak bisa ditentukan secara sederhana seperti penerapan 5 kriteria mutlak. Tapi itu 'kan opini pribadi saya.
Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya. Dan benar, jika saya memilih dokter kandungan yang kebetulan Buddhis, saya akan tanyakan mengenai ini. Karena jika dalam kasus komplikasi harus memilih mengorbankan salah satu, misalnya ibu/anak, atau anak1/anak2 (dalam kasus kembar {siam}), takutnya si dokter ternyata Sotapanna dan membiarkan kamma saja yang bekerja.
QuoteKalau menurut saya Bodhisatva tersebut melakukan akusala dengan membunuh makanya masuk neraka tapi juga ada kusalanya dari niatnya menyelamatkan orang. n saya tidak paham tentang kusala akusala yang mengacu pada opini orang tapi acuan saya menurut teori Buddhis.
Memang perhitungan yang absurd. IMO, "penyalahan" cenderung oversimplify dan "pembenaran" cenderung overcomplicate. Saya pribadi tidak cocok keduanya.
Dan kembali lagi, di sini saya hanya mau tahu pemahaman masing-masing orang di sini terhadap definisi pembunuhan, jadi bukan mau "menetapkan" mana benar dan salah, mana kusala dan akusala. Sangat wajar bahwa kusala menurut satu orang adalah akusala bagi orang lain.
Quote from: Kainyn_Kutho on 03 March 2014, 09:10:16 AM
Iya, mirip tapi sebetulnya sangat berbeda.
Jadi dibanding kasus ikan, kesamaannya adalah:
1. Sama-sama mengetahui dan sadar bahwa perbuatannya menyebabkan kematian makhluk
2. Perbuatan dilakukan
Perbedaannya adalah dalam kasus ikan, tujuannya adalah ikan mati dan disantap, sedangkan dalam kasus si pastor tujuannya adalah sebagian mati agar sebagian lain hidup. Apakah hal ini yang menyebab satunya disebut pembunuhan dan satunya lagi bukan pembunuhan?
Mengenai "tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh" ini tidaklah relevan sebab kita tidak mengetahui masa depan. Bisa saja si prajurit Nazinya cuma bercanda, atau 5 detik kemudian kalau si pastor ga milih, langsung sakit jantung dan mati. Ikannya juga mungkin aja waktu mau dibunuh lompat ke selokan dan ngabur, berarti karena dipilih, malah jadi ter-fang-sheng.
Quote from: Kainyn_Kutho on 07 March 2014, 09:43:32 AM
Berarti pasti akusala dan harus dihindari, bukan?
-------
Ada yah sutra-nya? Saya sering dengar ceritanya tapi tidak tau kalau itu dari sutra, kirain kisah-kisah tradisi seperti cerita inspirasi senar oleh pemusik lewat saat bodhisatta menjelang pencerahan.
Kalau pakai konsep akuntansi begini juga jadi lebih pelik lagi. Bagaimana kalau ternyata orang-orang yang akan dibunuh itu akan membunuh lebih banyak orang lagi. Jadi bunuh 1 menyelamatkan 99, tapi 99 masing-masing akan membunuh 100 orang. Akhirnya 99 terselamatkan, tapi 9900 + 1 orang jadi mati. Bukankah bodhisattva jadi penyebab bencana? Tidak juga, siapa tahu 9900 itu akan membunuh masing-masing 100 orang lagi ... <ad infinitum>
Tidak ada habisnya. Mending bom nuklir aja satu dunia.
Itu 'kan kalo bodhisattvanya jagoan atau sakti, di sini pastornya tidak berdaya juga (tidak seperti Priest Class di MMORPG) jadi pilihannya terbatas.
Quote from: morpheus on 18 November 2013, 05:06:14 PM
cinta bisa pudar. yang disebut orang sebagai cinta kebanyakan adalah cinta diri. di saat diri tidak lagi memperoleh keuntungan apalagi mengalami penderitaan, cintapun hilang. derita itu bisa derita mental, bisa derita fisik, dimana kedua2nya bisa bersumber dari masalah uang.
sori kalo ngomongnya pahit