Namo Buddhaya,
Dalam bayi tabung kadang ada embrio dibuang, apakah termasuk aborsi? Bagaimana pandangan Buddhis?
Dalam bayi tabung kadang ada embrio dibuang, apakah termasuk aborsi? Bagaimana pandangan Buddhis?
Semoga anda berbahagia 
This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
Show posts MenuQuote from: Arya Karniawan on 10 November 2018, 08:14:28 AM
boleh diceritakan lebih lanjut?

Quote from: allthingmustpass on 30 September 2013, 08:01:59 AM
salam suhu-suhu sekalian, saya mau curhat mengenai isi hati saya dan mohon masukkannya.![]()
saya adalah pria berusia 25 tahun. lulus S1 dari salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. memiliki fisik yang sehat. dan memiliki pekerjaan yang cukup lumayan untuk seorang lajang.
entahlah, saya semenjak SMP (saat saya sudah akil balig) sudah mulai bertanya apakah tujuan hidup ini. kenapa orang bisa "gila" dengan dunia ini. dan kenapa dunia ini terlalu gila untuk manusia waras untuk hidup.
Lalu saya mencari jawabannya di agama. kebetulan saya dilahirkan dari keluarga K yang sangat fanatik dan itu cukup mempengaruhi masa kecil hingga dewasa saya. Saya belajar agama begitu rajin (SMP hingga SMA), hingga saya yakin secara ilmu agama saya sudah begitu kuat. Buku-buku teologis, apologetika, sejarah gerja awal dan lain-lain sudah saya lahap yang harusnya seumur itu seorang kr****n cuma biasanya ikut KKR, perkumpulan remaja atau paling tinggi ikut studi confirmation iman.
Ilmu Teologis kekr****nan saya, saya rasa sudah begitu banyak, namun tidak dengan iman saya. Tuhan di agama K tidak sesuai dengan logika saya. saya tentu tidak akan menjabarkan alasan-alasan secara spesifik disini
Hati saya kosong dan hampa. sehingga saya beberapa kali mencoba bunuh diri di masa SMP-SMA, namun tidak ada yang berhasil. Akhirnya di akhir SMA saya memutuskan saya non religious hingga saya menemukan arti hidup ini.
setelah saya baru masuk kuliah, apatis saya terhadap dunia ini semakin menjadi-menjadi. Setelah kuliah saya langsung pulang ke kosan bahkan saya pernah satu semester tidak kuliah...Dikamar hanya main game dan ngeinternet saja. akhirnya kuliah berantakan dan sayapun makin tidak semangat hidup. Kembali lagi saya ingin bunuh diri atau sekalian saja saya masuk rumah sakit jiwa... hidup tidak cocok untuk saya. itu saja yang saya pikirkan.
namun dikeputusasaan saya itu ada senior saya di unit kemahasiswaan yang menolong saya mencari arti hidup ini. Dia menginspirasi saya kalau hidup itu bisa bahagia kalau kita punya materi. mau bahagia ya kaya. ya logikanya kalau ente lagi sedih, diajan nonton di bioskop terus clubbing. pulangnya senang kan?? kalau kamu ga semangat gini, kuliah kacau, duit ortu lu tambah habis... malah lu ga jadi orang. gimana mau bahagia? masalah tuhan atau hantu itu semua ga ada. enjoy your life aja lah. uda ga enjoy lagi ya matek aja.
... ya ini pandangan hedonis. pandangan yang tabu bagi masyarakat di Indonesia. saya terima pandangan ini dan saya jalani. DAN INI YANG SAYA RENUNGKAN MALAH NANTINYA JADI BUMERANG BAGI SAYA. Saya menjadi semangat hidup lagi. Saya belajar keras di studi saya, dan berusaha sampingan (trader saham dan forex). karena tujuan hidup saya ya wanita, uang, kesenangan... itu saja. Terkadang masih ada keinginan bunuh diri dan tidak semangat di saat itu. kalau ada pikiran seperti itu saya langsung keluar, clubbing mabuk apapunlah. dan selalu setelah itu saya bebas dari pikran bunuh diri/tidak ada semangat.
akhirnya setelah begitu lama kuliah, saya lulus. dan setelah lulus saya langsung bekerja. ini terjadi sekitar 3 bulan lalu. saya rasa ini mimpi kebanyakan para fresh graduate, lulus langsung kerja. apalagi seorang hedonis.
setelah bekerja ini, saya memiliki lingkungan yang baru. tidak ada masalah dengan lingkungan ini...karena saya juga kurang begitu suka bersosialisasi. jangan menganggu dan jangan diganggu saja. Dan kejadian kehampaan kembali merasuk ke badan saya...
