Peraturan untuk bhikkhuni lebih banyak dari bhikkhu adalah hal yang WAJAR-WAJAR saja. Ini jelas bukan diskriminasi. Umat Buddha biasa perempuan saja banyak peraturan. Bagi umat awam wanita di rumah tentu lebih banyak peraturan dari umat laki-laki di rumah. Contoh: seorang anak perempuan tidak boleh sembarangan pergi sendirian, kalau duduk harus ada aturan menutup kedua kaki, dan lain sebagainya. Sekali lagi BUKAN DISKRIMINASI. Ini adalah untuk melidungi para bhikkhuni secara fisik maupun secara batin. Jangan sampai ada umat yang mengaku umat Buddha tetapi meragukan kebijaksanaan Sang Buddha (Vicikiccha).
Bhikkhuni yang sudah senior tidak boleh menegur bhikkhu yang walaupun baru ditabhiskan. Ini adalah untuk melindungi bhikkhuni dari sifat ego dan sombong "menguasai laki-laki". Dalam Anguttara Nikaya dan Majjhima Nikaya ada disebutkan tentang sifat negatif wanita yang salah satunya adalah "menguasai" laki-laki. Kalau sudah mendapat kesempatan menguasai dan mengatur laki-laki, seseorang sulit mencapai kesucian. Contoh saja PM Margaret Thatcer (PM Inggris tahun 80-an) yang memerintah dengan strength. Contoh lain Hartati Murdaya yang menguasai banyak laki-laki (sehingga banyak yang takut dan nurut).
Bhikkhuni yang sudah senior tidak boleh menegur bhikkhu yang walaupun baru ditabhiskan. Ini adalah untuk melindungi bhikkhuni dari sifat ego dan sombong "menguasai laki-laki". Dalam Anguttara Nikaya dan Majjhima Nikaya ada disebutkan tentang sifat negatif wanita yang salah satunya adalah "menguasai" laki-laki. Kalau sudah mendapat kesempatan menguasai dan mengatur laki-laki, seseorang sulit mencapai kesucian. Contoh saja PM Margaret Thatcer (PM Inggris tahun 80-an) yang memerintah dengan strength. Contoh lain Hartati Murdaya yang menguasai banyak laki-laki (sehingga banyak yang takut dan nurut).
