News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu
Menu

Show posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.

Show posts Menu

Messages - dakota

#1
Chan atau Zen / Re: Kucing sang guru
23 April 2012, 06:31:53 PM
Quote from: morpheus on 23 April 2012, 04:50:35 PM
dari pengamatan saya, jelas lebih banyak yang membebek...
kalau orang lain bicara begitu saya akan balik "mencibir" mereka, yah mencibir lagi haha

tapi kalau yang bicara kamu, seperti menampar muka saya,  ;D


#2
Quote from: adi lim on 22 April 2012, 06:38:12 AM
ndak perlu atau only talk !

Quotebold : aliran Buddhayana kali 

benar'kan saya bilang ndak perlu ditunjukkan, toh udah nongol sendiri gayanya, hahahaha



 
#3
Quote from: will_i_am on 22 April 2012, 12:15:04 AM
anda belum mencoba kok bisa tahu??

belum dibuktikan lho...
EHIPASSIKO... =)) =)) =))

saya blm pernah coba lho  loncat dari atas gedung 30 lantai, tapi saya tahu bakal mati.
bodoh 'kan kalo saya harus ehipassiko utk yg ini, hahahaha
#4
Quote from: will_i_am on 21 April 2012, 11:51:17 PM
sepertinya pertanyaan yang saya tanyakan masih wajar..
bagaimana saya bisa meneladani tulisan orang yang tidak mempraktikkannya sendiri??


intinya saya hanya bertanya, apakah tulisan di atas itu termasuk cibiran atau bukan??
cukup dijawab iya atau tidak (atau boleh bilang "tidak mau jawab" kalau memang perlu)

sejak kapan anda merasa penting utk meneladani orang yg mempraktikkan sendiri apa yg mereka ucapkan? memangnya anda sendiri sudah mempraktikkan sendiri apa yg anda pelajari? saya jg merasa ndak ada yg perlu diteladani dari tulisan2 anda yg tidak mencerminkan anda sdh berpraktik sesuai dgn Dhamma. Saya jg tdk memaksa anda meneladani saya , setidaknya saya masih sadar mmg saya blm smpurna. :))

masalah cibiran ,saya bilang bukan substansi dari diskusi di atas ini menyambung dari diskusi dgn mas tidar. apa itu kurang jelas? memang saya tdk bermaksud mencibir, tapi hanya menyampaikan atas kesan yg terjadi dari rangkaian gaya diskusi di DC. tapi skali lagi, karena bukan substansi dari apa yg ingin saya sampaikan, maka saya tidak langsung menjawab.   
 
#5
Quote from: Mas Tidar on 21 April 2012, 11:54:20 PM
mohon ditunjukan kesalahan para anggota DC sesuai dengan argumen Anda berdasarkan kesalahan yang telah dilakukan devadatta & pertapa telanjang.

ndak perlu. toh percuma, setelah saya tunjukkan juga orang akan dgn mudahnya berkilah lagi dan lagi.  :P
 
#6
Quote from: will_i_am on 21 April 2012, 10:54:48 PM
ini termasuk cibiran bukan??   ??? ??? ???

itu pula yg anda tanggapi.
  bukan itu mas substansinya, tapi mengenai 2 catatan yg mas tidar paparkan.
#7
Quote from: Mas Tidar on 21 April 2012, 10:54:22 PM
ada idealis atau realistis, mau pilih mana ?

cibir mencibir itu sudah ... sudah biasa banget ... sudah lama banget ...
Sang buddha sndiri juga dicibir oleh devadatta, pertapa telanjang dll

cibiran juga bisa dijadikan bahan pertimbangan dan refleksi ke-2 dari belah pihak.

kalau sang buddha dicibir oleh devadatta dan  petapa telanjang, apa lantas para anggota DC pantas meniru kesalahan devadatta dan petapa telanjang? begitukah cara refleksi yang benar?   
#8
Quote from: Mas Tidar on 21 April 2012, 10:16:38 PM
hal ini, ide upaya penyatuan, hanya terjadi di indonesia saja. CMIIW.
upaya yang kongkrit dari sebagian orang adalah baik dan sudah dijadikan contoh yang baik.
tapi Anda juga tetap harus mempertimbangkan, kelompok yang tetap memegang teguh kelompoknya dengan catatan:
- memegang teguh nilai2 dasar yang ditulis paling atas (10 poin)
- menghormati kelompok yang lain dan saling berjalan beriringan.