saya kembali menanyakan diri sendiri tentang arti hidup ini.... terkadang saya sampai tidak tidur untuk browsing dan sebagainya. GILANYA MALAH KEMELEKATAN SAYA TERHADAP MATERI YANG DULU MEMBUAT SAYA SEMANGAT MALAH MEMBUAT SAYA MAKIN HAMPA SEKARANG.... saya sekarang sudah mandiri secara ekonomi. cita-cita lulus dan mempunyai penghasilan yang lumayan sudah saya dapat. terus apa lagi?? ngumpulin duit sampe bikin instana, apakah setelah itu kamu bahagia?? itu terpikirkan terus sama saya...mindset hidup adalah utamanya untuk mencari kenikmatan runtuh. saya kehilangan tujuan hidup lagi
akhirnya pikiran saya menjadi-menjadi. mungkin menjadi sedikit gila. saya jadi paranoid terhadap manusia lain dan tidak mau keluar kamar kecuali cari makan dan saya seringnya cuma makan 1 kali sehari (kebetulan saya sedang tidak kerja lapangan saat ini). saya takut nonton tv dan baca internet. karena saya begitu sensitif terhadap berita perang, terorisme dan lainnya. benar-benar hidup serasa di neraka menurut saya. Ingin menangis tapi air mata tidak bisa keluar.
apa yang bikin saya senang dulu (dugem, ngumpulin uang, main cewek) malah menakutkan sama saya. memori-memori hedonis saya seperti mimpi buruk karena itu semua seperti narkoba... enak sesaat tapi efek selanjutnya menghancurkan diri sendiri.
laporan pekerjaan saya juga dikejar-kejar bos. luar biasa rasanya penderitaan ini. bunuh diri lah mungkin cuma solusinya. Tapi setelah belajar buddhisme beberapa waktu itu, saya percaya bunuh diri malah membuat saya ke kehidupan yang lebih menderita. saat ini opsi bunuh diri masih saya urungkan. mungkin saya akan mati karena sakit makan tidak teratur dan pikiran saya yang kacau ini saja.
Bagaimana supaya supaya saya bisa semangat lagi dalam hidup ini?
apakah saya sudah sakit jiwa (mungkin ada dokter disini)?
bagaimana kalian bisa bertahan hidup dalam ketidakpastian dunia ini? apalagi saudara/i yang sudah punya anak.
apakah yang bisa saya jadikan pegangan dalam hidup ini?
mohon masukannya teman-teman sekalian
Quote
Tapi setelah belajar buddhisme beberapa waktu itu, saya percaya bunuh diri malah membuat saya ke kehidupan yang lebih menderita
Quote'Sejak saat, Ānanda, ketika seorang bhikkhu tidak lagi menganggap perasaan sebagai diri, atau diri yang tidak terlihat, atau sebagai yang terlihat dan adalah sifat yang hanya bisa dirasakan, dengan tidak menganggap demikian, ia tidak melekat pada apa pun di dunia ini; karena tidak melekat, ia tidak bergairah oleh apa pun juga, dan dengan tidak bergairah, ia memperoleh pembebasan diri, dan ia mengetahui: "Kelahiran telah selesai, kehidupan suci telah dijalani, telah dilakukan apa yang harus dilakukan, tidak ada apa-apa lagi di sini."'
Quote from: DianBatara on 26 September 2013, 11:16:04 AM
Update info, Hari ini adalah hari terakhir. Bukan hari Jumat.
Bagi yg berminat dipersilahkan datang. Juga tersedia kuis berhadiah tour ke Candi Borobudur
Quote from: DNA on 26 September 2013, 08:38:21 AM
Hi kiyomi,
Utk inpatient: kamar 150K /hari, kunjungan GP 62.500/hari, konsultasi SP 87.500 /hari
utk outpatient: konsultasi GP 25.000, konsultasi SP 75.000, obat 1.2jt/thn, tes diagnosa 600K / thn
itu utk staf biasa (lokal), kami ga ada pembagian level jabatan lagi krn emang cuma 2 staf..
atasan langsung uda expat, asuransi dia sih uda dari negara asalnya sendiri (kantor pusat) yg benefit asuransinya corporate. saya jg ada tanyain ke perusahaan asuransi yg sama dgn punya dia (tanya ke cabang yg di indo), apa bisa kita yg di indo dihitung corporate jg, kata si agent sebetulnya bisa.. tp harus beli polis di sana, biarpun perusahaan asuransinya sama, beda negara, beda kebijakan.. dan nanti administrasinya repot wkt mau klaim kirim lagi ke luar negri.
saya emang terpikir mau ajuin spt begitu juga.. seperti tempat kerjaku yg sebelumnya dpt tunjangan kesehatan sebesar 1x gaji di akhir tahun, tapi potong premi asuransi kesehatan dari perusahaan, asuransinya cuma murah krn produk perusahaan dan utk karyawan group sendiri. Tapi kalo ngajuin begini, ada kemungkinan ditolak krn kantor pusat semua lwt asuransi, dan mgkn HR ga mau pusing, setengah asuransi, setengah tunjangan, lagian budgetnya kan jadi lbh gede kalo dibikin begitu.. kalo tetap 2.9 juta tok dibagi (beli asuransi + tunjangan), ya malah jd tambah kecil ya jaminannya?
Btw, budget utk tunjangan kesehatan di kantor kamu brp? dikasih setahun sekali atau tiap bulan?
Quote from: DNA on 25 September 2013, 10:51:04 AM
Dan ada yg bisa kasih tau ga, sebetulnya berapa sih standar biaya pengobatan menurut (cost of living) di Indonesia (Jakarta)? Ada referensinya gitu biar bisa saya tunjukin ke HR dan bos saya yg expatriate?
