Quote from: Kainyn_Kutho on 18 October 2012, 03:21:14 PM
Anda merujuk penggunaan 'aku' ke mana dulu nih? Kalau secara konvensional, Buddha pun masih mengatakan 'aku'. Bahkan merujuk pada kehidupan masa lampau pun, Buddha dan para muridnya masih menggunakan 'aku pada waktu itu...'.
Nah, jadi anda mau bicara 'aku' dari sisi penunjukan bahasa, ataukah secara 'teknis', karena menurut dugaan saya, anda masih terbiasa dengan konsep 'roh'.
Bukan, saya bukan membayangkan konsep roh.
Sebelumnya bro Kaiyn menulis:
"Misalnya sekarang si A 'cantik, pintar, baik', lalu setelah beberapa lama bergaul dengan orang yang tidak baik kerjanya konsumsi narkoba, berantem, dll. Kecantikannya memudar, kepintarannya sirna, dan kebaikannya lenyap. Apakah A masih disebut individu yang sama?"
Si A yang sebelumnya cantik, pintar, baik, berubah menjadi yang sebaliknya. Maka A bukan lagi individu yang sama seperti sebelumnya.
Jika saya buat pemisalan:
- A sewaktu bayi: Tidak cantik dan tidak jelek, tidak pintar dan tidak bodoh, tidak baik dan tidak jahat.
- A umur 20 tahun: Cantik, pintar, baik
- A umur 30 tahun: Tidak cantik, tidak pintar, tidak baik.
Karena kehidupan A fluktuatif, berarti selama hidupnya si A tidak bisa menyebut dirinya "aku", atau dengan kata lain, tidak ada "aku" bagi si A.
Apakah begitu bro Kaiyn? (CMIIW)