bagi kami 2 catatan tsb sudah cukup,
kalau adapun sekte/kelompok lain yang ingin menamakan ini/itu, sekali lagi merujuk pada 10 poin yang telah ditulis diatas ndak boleh ditinggalkan. itu saja.

dua catatan ini kedengarannya idealis.  tapi  DC di sini sepertinya tdk mengindahkannya. Tercermin dr kesukaan cara mereka mencari celah2 sekte lain dengan cibiran/sindiran. Singkatnya 2 catatan di atas , semangatnya sangat tercermin dari organisasi Buddhayana, World Fellowship of Buddhist,  sebaliknya terkesan Kering kelontang kalo di DC. Yah stidaknya ini kesan yg muncul dari cara mereka berdiskusi. haha 
#9
Chan atau Zen / Re: Kucing sang guru
21 April 2012, 10:13:55 PM
Quote from: morpheus on 21 April 2012, 09:56:53 PM
saya rasa buddhisme tidak punya preference bagaimana harus menangani mayat.
kremasi dipilih oleh sebagian orang karena ada keuntungan2 tersendiri:
http://en.wikipedia.org/wiki/Cremation#Reasons_for_choosing_cremation
setidaknya dari pemaparan Mahaparinibbana Sutta mencerminkan pengikut Buddha toh mengikuti (*baca: melekat) juga tradisi2 masa itu:
  Lalu suku Malla dari Kusinara itu berkata kepada Ananda demikian : "Bagaimana seharusnya kita melakukan penghormatan dalam memperabukan jenasah Sang Bhagava?"
"Vasetha, sama seperti cara menghormati jenasah seorang Raja Jagad."
"Tetapi bagaimanakah seharusnya kita berlaku untuk menghormati Raja Jagad itu?"
"Jenasah seorang Raja Jagad itu pertama-tama di bungkus seluruhnya dengan kain linen yang baru, dan kemudian dengan kain katun wool baru pula.
Sesudah itu dibungkus lagi seluruhnya dengan kain linen yang baru, dan lagi dengan kain katun wool yang telah dipersiapkan. Dan begitulah selanjutnya dilakukan sampai lima ratus lapisan kain linen dan lima ratus kain katun wool. Setelah itu dikerjakan jenasah Raja Jagad dibaringkan dalam suatu peti dengan dicat meni, lalu dimasukkan lagi ke dalam peti dengan dicat meni, dan suatu Pancaka (tempat perabuan) didirikan dari berbagai macam kayu wangi-wangian; di situlah jenasah seorang Raja Jagad diperabukan, dan pada perempatan (pertemuan empat jalan) didirikan sebuah stupa bagi Raja Jagad itu. Demikianlah hal itu seharusnya dilaksanakan."
"Vasetha, demikianlah sama seperti halnya jenasah seorang Raja Jagad begitu pula harus dilakukan pada jenasah Sang Tathagata. Dan barang siapa yang datang ke tempat itu membawa bunga-bungaan, atau dupa, atau serbuk cendana dan melakukan kebaktian serta penghormatan di sana mereka akan memperoleh kebahagian, untuk suatu waktu yang lama."
#10
Chan atau Zen / Re: Kucing sang guru
21 April 2012, 09:37:12 PM
bagaimana dengan tradisi kremasi yang ditiru oleh buddhisme dari brahmanisme?
itu juga ikut tradisi bukan?  kalo bukan, utk apa harus dikremasi bagi orang mati? apa gunanya?


#11
Quote from: Mas Tidar on 21 April 2012, 07:43:39 PM
mahayana mana yang dimaksud ?
dalam bentuk usaha apa penyatuan tsb ?
adakah usaha nyata ? berikan contoh photo atau scanning documents yang menguatkan argumen Anda ttg usaha "penyatuan" tsb.

organisasi Buddhayana saya rasa cukup konkrit utk mewakili upaya penyatuan tersebut. Meski ndak secara eksplisit menyatakan diri sbg Mahayana (karena sbg wadah pemersatu, ia tentu tdk ingin disebut sbg satu sekte tertentu) , tapi semangat tsb muncul dari pemikiran2 mahayana.
 
#12
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
21 April 2012, 08:32:38 PM
Quote from: adi lim on 21 April 2012, 07:49:32 PM
menurut bro dakota arti parinirwana apa sih ?
apakah dakota bisa mewakili TS atau panitia memberikan arti parinirwana yang dimaksud ?

bro Adi Lim dak perlu nanya2 definisi lah seolah2 bro saja yg paling mengerti arti parinirwana.
sepertinya Anda mengabaikan penjelasan saya mengenai penggunaan makna konotatif utk menghormati almarhum dan itu sdh lumrah dalam
tradisi mahayana tiongkok atau boleh dibilang sdh merupakan tradisi bangsa tiongkok memberi "kedudukan" lbh tinggi utk orang meninggal.
Toh itu pun dlm tradisi mahayana, lalu anda sbg penganut tradisi lain apa hak anda menyalahkan praktik tradisi sekte lain?
#13
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
21 April 2012, 06:06:14 PM
Quote from: andry on 21 April 2012, 04:58:05 PM
tanpa mengurangi sedikitpun hormat saya kepada anda atau pun ybs.
saya ingat kata2 dari kawan saya,
"hendaklah segala sesuatu itu baik,benar,bijaksana"

saya tidak ingin mendebatkan atau apapun itu namanya, katakanlah bila menuruti keinginan
bahwa kata2 parinirwana ilaha lumrah bagi org tiongkok di sana.

tp ini indonesia my men, apakah kata2 parinirwana ini sudah
tepat?
pas?
cocok?
baik?
benar?
bijaksana?

sedikit masukan dari saya. terima kasih atas penjelasannya


Wasalamualaikum

penggunaan istilah dalam tradisi negara lain yg lalu diadaptasi ke negara lainnya lagi adalah hal biasa.
'kan sudah diberikan contoh seperti RIP misalnya, apa itu dilarang hanya karena RIP hanya tradisi barat, sedgkan ini Indonesia my men
lagi pula itu hanya ungkapan konotatif.
sjauh ini ndak pernah masalah, cocok saja, baik2 saja, dan ga ada hubungan dgn masalah bijak ndak bijak.


#14
Seremonial / Re: Peringatan 10th Parinirwana Sukong
21 April 2012, 03:14:02 PM
Quote from: andry on 21 April 2012, 02:00:45 PM
buset parinirwana? hebat yaaa.... (kalau betul)

menyebut bhiksu yg wafat sbg parinirwana adalah ucapan kebiasaan umum utk menghormati orang yg wafat bagi kalangan buddhis tiongkok. Semua orang tiongkok jg tau blm tentu orang itu benar2 parinirvana.  Ini adalah istilah yg bermakna konotatif ,bukan denotatif. Istilah lain utk menyebut orang meninggal di Tiongkok adalah "wangsheng" utk orang yg terlahir di alam bahagia, pdhal tidak semua orang dipercaya terlahir di alam bahagia.     
Sama seperti menuliskan RIP di batu nisan , pdahal blm tentu semua orang mati dgn tenang.
RIP jg bermakna konotatif. Apa harus didebatin dulu orang yg mati itu sebenarnya tenang atau tidak tenang ?

semua adalah bentuk penghormatan belaka. 



#15
Selama ini emang pihak Mahayana lebih memperjuangkan persamaan agar agama Buddha di Indonesia bisa bersatu.
sedangkan Theravada lebih mengedepankan perbedaan.
Cuma herannya kenapa Theravada ndak perjuangkan utk misahin diri membentuk Agama Buddha Theravada di Indonesia
seperti Protestan dan ka****k.